Liputan6.com, Den Haag - Pusat investigasi telah resmi dibuka di Den Haag untuk menelusuri tindakan kriminal Rusia selama menginvasi Ukraina. Deportasi paksa anak-anak menjadi isu sentral.
Dilaporkan France24, investigasi ini dibuka pada Senin (3/7/2023). Ini menjadi langkah awal yang bisa mengadili kepemimpinan Rusia.
Baca Juga
Pusat investigasi ini bernama International Centre for the Prosecution of the Crimes of Aggression (ICPA).
Advertisement
ICPA terdiri atas jaksa dari Kyiv, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan International Criminal Court (ICC). Mereka akan menginvestigasi dan mengumpulkan barang bukti sebelum mendirikan tribunal khusus yang bisa mengadili para pejabat Rusia karena memulai perang Ukraina.
Masalah Deportasi Anak
Sebelumnya, Rusia memang kerap dikecam oleh pihak Ukraina karena melakukan deportasi anak-anak Ukraina ke medan perang ke wilayah Rusia.
Pada Maret 2023, Vladimir Putin pun diincar ICC karena diduga melanggar hukum kejahatan perang terkait deportasi tanpa dasar hukum. ICC juga menarget Komisioner Hak Anak di Rusia, Maria Lvova-Belova.
Pihak Rusia baru-baru ini juga memberikan update bahwa ada 700 ribu anak Rusia yang berada di wilayah mereka. Namun, politisi Rusia menyebut anak-anak itu sebagai "pengungsi".
"Dalam beberapa tahun terakhir, 700 ribu anak-anak telah mengungsi bersama kita, melarikan diri dari bom dan tembakan dari area-area konflik di Ukraina," ujar Grigory Karasin, kepala komiter internasional di Dewan Federasi.
Belum jelas mengapa Karasin menyebut kata "beberapa tahun terakhir", sebab perang Rusia dan Ukraina baru dimulai pada Februari 2022. Meski begitu, Rusia sempat menganeksasi wilayah Crimea milik Ukraina pada 2014.
CIA: Pemberontakan Wagner Lemahkan Vladimir Putin, AS Mudah Dapatkan Intel dari Rusia
Sebelumnya, pemerintah Rusia baru dibuat geger dengan pemberontakan Wagner.
Perang Ukraina menggerus secara "korosif" terhadap kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal itu menurut penilaian kepala badan intelijen utama Amerika Serikat (CIA).
Ketidakpuasan Rusia atas perang memberikan peluang baru bagi CIA untuk mengumpulkan intelijen, kata Direktur William J Burns.
Mata-mata top Amerika itu membuat komentar saat menyampaikan kuliah tahunan di Ditchley Foundation di Inggris.
Dia berbicara seminggu setelah pemberontakan Wagner pimpinan Yevgeny Prigozhin atas Rusia.
Burns mengatakan semua orang telah "terpaku" oleh kejadian pekan lalu dari "tantangan bersenjata" Prigozhin ke Moskow, ketika pasukan tentara bayaran Wagner-nya berbaris menuju ibukota Rusia.
Tindakan Prigozhin adalah "pengingat yang jelas tentang efek korosif perang Putin terhadap masyarakatnya sendiri dan rezimnya sendiri", kata Burns seperti dikutip dari BBC (2/7/2023).
Direktur CIA mengatakan bahwa damak dari tindakan dan pernyataan Prigozhin akan terus bergulir ke depan untuk beberapa waktu.
"Ketidakpuasan dengan perang akan terus menggerogoti kepemimpinan Rusia," kata Burns dalam sambutannya yang disiapkan.
"Ketidakpuasan itu menciptakan kesempatan sekali dalam satu generasi bagi kami di CIA," mengacu pada peran agensi dalam merekrut agen manusia untuk memberikan intelijen.
"Kami tidak akan membiarkan (kesempatan ini) begitu saja-," katanya disambut tawa penonton. "Kami sangat terbuka untuk 'bisnis'."
Advertisement