Investor Menanti Pertemuan The Fed, Wall Street Melemah

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah didorong investor berhati-hati jelang pertemuan bank sentral AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jun 2019, 05:02 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2019, 05:02 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah didorong investor berhati-hati jelang pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan depan.

Selain itu, peringatan dari Broadcom mengenai melemahnya permintaan global membebani produsen chip dan menambah kekhawatiran perang dagang AS-China.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones merosot 17,16 poin atau 0,07 persen ke posisi 26.089,61.

Indeks saham S&P 500 susut 4,66 poin atau 0,16 persen ke posisi 2.886,98. Indeks saham Nasdaq tergelincir 40,47 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.796,66.

Selama sepekan indeks acuan di wall street menguat. Indeks saham Dow Jones bertambah 0,4 persen, indeks saham S&P 500 menguat 0,5 persen dan indeks saham Nasdaq menguat 0,7 persen.

Saham Broadcom Inc turun 5,6 persen setelah memangkas proyeksi pendapatan setahun penuh sebesar USD 2 miliar. Hal itu didorong perang dagang antara AS-China serta pembatasan ekspor pada Huawei Technologies Co Ltd.

Perusahaan chip lainnya juga turun tajam seiring sumber produk dan penjualan besar di China. Indeks Philadelphia Semiconductor turun 2,6 persen.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Menanti Pertemuan The Fed

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Di sisi lain investor bersiap untuk pertemuan the Fed pada pekan depan mengingat harapan pasar baru-baru ini kalau bank sentral AS dapat memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada 2019.

Sejumlah pakar mengatakan, pelaku pasar akan jual saham jika the Fed gagal mengambil keputusan lebih dovish atau kurang agresif.

Indeks saham S&P 500 telah naik 4,9 persen pada Juni dan mencatatkan kenaikan minggu kedua berturut-turut, sebagian besar pada harapan penurunan suku bunga.

"Kami ingin mendapatkan sejumlah indikasi dari the Fed. Itu yang penting. Semua orang bertaruh kalau the Fed akan menurunkan suku bunganya, mungkin tidak pada Juni tetapi segera," ujar Direktur Performance Trust Capital Partners, Brian Battle, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (15/6/2019).

Sentimen Perang Dagang

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Perang dagang antara AS dan China juga memberi investor alasan untuk bermain aman jelang akhir pekan.

"Ini semacam kode menunggu dan melihat. Pelaku pasar tetap sangat dekat dengan tolok ukurnya," tutur Direktur Per Stirling Capital Management, Robert Phipps.

Sementara itu, pertemuan G20 pada akhir bulan diharapkan dapat hasilkan kemajuan dalam suatu kesepakatan.

Selama sesi perdagangan, saham Apple Inc tergelincir 0,7 persen. Sentimen tersebut menambah kekhawatiran permintaan global, data China menunjukkan perlambatan pertumbuhan industri terburuk dalam 17 tahun.

Pertumbuhan output industri China pada Mei melambat di bawah harapan dan menunjukkan tanda-tanda melemahnya permintaan.

Selain itu, data menunjukkan penjualan ritel AS meningkat pada Mei dan penjualan untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi.

Ini menunjukkan kenaikan dalam belanja konsumen yang dapat meredakan kekhawatiran ekonomi melambat pada kuartal II.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 5,85 miliar saham. Angka ini lebih rendah dari rata-rata perdagangan saham selama 20 sesi terakhir sekitar 6,83 miliar saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya