Liputan6.com, Sanaa - Kelompok Houthi terus menyerang kapal komersial yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden. Terbaru, mereka menyerang kapal kontainer berbendera Kepulauan Marshall, Gibraltar Eagle, milik Amerika Serikat (AS) yang sedang melintasi Teluk Aden dengan rudal balistik.
Serangan tersebut mengenai ruang kargo kapal dan diperkirakan tidak menyebabkan kerusakan signifikan.
Baca Juga
Houthi, yang telah berupaya menguasai Yaman selama lebih dari 20 tahun, mengatakan lebih dari 30 serangan terhadap kapal komersial selama enam minggu terakhir adalah bagian dari upaya untuk memberikan tekanan pada Israel agar mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
Advertisement
"Posisi kami terhadap peristiwa di Palestina dan agresi terhadap Gaza tidak berubah dan tidak akan berubah, baik setelah serangan maupun ancaman. Serangan untuk mencegah kapal-kapal Israel atau mereka yang menuju pelabuhan Palestina yang diduduki terus berlanjut," ujar kepala perunding Houthi, Mohammed Abdulsalam, mengatakan pada Senin (15/1/2024), seperti dilansir The Guardian, Selasa (16/1).
Kelompok Houthi menambahkan gencatan senjata di Jalur Gaza akan segera menyebabkan bebasnya arus kapal melalui Laut Merah.
Qatar menjadi pengguna kapal kontainer terbesar yang mengumumkan tidak akan mengirimkan gas cair melalui Laut Merah dalam waktu dekat. Tingkat lalu lintas dikatakan telah menurun secara keseluruhan sejak serangan di AS dan Inggris pada Kamis (11/1).
Akankah AS Cs Lancarkan Serangan Lanjutan?
Keberhasilan komparatif Houthi pada Senin menimbulkan pertanyaan tentang apakah aliansi angkatan laut AS-Inggris di lepas pantai Yaman harus melakukan serangkaian serangan lebih lanjut atau bahkan mempertimbangkan untuk bekerja sama secara aktif dengan pasukan darat dari Dewan Kepemimpinan Presidensial Yaman (PLC) yang diakui PBB yang berbasis di Aden.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan serangan terhadap Houthi yang dilakukan pada 11 Januari dimaksudkan sebagai "aksi tunggal terbatas" dan bukan serangkaian serangan berkelanjutan.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia berharap Houthi akan mundur setelah respons yang diperlukan dan proporsional, namun Sunak menambahkan Inggris tidak akan ragu melindungi keamanan dan kepentingannya.
"Kami tetap siap mendukung kata-kata kami dengan tindakan," tegasnya.
Sebelumnya pada Senin, badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris melaporkan sebuah kapal tak dikenal telah menghalangi dua kapal kecil yang ingin naik ke kapal tersebut. Pada hari yang sama, Komando Pusat AS mengatakan bahwa dua jam sebelum serangan terhadap Gibraltar Eagle, sebuah rudal jelajah yang ditembakkan dari daerah yang dikuasai Houthi gagal terbang dan mendarat di laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
Pada Minggu (14/1), sebuah jet tempur AS juga menembak jatuh rudal jelajah milik Houthi yang ditembakkan dari wilayah Houthi dan ditujukan ke kapal perusak AS USS Laboon.
Sumber-sumber di Yaman mengatakan warga telah mendengar ledakan di dekat pelabuhan Hodeidah, yang menyiratkan bahwa AS dan Inggris terus melakukan operasi dalam upaya untuk memadamkan ancaman yang ditimbulkan oleh rudal Houthi. Banyak serangan pada 11 Januari ditujukan ke Hodeidah.
Advertisement
Yaman Minta Pasukannya Dipersenjatai untuk Melawan Houthi
Seorang anggota terkemuka pemerintah Yaman yang diakui PBB mendesak negara-negara Barat memberikan pasukannya peralatan militer, pelatihan, dan intelijen untuk membantu mengalahkan Houthi. Mayor Jenderal Aidarus al-Zoubaidi yang berbasis di Aden, wakil kepala PLC yang beranggotakan delapan orang, mengatakan upaya Arab Saudi selama hampir sembilan tahun untuk mengalahkan Houthi menunjukkan kekuatan udara saja tidak cukup. Dia mengklaim banyak rudal Houthi yang disembunyikan di bawah tanah dan sulit dideteksi.
Duta Besar Inggris untuk Yaman Abda Sharif pada Minggu bertemu dengan perdana menteri PLC, Maeen Abdul Mali, untuk membahas masa depan rencana perdamaian PBB untuk Yaman dan bagaimana mencegah gerakan Houthi mendapatkan gelombang dukungan populer dengan memproyeksikan dirinya sebagai salah satu dari sedikit kelompok di Timur Tengah yang bersedia menunjukkan solidaritas aktif terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Setelah pertemuan di Aden pada Senin, PLC menyatakan sikapnya untuk menjauhkan diri dari Israel dan menyuarakan dukungan Yaman terhadap hak-hak sah rakyat Palestina, terutama dalam melawan pendudukan Israel dan mendirikan negara nasionalnya yang independen dan berdaulat penuh.
Pernyataan yang sama turut memperingatkan Houthi tentang konsekuensi dari terus mengeksploitasi penindasan terhadap rakyat Palestina demi mencapai kepentingan Iran dan proyek ekspansionisnya di wilayah tersebut. Disebutkan bahwa tindakan Houthi hanya mengalihkan perhatian dunia dari serangan pendudukan Israel dan pelanggaran berat dengan cara yang dapat melanjutkan agresi.PLC ingin milisi Houthi diklasifikasikan sebagai kelompok teroris, cap yang dicabut oleh Joe Biden segera setelah dia menjadi presiden. Pelabelan seperti itu akan mempersulit lembaga-lembaga kemanusiaan untuk bekerja sama dengan kelompok-kelompok di Yaman yang terkait dengan Houthi.