10 Ancaman Kesehatan Dunia pada 2019 (1)

WHO merilis daftar ancaman kesehatan dunia yang akan terjadi di 2019. Apa saja ancaman tersebut?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Jan 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2019, 16:00 WIB
Ilustrasi polusi udara
Ilustrasi polusi udara (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Adanya ancaman kesehatan dunia menjadi pekerjaan bagi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Berbagai penyakit masih ada di sekitar kita.

WHO sendiri merilis daftar ancaman kesehatan dunia, yang mendapatkan sorotan dari organisasi dunia tersebut. Berikut ini lima dari sepuluh daftar ancaman tersebut seperti dikutip dari laman resminya who.int pada Minggu (20/1/2019).

1. Polusi udara dan perubahan iklim

WHO menyatakan bahwa sembilan dari sepuluh orang di dunia menghirup udara tercemar setiap harinya. Di 2019, polusi udara dianggap sebagai ancaman terbesar bagi kesehatan.

"Polutan mikroskopis di udara dapat menembus sistem pernapasan dan peredaran darah, merusak paru-paru, jantung dan otak, membunuh 7 juta orang sebelum waktunya setiap tahun dari penyakit seperti kanker, stroke, jantung, dan penyakit paru-paru," tulis WHO.

Pembakaran bahan bakar fosil menjadi penyebab utama polusi udara. Diperkirakan di 20130 hingga 20150, perubahan iklim akan menyebabkan 250 ribu kematian tambahan setiap tahunnya.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

2. Penyakit tidak menular

Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Diabetes, kanker, dan penyakit jantung secara kolektif bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen dari seluruh kematian di dunia. WHO menyatakan bahwa angkanya hingga 41 juta orang. Termasuk 15 juta orang yang meninggal secara prematur berusia di antara 30 sampai 69 tahun.

"Lebih dari 85 persen kematian dini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah," ungkap WHO.

Ada lima faktor yang disorot sebagai penyebab kematian ini. Mereka adalah penggunaan tembakai, aktivitas fisik, penggunaan alkohol yang berbahaya, pola makan tidak sehat, dan polusi udara. Selain itu, faktor risiko yang memperburuk kesehatan mental juga menjadi penyebab bunuh diri yang merupakan penyebab kematian terbesar nomor dua di antara usia 15 hingga 19 tahun.

 

3. Pandemi influenza global

Ilustrasi pria sakit flu
Ilustrasi sakit flu (iStock)

"Dunia akan menghadapi pandemi influenza lainnya. Satu-satunya hal yang tidak kita ketahui adalah kapan akan terjadi dan seberapa parah," ungkap WHO menuliskan.

Mereka mengatakan bahwa terus memantau peredaran virus influenza untuk mendeteksi potensi pandemi. 153 institusi di 114 negara juga terlibat dalam pengawasan global.

 

4. Situasi yang rapuh dan rentan keadaan darurat

Perang di Yaman telah menciptakan apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia
Perang di Yaman telah menciptakan apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia (AP Photo/Hani Mohammed)

WHO menyatakan bahwa lebih dari 1,6 miliar orang di dunia berada di tempat dengan krisis yang terus-menerus berlanjut. Ini membuat layanan kesehatan yang lemah menyulitkan orang-orang untuk mengaksesnya.

"Situasi ini ada di hampir semua wilayah dunia dan di sinilah setengah dari target utama dalam tujuan pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan anak dan ibu, tetap tidak terpenuhi," tulis WHO.

 

5. Resistensi antimikroba

Minum obat (iStock)
Mengonsumsi vitamin B bisa membantu redakan sakit kepala. (iStockphoto)

Pengembangan antibiotik, antivirus, dan antimalaria menjadi keberhasilan terbesar kedokteran modern. Namun saat ini, kemampuan resistensi antimikroba menjadi ancaman untuk melawan obat-obatan semacam ini.

"Mengancam mengirim kita kembali ke masa ketika kita tidak dapat dengan mudah mengobati infeksi seperti pneumonia, tuberkulosis, gonore, dan salmonellosis," kata WHO. Ketidakmampuan pencegahan infeksi serius ini bisa membahayakan untuk operasi dan prosedur seperti kemoterapi.

"Resistensi obat didorong oleh penggunaan antimikorba yang berlebihan pada manusia, tetapi juga pada hewan, terutama yang digunakan untuk produksi makanan serta di lingkungan," tambah mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya