Rusia Luncurkan Buku Teks Sejarah Baru, Muat Pembelaan Invasi ke Ukraina

Buku teks sejarah yang mencakup periode dari 1945 hingga Abad ke-21 itu akan ada di semua sekolah Rusia pada 1 September.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Agu 2023, 07:02 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2023, 07:02 WIB
Serangan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina selatan menjadi lebih intens minggu ini, setelah Presiden Vladimir Putin menarik Rusia dari kesepakatan masa perang yang memungkinkan Ukraina mengirim biji-bijian ke negara-negara yang menghadapi ancaman kelaparan.

Liputan6.com, Moskow - Rusia telah meluncurkan buku teks sejarah baru yang memuat pembelaan invasinya ke Ukraina. Peluncuran dilakukan sebelum anak-anak kembali ke sekolah pada September.

Pada era Vladimir Putin, Kremlin dilaporkan telah memperketat kontrol atas narasi sejarah di sekolah-sekolah. Tren itu disebut meningkat pesat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Invasi ke Ukraina, yang oleh Kremlin dilabeli sebagai operasi militer khusus, semakin sering ditampilkan sebagai bagian dari misi sejarah Rusia.

Mempresentasikan buku baru yang ditujukan untuk kelas 11 dalam sebuah konferensi pers di Moskow, Menteri Pendidikan Rusia Sergey Kravtsov mengatakan bahwa materi tersebut ditujukan untuk menyampaikan tujuan invasi ke Ukraina, yaitu demiliterisasi dan denazifikasi. Dua kata itu merupakan pernyataan berulang-ulang Putin.

Buku yang mencakup periode dari 1945 hingga Abad ke-21 itu, sebut Kravtsov, akan ada di semua sekolah pada 1 September.

"Setelah berakhirnya operasi militer khusus, setelah kemenangan kami, kami akan melengkapi buku ini lebih lanjut," kata Kravtsov seperti dilansir The Guardian, Rabu (9/8/2023), seraya menambahkan bahwa buku sejarah tersebut ditulis dalam waktu kurang dari lima bulan.

Saat menjelaskan asal-usul perang Ukraina, buku tersebut mengutip Putin, yang telah berulang kali mengklaim invasi dimulai untuk mengakhiri pertempuran yang dimulai oleh barat. Buku sejarah itu juga menggambarkan Ukraina sebagai "negara buatan", menirukan esai panjang Putin tentang Persatuan Sejarah Rusia dan Ukraina, yang menyatakan bahwa "Rusia memang dirampok" ketika Ukraina memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991.

Pembantu presiden Vladimir Medinsky, yang dikenal karena pandangan konservatifnya tentang sejarah dan telah dikritik oleh beberapa sejarawan, memuji produksi buku yang cepat.

"Tidak ada buku teks yang pernah dibuat di negara kita dalam waktu sesingkat itu," ungkap Medinsky. "Para penulis menulisnya secara praktis dengan tangan mereka sendiri."

Medinsky menambahkan bahwa buku teks tersebut menyajikan sudut pandang negara.

"Kami benar-benar menulis ulang bagian '70-an', '80-an', '90-an' dan '2000-an'. Bagian baru telah ditambahkan dari 2014 hingga saat ini, termasuk operasi militer khusus," ujarnya.

Menulis Ulang Sejarah

Potret 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina
Prajurit Ukraina berjalan di antara puing-puing bangunan yang rusak setelah serangan Rusia di Kharkiv, Ukraina, 16 April 2022. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, perang terus berkecamuk hingga bulan ini, Februari 2023. (AP Photo/Felipe Dana, File)

Rusia dilaporkan telah melakukan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perbedaan pendapat selama perang Ukraina, yang telah meluas ke bidang pendidikan.

Pada April 2023, seorang pria Rusia bernama Alexei Moskalyov dipisahkan dari putrinya setelah sang anak menolak ikut kelas patriotik di sekolah dan membuat sejumlah gambar yang menunjukkan roket ditembakkan ke sebuah keluarga yang berdiri di bawah bendera Ukraina. Gambar lain dari bocah perempuan itu bertuliskan "Glory to Ukraine".

Pengadilan Rusia menghukum pula seorang mantan guru sejarah lima setengah tahun penjara karena mengkritik perang Ukraina secara online.

Setelah dimulainya perang Ukraina, mata pelajaran baru "Percakapan tentang hal-hal penting" diperkenalkan di sekolah-sekolah Rusia, yang dimaksudkan untuk menanamkan patriotisme pada anak-anak.

Mata pelajaran tersebut mencakup kebutuhan bagi siswa berusia delapan tahun untuk memahami bahwa mencintai tanah air berarti kesiapan untuk mengangkat senjata pada masa-masa berbahaya.

Ada juga eksodus sejarawan dan filsuf terkemuka dari Rusia yang tidak setuju dengan perang Ukraina.

Aleksei, mantan guru sejarah di sebuah sekolah elite di luar Moskow yang berhenti April lalu setelah perselisihan dengan manajemen mengenai kurikulum "patriotik" yang baru, menggambarkan buku teks sejarah baru sebagai "sepenuhnya fiksi".

"Mereka menulis ulang masa lalu dan masa kini," kata Aleksei, yang tidak menyebutkan nama aslinya. "Saya mengkhawatirkan anak-anak yang akan dibesarkan oleh kebohongan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya