Liputan6.com, Jakarta - PT Mandiri Sekuritas melihat pencatatan saham atau listing perusahaan teknologi di pasar modal Indonesia akan memberikan keuntungan besar bagi Indonesia. Hal ini untuk mendorong aliran dana investor asing.
Selain itu juga mendorong lembaga dalam negeri seperti asuransi, dana pensiun dan aset manajemen serta investor ritel untuk investasi di ekonomi baru seperti ekonomi digital.
Baca Juga
Indonesia memiliki salah satu pasar terbesar untuk ekonomi digital secara global dan terbesar di ASEAN. Akan tetapi, bursa efeknya kekurangan kehadiran ekonomi digital dan telah alami aliran dana investor asing keluar sejak taper tantrum atau pengetatan kebijakan bank sentral pada 2013. Demikian mengutip dari laporan riset PT Mandiri Sekuritas berjudul Harnessing the Power of the Digital Age pada Rabu, 10 Maret 2021.
Advertisement
Di sisi lain, pembiayaan swasta ke perusahaan rintisan sangat besar dari investor asing sangat besar. Pada Januari 2016-Juni 2020, investor asing mencatat aliran dana keluar senilai USD 2,9 miliar, sedangkan nilai kesepakatan di industri teknologi Indonesia mencapai USD 14 miliar.
Satu-satunya ukuran yang cukup besar di Indonesia yaitu Sea Ltd, dengan eksistensi yang kuat di game dan e-commerce serta dominasinya yang meningkat di pembayaran digital.
PT Mandiri Sekuritas melihat belum ada perusahaan teknologi yang mencatatkan saham menjadi alasan utama di balik arus dana investor asing yang keluar dari Indonesia. Apalagi investor asing melihat melemahnya pertumbuhan pendapatan di sektor non-teknologi.
Â
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bermitra dengan SPAC untuk Pencatatan Saham Bakal Ramai
PT Mandiri Sekuritas juga melihat perusahaan cek kosong atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC) akan menjadi pilihan perusahaan teknologi Indonesia untuk bermitra sehingga mendaftarkan saham perdana di bursa saham AS.
Berdasarkan data yang dihimpun S&P Global, aktivitas SPAC di Asia meningkat pada 2020. Dana yang terkumpul USD 2,4 miliar pada 2020 dan USD 1,7 miliar pada Januari 2021 dibandingkan USD 613 juta pada 2019. Beberapa SPAC ini melirik perusahaan teknolofi di Asia Tenggara untuk menjadi target akuisisi utama.
Sementara itu, di Amerika Serikat, pencatatan perusahaan cangkang atau SPAC mencapai rekor tertinggi pada 2020. Jumlahnya mencapai 248 pencatatan dan total pendapatan kotor USD 83 miliar.
Tren ini berlanjut pada 2021 dengan jumlah pencatatan sebanyak 144 dengan mengumpulkan dana USD 44 miliar. Hal itu berdasarkan data yang dikumpulkan SPAC hingga 14 Februari 2021.
Advertisement