Presiden Korea Selatan Mendadak Kunjungi Ukraina di Tengah Perang

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol melaksanakan kunjungan kejutan ke Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Jul 2023, 19:10 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2023, 19:10 WIB
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mendadak mengunjungi Ukraina, Sabtu (15/7/2023).
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mendadak mengunjungi Ukraina, Sabtu (15/7/2023). Dok: Twitter Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky @ZelenskyyUA

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengadakan kunjungan mendadak ke Ukraina. Ia tiba di Kyiv pada Sabtu (15/7/2023). 

Foto kunjungan itu turut disebar di akun Twitter resmi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ini ternyata kunjungan pertama Preside Korea Selatan Yoon Suk Yeol ke Ukraina.

"Hari ini, Presiden Republik Korea Yoon Suk Yeol @President_KR dan Ibu Negara Lady Kim Keon Hee berada di Ukraina. Dalam kunjungan ini, yang pertama di sejarah relasi kami, kami mendiskusikan segalanya yang penting untuk kehidupan normal dan aman dari rakyat, untuk tatanan internasional yang berdasarkan hukum," tulis Presiden Zelensky via Twitter.

Kim Keon Hee tampak anggung dengan mengenakan setelan dan celana panjang bahan. Rambutnya dibiarkan jatuh ke bahu. Sementara, Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska memilih warna lavender untuk pakaiannya.

Pada pertemuan itu, Presiden Volodymyr Zelensky juga membahwa Formula Perdamaian dan agar dikembalikan orang dewasa dan anak-anak yang dideportasi. Kedua pemimpin juga mempersiapkan Global Peace Summit, serta membahas kerja sama di bidang pangan, keamanan energi, dan ekonomi. 

Korea Selatan merupakan sekutu dekat Amerika Serikat di Asia. Sama seperti Jepang, Korea Selatan juga telah memberikan dukungan kepada Ukraina.

Menlu ASEAN Sepakat Dukung Kemerdekaan Ukraina dan Palestina

Monumen Tanah Air Ukraina diterangi dengan warna bendera Amerika
Foto yang diambil pada 4 Juli 2023 ini menunjukkan Monumen Tanah Air yang diterangi dengan warna bendera Ukraina di museum terbuka Perang Dunia II di Kiev, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by Genya SAVILOV / AFP)

Sebeumnya, para Menlu ASEAN, minus Myanmar yang dikuasai junta militer, merilis pernyataan dukungan terhadap kemerdekaan Ukraina dan Palestina, serta penghentian segala kekerasan. ASEAN berharap stabilitas dapat tercapai.

"Terkait Ukraina, sebagaimana semua negara, kami terus menegaskan kembali penghormatan kami terhadap kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas wilayah. Kami menyerukan kembali adanya kepatuhan terhadap Piagam PBB dan hukum internasional," demikian isi joint communique 56th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM), dikutip Jumat (14/7).

Invasi Rusia ke Ukraina secara luas dipandang sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB karena menyerang negara lain serta merebut tanah air milik Ukraina. Tercatat ada empat kawasan Ukraina yang direbut Rusia di tengah invasi, yakni Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia. 

Pada tahun 2014, Rusia juga merebut Crimea milik Ukraina. Walau kemerdekaan dan wilayah Ukraina sedang diserang oleh Rusia, pernyataan bersama para Menlu ASEAN tidak menyebut nama Rusia sebagai pihak yang terlibat.

Pernyataan bersama Menlu ASEAN menegaskan dukungan kepada PBB untuk menyelesaikan masalah di Ukraina. ASEAN juga berharap agar bantuan kemanusiaan bisa terus dikirim ke Ukraina.

"Kami turut meminta fasilitasi akses yang cepat, aman, dan tak terhalangi untuk bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan di Ukraina, dan proteksi warga sipil, personel kemanusiaan, dan orang-orang dalam situasi rentan," tulis pernyataan para Menlu ASEAN dalam joint communique 56th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM).

Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB
Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya