Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan persetujuan tambahan jenis vaksin booster. Hal ini menambah kombinasi vaksin booster di Indonesia. Yakni vaksin Pfizer setenah dosis sebagai booster untuk mereka yang mendapatkan Sinovac dan AstraZeneca. Lalu, vaksin AstraZeneca setengah dosis untuk yang sebelumnya mendapatkan Sinovac dan full dosis untuk yang sebelumnya mendapatkan vaksin primer Pfizer.
“BPOM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan untuk dua regimen booster heterolog pada vaksin COVID-19 yaitu vaksin Pfizer dosis setengah/half dose untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca serta vaksin AstraZeneca dosis setengah/half dose untuk vaksin primer Sinovac atau dosis penuh/full dose untuk vaksin primer Pfizer (full booster dose)," kata Kepala BPOM Penny Lukito.
Baca Juga
Persetujuan BPOM untuk penambahan posologi (kajian tentang dosis obat atau vaksin) dosis booster dilakukan sesuai hasil uji klinis yang dapat diterima. Hal ini juga didukung oleh para tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin COVID-19 dan ITAGI serta asosiasi klinisi terkait seperti mengutip keterangan pers BPOM.
Advertisement
Berikut rincian vaksin primer serta vaksin booster yang dipakai untuk saat ini:
1. Vaksin primer: Sinovac
Vaksin booster:
- Sinovac (dosis penuh)
- Pfizer (dosis setengah)
- AstraZeneca (dosis setengah)
- Zifivax (dosis penuh)
2. Vaksin primer: Pfizer
Vaksin booster:
- Pfizer (dosis penuh)
- AstraZeneca (dosis penuh)
- Moderna (dosis setengah)
3. Vaksin Primer: AstraZeneca
Vaksin booster:
- AstraZeneca (dosis penuh)
- Pfizer (dosis setengah)
- Moderna (dosis setengah)
4. Vaksin Primer: Moderna
Vaksin booster:
- Moderna (dosis setengah)
5. Vaksin Primer: Janssen
Vaksin booster:
- Moderna (dosis setengah)
6. Vaksin Primer: Sinopharm
Vaksn booster:
- Zifivax (dosis penuh)
Efek Vaksin Booster terhadap Antibodi
Pada vaksin Pfizer sebagai booster heterolog (dosis setengah/half dose) untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi yang tinggi pada 6-9 bulan (31-38 kali) setelah pemberian dosis primer lengkap. Di sisi lain, peningkatan antibodi setelah 6 bulan vaksinasi primer lengkap vaksin Sinovac menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (105,7 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.
“Secara umum pemberian dosis booster vaksin Pfizer dengan vaksin primer Sinovac dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik," kata Penny.
Sementara itu, Pfizer sebagai booster dengan vaksin primer AstraZeneca menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (21,8 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.
Lalu, vaksin AstraZeneca sebagai booster heterolog dosis setengah/half dose dengan vaksin primer Sinovac menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (35 – 38 kali), baik pada interval booster 3-6 bulan (34-35 kali) maupun 6-9 bulan (35 – 41 kali). Kenaikan IgG pada dosis setengah/half dose tidak berbeda jauh dengan full dose.
Untuk booster dengan vaksin primer Pfizer (dosis penuh/full dose), hasil imunogenisitas menunjukkan peningkatan antibodi IgG yang baik (dari 3350 menjadi 13.242).
"Penggunaan jenis vaksin di lapangan, dapat menyesuaikan berdasarkan pertimbangan ketersediaan, sepanjang masuk dalam persetujuan penggunaan yang telah diterbitkan oleh Badan POM," kata Penny K. Lukito.
Advertisement