Nasib Penyuluh Agama di Gorontalo Puluhan Tahun Mengabdi, Waswas Tak Jadi ASN

Terlebih bagi mereka para tenaga honorer yang sudah mengabdi selama belasan hingga puluhan tahun

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 09 Okt 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi tenaga honorer (Istimewa)
Ilustrasi tenaga honorer (Istimewa)

Liputan6.com, Gorontalo - Persoalan pengangkatan Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga kini terus berdengung. Terlebih bagi mereka para tenaga honorer yang sudah mengabdi selama belasan hingga puluhan tahun.

Saat ini, mereka dibuat waswas dengan adanya pendataan yang dilakukan oleh Badan Kepegawain Negara (BKN). Musabab, usai dilakukan pendataan, banyak data tenaga honorer yang masuk ke BKN.

Berdasarkan data yang diterima, BKN per 30 September 2022, kurang lebih ada sekitar dua juta tenaga honorer yang sudah melakukan pengisian data di aplikasi BKN.

Berdasarkan data tersebut, honorer yang sudah lama mengabdi mengaku kaget dengan jumlah tersebut. Menurut mereka, jika kesempatan menjadi ASN atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

"Kami kaget, ternyata begitu banyak tenaga honorer di Indonesia. Kami sudah berfikir, sangat tipis harapan kami terangkat jadi PNS jika jumlah tenaga honorer begitu banyak," kata Rina yang enggan menyebutkan nama lengkapnya kepada Liputan6.com, Rabu (05/10/2022).

Apalagi kata Rina, saat ini banyak tenaga honorer yang baru satu tahun mengabdi sudah melakukan pendaftaran. Tentu ini akan menambah jumlah tenaga honorer.

"Saya melihat, meskipun baru satu hingga dua tahun jadi honorer sudah didata. Itulah yang menjadikan data itu membludak," ungkapnya.

Di tempat berbeda, Jufri salah satu penyuluh agama di Kementerian Agama Gorontalo mengaku jika mereka saat ini dibuat waswas. Mereka khawatir jika nasib mereka kalah beruntung dari honorer baru.

"Kami sudah belasan tahun jadi honorer penyuluh agama, jelas kami juga ini sudah tua. Sementara sebagian besar dari kami honorer sudah lama masih belum begitu paham dengan teknologi," kata Jufri.

"Apa iya, kami honorer yang sudah belasan tahun bisa disalip oleh honorer baru yang mengerti teknologi," katanya.

Mereka meminta instansi yang berwenang dalam pengangkatan ASN dan PPPK beisa mempertimbangakan lama kerja. Jadikanlah lama kerja menjadi indikator BKN untuk menyelamatkan tenaga honorer yang sudah lama mengabdi.

"Memang kami kurang paham tentang teknologi, tetapi kami paham dengan tupoksi kami sebagai tenaga honorer penyuluh agama," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Data non-ASN

Sementara itu, Pemerintah telah menghimpun data tenaga non-aparatur sipil negara (non-ASN) sebanyak 2.113.158 per 30 September 2022 melalui portal https://pendataan-nonasn.bkn.go.id Badan Kepegawaian Negara. Data tenaga non-ASN tersebut berasal dari 66 instansi pusat dan 522 instansi daerah.

”Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pejabat pembina kepegawaian kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang telah melakukan pendataan tenaga non-ASN yang berada di lingkungan instansi masing-masing,” kata Abdullah Azwar Anas Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KemenPAN RB.

KemenPAN RB Abdullah Azwar meminta kepada seluruh instansi untuk melakukan verifikasi dan validasi kembali terhadap data tenaga non-ASN.

“Bagi instansi yang belum melakukan input data tenaga non-ASN agar melakukan verifikasi dan validasi data sebelum data tersebut diinput ke dalam aplikasi pendataan BKN,” ia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya