Liputan6.com, Brussels - Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa Uni Eropa mendukung penuh Israel melawan serangan dari Hamas. Israel dinilai memiliki hak untuk mempertahankan diri.
Sama seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden von der Leyen juga menyebut Hamas sebagai teroris.
Baca Juga
"Brutalitas skala penuh dari serangan teror Hamas membuat kita tak bisa bernafas. Rakyat tana pertahanan, secara brutal dibunuh dengan darah dingin di jalanan. Kamis berdiri dengan tegas dengan Israel dan rakyatnya," tegas Presiden Ursula von der Leyen dalam pesannya melalui X, dikutip Minggu (8/10).
Advertisement
Tak hanya itu, Presiden Komisi Eropa itu menampilkan foto bendera Uni Eropa dan Israel dikibarkan bersama-sama.
Sebelumnya, Presiden Ursula von der Leyen juga berkata bahwa pasukan Hamas menangkapi dan membunuh wanita dan anak-anak.
Sementara, Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell Fontelles mengaku sudah berbicara dengan menteri luar negeri Amerika Serikat (Antony Blinken), Jerman (Annalena Baerbock), Inggris (James Cleverly), dan Italia (Antonio Tajani). Mereka semua kompak mendukung Israel.
"Kami berdiri bersatu dalam pengecaman kami terhadap serangan keji terhadap Israel. Melindungi rakyat sipil adalah prioritas tertinggi. Para tawanan harus dilepaskan. Eskalasi regional harus dihindari dan stabilitas dijaga," ujar Josep Borrell Fontelles yang juga merupakan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan.
Fontelles juga akan membahas isu ini pada pertemuan Uni Eropa dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) di Muscat.
"Kita harus terus bekerja untuk perdamaian, bersama-sama," ujarnya.
Konflik Hamas vs Israel Memanas, Muhammadiyah: Masa Depan Perdamaian di Palestina Semakin Tak Menentu
Hamas dilaporkan melancarkan serangan ke Israel baru-baru ini. Setidaknya puluhan orang dikabarkan meninggal dunia.
Konflik bersenjata antara Hamas dengan Israel menjadi perhatian dunia. Di Indonesia, Pimpinan Pusat Muhammadiyah turut memberikan tanggapan.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengatakan, saling serang antara Israel dengan Hamas sungguh sangat mengkhawatirkan dan mengancam keamanan serta keselamatan masyarakat sipil.
"Masa depan perdamaian di Palestina semakin tidak menentu," kata dia dalam keterangan, Minggu (8/10/2023).
Abdul Mu'ti mendesak Dewan keamanan PBB untuk mengambil langkah-langkah politik dan diplomatik untuk mencegah terjadinya peperangan dan kekerasan yang semakin meluas.
Dia pun membeberkan, langkah politiknya bisa dengan mengadakan Sidang Dewan Keamanan PBB.
"Memediasi pembicaraan Palestina dengan Israel," ujar dia.
Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menilai serangan yang dilancarkan oleh Hamas terhadap Israel di Gaza sebagai reaksi atas tindakan sewenang-wenang Israel.
"Ditambah dengan berbagai fakta pengkhianatan terhadap berbagai perjanjian yang dilakukan oleh otoritas Israel, menggambarkan bahwa Israel memang harus membayar mahal," kata Sudarnato dalam keterangan tertulis, diterima Minggu (8/10/2023).
Advertisement
Serangan Israel Jadi Momentum Palestina?
Menurut Sudarnato, Israel dalam kurun waktu yang panjang dan secara sistemik telah menghancurkan kedaulatan rakyat dan bangsa Palestina. Peristiwa di mana Israel membelah Al-Aqsha disertai aksi provokatif dari kelompok Yahudi ekstrem menjadi salah satu pemicu serangan Hamas terhadap Israel.
"Serangan terbesar Hamas ini menjadi alat bayar Israel dan Israel tentu saja harus menanggung sendiri," sambung dia.
Sudarnato memandang, Israel bisa jadi akan menanggung beban yang lebih berat jika Israel dan negara-negara pendukung seperti Amerika dan NATO memberikan respons kontra produktif atas kejadian ini. Bangsa Palestina, ujar dia justru bakal termotivasi untuk meraih kemerdekaan.
"Balasan atas serangan yang diberikan oleh Israel bisa jadi justru akan menjadi momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk memperkuat heroisme mereka membebaskan rakyat dan Palestina yang telah dijajah dalam waktu yang panjang. Banyak momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan," jelasnya.
PM Israel Ngamuk, Berjanji Perang Tanpa Ampun dengan Hamas di Gaza Palestina
Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah akan mengerahkan kekuatan penuh militer Israel melawan kelompok Hamas di Jalur Gaza.
Ia memperingatkan Israel akan mengalami hari-hari sulit di masa depan ketika negara itu membalas serangan mengejutkan yang telah menyebabkan ratusan orang tewas dan mengubah kota-kota perbatasan yang sepi menjadi zona perang.
“Pasukan Pertahanan Israel akan segera bertindak untuk menghancurkan kemampuan Hamas,” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari BBC, Minggu (8/10/2023).
“Kami akan melumpuhkan mereka tanpa ampun dan membalas hari kelam yang mereka timbulkan terhadap Israel dan warganya,” dikutip dari laman
“Warga Gaza, keluarlah sekarang. Kami akan berada di mana saja dan dengan segenap kekuatan kami,” tambahnya, ketika ribuan tentara cadangan menuju pangkalan militer untuk melakukan serangan balasan.
Benjamin Netanyahu menyampaikan kemarahannya sekitar 16 jam setelah ratusan teroris Hamas menyusup ke Israel dari Gaza, menyerang kota-kota.
Tindakan Hamas ini menewaskan sedikitnya 250 orang Israel, banyak dari mereka warga sipil, melukai lebih dari 1.500 orang dan menyandera puluhan orang.
Advertisement