Gotong-royong Pemerintah dan Swasta, Dorong Inovasi Pengelolaan Sampah di Destinasi Wisata

Pemerintah punya target untuk mengurangi sampah sebanyak 30 persen, serta penanganan sampah yang benar sebanyak 70 persen dari total timbunan sampah pada 2025. Kemenparekraf pun mendorong berbagai stakeholder untuk bergotong-royong mengatasi permasalahan sampah yang kompleks ini.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 12 Sep 2023, 15:01 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2023, 15:01 WIB
Gotong-royong berinovasi dalam pengelolaan sampah di destinasi wisata.
Gotong-royong berinovasi dalam pengelolaan sampah di destinasi wisata. Hadir dalam The Weekly Brief with Sandi Uno, Ketua Yayasan GoTo Impact Foundation, Monica Oudang dan Founder & Direktur Bali Waste Cycle, Olivia Anastasia Padang pada Senin, 11 September 2023. (Dok: YouTube Kemeparekraf)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah punya target untuk mengurangi sampah sebesar 30 persen, dengan cara penanganan sampah yang benar sebanyak 70 persen dari total timbunan sampah pada 2025. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun mendukung berbagai stakeholder untuk bergotong-royong mengatasi permasalah sampah yang kompleks ini.

Salah satunya, GoTo Impact Foundation, lembaga yang memiliki misi untuk membangun sebuah innovation ecosystem yang memobilisasi dan menyatukan para pembuat dampak, salah satunya yaitu pengelolaan sampah.

"Sekarang tuh investment dilihat lebih dari impact-nya ya? dan GoTo Impact Foundation mengambil peran sentral strategis, termasuk isu-isu lingkungan, keberlanjutan," sebut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparefkaf), Sandiaga Uno saat The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid, Senin, 11 September 2023.

Hal ini menurut Sandi merupakan tantangan, namun dengan adanya kontribusi dari pihak luar atau swasta ia semakin yakin bahwa permasalahan tersebut akan teratasi. "Pemerintah super pusing ngurusin sampah. Terutama di destinasi wisata, aduh.. udah dibersihin, ada lagi.. ada lagi," sambung Sandi

Ketua Yayasan GoTo Impact Foundation, Monica Oudang mengatakan, permasalahan sampah yang kompleks tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga seluruh dunia. Pihaknya pun ingin bisa mengatasi sampah dengan lebih cepat dan skala besar serta berkelanjutan, dengan itu mereka pun banyak belajar terutama dari GoTo Group secara keahlian dengan mengusung ekosistem inovasi.

"Satu hal yang saya perhatikan, terutama di bidang sampah banyak sekali inisiatif-inisiatif yang sangat bagus dan luar biasa tetapi bagaimana agar bisa menyatukannya sebagai solusi berkelanjutan," paparnya.

 

Sampah di Destinasi Wisata

Pengelolaan Sampah dengan 3R
Ilustrasi Daur Ulang Sampah Plastik Credit: pexels.com/mali

Banyak isu di destinasi wisata yang terjadi hari ini, apalagi Bali yang sering disorot lantaran favorit bagi para turis. Hal tersebut membutuhkan kepanjangan program, tak hanya dari pemerintah.

Founder & Direktur Bali Waste Cycle, Olivia Anastasia Padang, mengatakan pihaknya merupakan startup yang mengelola sampah secara terpadu mulai dari residu hingga bisa didaur ulang. Melalui Sukla Project, pihaknya menurut Olivia dipertemukan dengan pelaku sampah lainnya oleh GoTo Impact Foundation.

"Prinsip dari program ini, melakukan transisi pengelolaan sampah lama menjadi baru dengan edukasi 2 ribu masyarakat Besakih sebagai destinasi wisata Bali. Edukasi tak hanya masyarakat umum tapi juga wisatawan dan peziarah di sana," papar Olivia di kesempatan yang sama.

Pihaknya membawa inovasi dengan mengombinasikan pengelolaan sampah, teknologi pengelolaan sampah, dan emmerhatikan aspek sustainability pengelolaan sampah. Tujuan akhirnya adalah menciptakan Bali sebagai destinasi wisata yang menerapkan ecogreen tourism.

Kawasan di Pura Besakih hanyalah salah satu dari pilot project. Terdapat dua wilayah lainnya yaitu Goromoli di Labuan Bajo dan Danau Toba dengan visi menuju bebas sampah. "Saat ini baru di Besakih, rencana akan dibawa ke tempat lain. Kita dapat pendanaan dan fasilitas dari GoTo," jelas Olivia.

Indonesia-Swedia Kerja Sama Atasi Sampah

Menanti Jamur dan Bakteri Potensial Pengurai Sampah Plastik
Ilustrasi botol plastik. (dok. Tanvi Sharma/Unsplash.com)

Mengutip dari kanal Bisnis Liputan6.com, Selasa (12/9/2023), pemerintah RI melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Pemerintah Swedia melalui Swedfund International AB melakukan penandatanganan kerjasama untuk penerapan teknologi konversi sampah jadi energi terbarukan di Indonesia.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan, prinsip-prinsip pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan dan berkelanjutan menjadi komitmen Kementerian PUPR, salah satunya melalui pengembangan pengelolaan sampah. 

"Salah satunya pemanfaatan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) yang menjadikan sampah sebagai sumber energi terbarukan," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Kamis, 24 Agustus 2023.

Menteri Basuki mengungkapkan, sampah yang dihasilkan di Indonesia adalah sumber energi potensial yang penting. Tetapi sebagian besar dikelola melalui penggunaan tempat pembuangan akhir.

"Untuk itu kerja sama ini mempertimbangkan keahlian, kemampuan dan teknologi yang memadai dari Pemerintah Swedia untuk pengolahan sampah padat domestik dan mengkonversinya menjadi sumber energi terbarukan," katanya lagi.

Pendanaan Melalui Hibah

Sampah plastik.
Ilustrasi sampah plastik cemari lautan. (Foto: Shutterstock)

Kerja sama ini melibatkan Swedfund International AB yang memberikan hibah untuk membiayai studi kelayakan atau bantuan teknis lainnya dan Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Sebelumnya, Kementerian PUPR mengembangkan pemanfaatan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) menjadikan sampah sebagai sumber energi terbarukan untuk alternatif batu bara dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebun Kongok, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penerapan teknologi ini dibangun di timur kompleks TPA Kebun Kongok pada lahan seluas 7.000 meter persegi milik Pemerintah Kota Mataram berkapasitas pengolahan 120 ton sampah per hari. Dari kapasitas ini diperkirakan dapat mengolah sekitar 40,19 ton per hari dan menghasilkan 15 ton sampah yang telah diolah untuk RDF yang dimanfaatkan PLTU Jeranjang.

Analisis dari perusahaan studi energi independen, Rystad Energy memprediksi investasi energi terbarukan di Asia Tenggara akan mencapai 76 miliar dolar AS atau sekitar Rp. 1,1 kuadriliun pada 2025. Rystad Energy melihat, perusahaan minyak nasional (NOC) di sejumlah negara Asia Tenggara dan pemain hulu tradisional makin fokus pada inisiatif energi yang lebih bersih serta ramah lingkungan.

Infografis Sampah Antariksa dan Potensi Bahaya Masa Depan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Sampah Antariksa dan Potensi Bahaya Masa Depan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya