Kemenkes: Akhir Pandemi COVID-19 Tergantung Kita dan Masyarakat Dunia

Akhir pandemi COVID-19 tergantung dukungan dari masyarakat dunia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Sep 2022, 21:45 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2022, 16:00 WIB
Halte Gelora Bung Karno Beroperasi Kembali
Aktivitas turun dan naik penumpang di Halte Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (18/8/2022). PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) kembali mengoperasikan Halte Gelora Bung Karno (GBK) setelah rampung direvitalisasi. Halte GBK efektif melayani pelanggan bertepatan di HUT Ke-77 RI pada Rabu, 17 Agustus 2022 kemarin. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril menegaskan, akhir pandemi COVID-19 tergantung dukungan masyarakat, baik di Indonesia maupun secara global. Dalam hal ini, bagaimana masyarakat mendukung kebijakan pengendalian COVID-19.

Di Indonesia, pengendalian COVID-19 terus dilakukan dengan penguatan 3T (testing, tracing, treatment), protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), dan percepatan vaksinasi COVID-19. Ketiga kombinasi ini dipertahankan agar kasus COVID-19 nasional kian terkendali.

"Upaya-upaya yang dilakukan oleh semua negara, termasuk di Indonesia dengan disiplin masker dan vaksinasi. Maka, itu harus dipertahankan sampai betul-betul memang dianggap pandemi ini berakhir," terang Syahril menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Press Conference: Perkembangan Kasus COVID-19, Hepatitis Akut dan Cacar Monyet, ditulis Senin (19/9/2022).

"Nah, semua ya tergantung kita dan tergantung masyarakat dunia.

Akhir pandemi COVID-19 di depan mata ini sebagaimana yang disampaikan WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus saat media briefing pada Rabu, 14 September 2022.

Adanya pernyataan Dirjen WHO tersebut, menurut Syahril menjadi kesempatan emas bagi tiap negara di dunia untuk mempertahankan kasus COVID-19 terkendali.

"Kalau kita tidak meningkatkan atau mempertahankan disiplin protokol kesehatan dan tidak mengejar cakupan vaksinasi, maka bisa saja apa yang dikatakan oleh Dirjen WHO tadi, tidak menjadi suatu kesempatan emas bagi kita," imbuhnya.

"Upaya-upaya yang perlu dilakukan itu bagaimana kebersamaan kita melakukan pencegahan dan pengendalian dengan disiplin protokol kesehatan dan vaksinasi."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pandemi Belum Selesai

FOTO: New York Peringati 30 Ribu Kematian Akibat COVID-19
Gambar korban diproyeksikan pada Jembatan Brooklyn saat Hari Peringatan COVID-19 di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, 14 Maret 2021. Acara penghormatan yang digelar kepada 30.258 kematian di New York, terjadi setelah satu tahun berlalu dimulainya pandemi di AS. (Kena Betancur/AFP)

Menanggapi pernyataan WHO soal akhir pandemi di depan mata, Mohammad Syahril mengakui hal itu menjadi angin segar. Namun, sebagai catatan, pandemi COVID-19 belum berarti selesai.

"Ini angin segar yang diumumkan Dirjen WHO. Artinya, beliau memberikan penghargaan terima kasih kepada seluruh negara dengan upaya bersama, angka-angka parameter (COVID-19) terkendali di hampir banyak negara," pungkasnya saat konferensi pers yang disiarkan dari Gedung Kemenkes RI Jakarta.

"Sehingga disebutkan sebagai suatu 'tanda-tanda pandemi berakhir, akhir pandemi di depan mata.' Tetapi beliau pun mengingatkan, semua ini bukan berarti kita sudah selesai pandeminya."

Sesuai pernyataan WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus, saatnya seluruh negara untuk 'berlari lebih kencang' dan memastikan pandemi COVID-19 berakhir. Kerja sama global dibutuhkan untuk mencapai 'garis finish' (akhir dari pandemi).

"Kami belum berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi. Kita belum sampai di sana, tapi akhir pandemi sudah di depan mata. Seorang pelari maraton tidak berhenti ketika garis finish sudah terlihat," ucapnya.

"Dia berlari lebih kencang, dengan semua energi yang tersisa. Jadi, kita harus begitu. Kita bisa melihat garis finish. Tapi sekarang adalah waktu terburuk untuk berhenti berlari. Sekarang saatnya untuk berlari lebih kencang dan memastikan kita melewati garis finish dan menuai hasil dari semua kerja keras."


Protokol Kesehatan Masih Harus Dijalankan

FOTO: Cegah Penumpukan Penumpang, Transjakarta Tambah Armada di Stasiun Manggarai
Calon penumpang menunggu bus Transjakarta di Halte Plaza Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (2/6/2022). Untuk mengantisipasi penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai akibat rute baru KRL, PT Transjakarta melakukan penyesuaian layanan serta menambah 32 armada yang beroperasi untuk melayani tiga rute yang tersedia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Meskipun saat ini kasus positif COVID-19 nasional angkanya terus menurun, Ketua Sub Bidang Dukungan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Alexander K Ginting menekankan, protokol kesehatan (prokes) masih harus diterapkan.

Protokol kesehatan masih relevan dengan kondisi saat ini dan harus tetap dilakukan karena masih terjadi penularan virus Corona.

“Jadi, yang disampaikan Pemerintah kepada masyarakat sekarang adalah tetap harus waspada, tidak boleh abai, dan prokes masih harus dijalankan, mengingat fluktuasi masih naik turun,” terang Alex saat Talkshow: Mengukur Relevansi Protokol Kesehatan di Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 8 September 2022.

Tak hanya protokol kesehatan, vaksinasi COVID-19 pun harus tetap digencarkan agar imunitas masyarakat semakin kuat. Namun, saat ini angka vaksinasi dosis ketiga atau vaksin booster masih jauh dari target.

“Vaksinasi juga menjadi pekerjaan rumah, pencapaian sekarang lebih lambat dibanding vaksin 1 dan 2. Oleh karena itu, ini menjadi tugas bersama kita, Satgas COVID dengan elemen lainnya tetap berjuang agar perilaku ini tetap bisa dipertahankan sambil booster lebih merata di seluruh kabupaten/kota,” lanjut Alex.


Kepatuhan Pakai Masker Rendah

Liburan Alternatif di Tebet Eco Park
Warga saat berkunjung ke Taman Tebet Eco Park, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (5/5/2022). Setelah resmi dibuka untuk umum usai direvitalisasi, Tebet Eco Park menjadi salah satu alternatif wisata bagi warga Jakarta untuk mengisi waktu libur Idul Fitri 1443 H bersama keluarga. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Berkaitan dengan protokol kesehatan, laporan mingguan Satgas Penanganan COVID-19 per 11 September 2022 terlihat kepatuhan memakai masker mulai menurun. Hanya 78,35 persen yang patuh memakai masker, sedangkan 21,65 persen tidak patuh memakai masker.

Secara rinci, Rata-rata Kepatuhan Memakai Masker Terendah di Lokasi Kerumunan sebagaimana data Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Tingkat Nasional per 11 September 2022, sebagai berikut:

  1. Terminal (35,74 persen)
  2. Tempat Wisata (64,51 persen)
  3. Tempat Olahraga Publik/RPTRA (66,47 persen)
  4. Pemukiman (68,14 persen)
  5. Restoran/Kedai (73,14 persen)

Sementara itu, Persentase Lokasi Kerumunan yang Tidak Patuh Memakai Masker Tertinggi, antara lain:

  1. Terminal (28,7 persen)
  2. Tempat Wisata (28,5 persen)
  3. Tempat Olahraga Publik/RPTRA (24,7 persen)
  4. Pemukiman (23,9 persen)
  5. Restoran/Kedai (21,1 persen)

Catatan Satgas, dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau dalam 7 hari terakhir, kelima lokasi di atas termasuk ke dalam kategori kepatuhan memakai masker kurang dari 60 persen.

Infografis WHO Optimistis Akhiri Tahap Akut Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis WHO Optimistis Akhiri Tahap Akut Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya