Berbeda dengan negeri barat yang berencana melakukan intervensi militer dalam konflik Suriah --serangan bom kimia yang menewaskan ratusan orang-- , Malaysia justru tak sependapat. Pemerintah Negeri Jiran itu justru sangat menentang adanya campur tangan yang dilakukan pihak militer untuk mengakhiri konflik tersebut.
"Intervensi militer di Suriah, sebagai solusi politik untuk mengakhiri konflik di Suriah sangat ditentang negara saya," ujar Anifah Aman, Menteri Luar Negeri Malaysia pada Rabu, 4 September 2013 dan dimuat dalam Xinhua, Kamis (5/9/2013).
Anifah menjelaskan, intervensi militer tidak bisa memecahkan masalah dan hanya akan mengakibatkan hilangnya nyawa tak berdosa dan kerusakan properti.
"Kami tidak pernah percaya intervensi militer akan memecahkan masalah. Kami telah melihat apa yang terjadi di banyak negara. Apa yang terjadi di Libya, Irak, Afghanistan. Hal ini (intervensi militer) tidak menyelesaikan masalah apa pun," katanya seperti dimuat kantor berita Bernama.
"Posisi kami sangat jelas, bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada kelompok yang bertikai untuk duduk bersama, melalui dialog dan konsultasi. Dan menemukan solusi yang membawa manfaat bagi masyarakat dari negara tertentu," urai Anifah dalam konferensi pers ketika dimintai untuk mengomentari potensi serangan militer oleh Amerika Serikat terhadap Suriah untuk diduga menggunakan senjata kimia.
Terkait hal itu, Anifah juga menyerukan kepada Liga Arab untuk memfasilitasi negosiasi dan diskusi politik untuk menemukan solusi terhadap konflik di Suriah.
Serangan di Damaskus Timur yang terjadi pada Rabu, 21 Agustus 2013 menewaskan banyak warga sipil tak berdosa. Anak-anak pun turut menjadi korban dalam serangan tersebut.
Menurut data dari sebuah yayasan medis yang turut serta merawat para korban serangan bom kimia itu, 355 orang meninggal dunia. Namun setelah dilakukan penyelidikan, pihak Amerika yang telah memiliki fakta-fakta dari PBB menyatakan korban meninggal dunia bertambah 1.074 orang. Atau dengan kata lain jumlahnya mencapai 1.429. (Tnt)
"Intervensi militer di Suriah, sebagai solusi politik untuk mengakhiri konflik di Suriah sangat ditentang negara saya," ujar Anifah Aman, Menteri Luar Negeri Malaysia pada Rabu, 4 September 2013 dan dimuat dalam Xinhua, Kamis (5/9/2013).
Anifah menjelaskan, intervensi militer tidak bisa memecahkan masalah dan hanya akan mengakibatkan hilangnya nyawa tak berdosa dan kerusakan properti.
"Kami tidak pernah percaya intervensi militer akan memecahkan masalah. Kami telah melihat apa yang terjadi di banyak negara. Apa yang terjadi di Libya, Irak, Afghanistan. Hal ini (intervensi militer) tidak menyelesaikan masalah apa pun," katanya seperti dimuat kantor berita Bernama.
"Posisi kami sangat jelas, bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada kelompok yang bertikai untuk duduk bersama, melalui dialog dan konsultasi. Dan menemukan solusi yang membawa manfaat bagi masyarakat dari negara tertentu," urai Anifah dalam konferensi pers ketika dimintai untuk mengomentari potensi serangan militer oleh Amerika Serikat terhadap Suriah untuk diduga menggunakan senjata kimia.
Terkait hal itu, Anifah juga menyerukan kepada Liga Arab untuk memfasilitasi negosiasi dan diskusi politik untuk menemukan solusi terhadap konflik di Suriah.
Serangan di Damaskus Timur yang terjadi pada Rabu, 21 Agustus 2013 menewaskan banyak warga sipil tak berdosa. Anak-anak pun turut menjadi korban dalam serangan tersebut.
Menurut data dari sebuah yayasan medis yang turut serta merawat para korban serangan bom kimia itu, 355 orang meninggal dunia. Namun setelah dilakukan penyelidikan, pihak Amerika yang telah memiliki fakta-fakta dari PBB menyatakan korban meninggal dunia bertambah 1.074 orang. Atau dengan kata lain jumlahnya mencapai 1.429. (Tnt)