Liputan6.com, Jakarta Pada Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin 'dibanjiri' pertanyaan, 'Mengapa Molnupiravir didatangkan duluan ketimbang Paxlovid?' Pertanyaan tersebut diajukan oleh anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Golkar, Dewi Asmara.
Data yang diperoleh Dewi, Paxlovid mendapatkan persetujuan lebih dulu dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dibandingkan Molnupiravir. Paxlovid memeroleh persetujuan pada 22 Desember, sedangkan Molnupiravir sehari setelahnya, 23 Desember 2021.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi, memang Paxlovid belum ada izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) di Indonesia. Kenapa kita beli Molnupiravir dulu? Karena sudah keluar EUA dan approval dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga," terang Budi Gunadi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta pada Selasa, 18 Januari 2022.
"Kalau Paxlovid baru keluar approval dari CDC-nya belakangan dari Molnupiravir dan masih menunggu EUA-nya dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI."
Di Indonesia, Molnupiravir mendapatkan EUA BPOM RI tanggal 13 Januari 2022. Obat COVID-19 antivirus untuk mengobati pasien COVID-19 gejala ringan-sedang ini tiba di Indonesia, yang mana tersedia 400.000 tablet.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Target EUA Paxlovid dari BPOM RI Februari 2022
Jika Indonesia menunggu Paxlovid, lanjut Budi Gunadi Sadikin, maka harus menunggu EUA dari BPOM RI. Sementara, Pemerintah harus bersiap melihat kasus COVID-19 kembali naik.
Selain itu, jumlah 400.000 tablet Molnupiravir sebagai permulaan untuk menangani pasien COVID-19. Apabila membutuhkan pasokan lebih banyak, pihak produsen Molnupiravir sudah siap mengirimkan ke Indonesia.
“Itu sebabnya kenapa kita ambil Molnupiravir, kita sengaja ambilnya tidak terlalu banyak. Jadi, kalau Paxlovid-nya keluar, kita bisa kombinasikan dengan Molnupiravir (sebagai opsi dapat digunakan bersama)," jelas Menkes Budi Gunadi.
"Kita ambil 100.000 orang pertama (perhitungan sasaran 400.000 tablet Molnupiravir). Kita 'ganjal' dulu dengan Molnupiravir kalau kenaikannya (kasus) cukup tinggi."
Serupa dengan Molnupiravir, obat Paxlovid juga ditujukan untuk menangani pasien COVID-19 gejala ringan-ringan, sehingga pasien tidak perlu masuk ke rumah sakit.
Dalam paparan Budi Gunadi di hadapan Komisi IX DPR, Paxlovid direncanakan mendapatkan EUA oleh BPOM RI pada Februari 2022.
Advertisement