Inggris Larang Binance Layani Uang Kripto, Kenapa?

Hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari Binance terkait peraturan yang ditetapkan Inggris.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 28 Jun 2021, 11:10 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2021, 11:10 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Setelah China melarang cryptocurrency, mata uang kripto ini kembali menghadapi kendala lain dalam upaya penerimaan pemerintah.  The Financial Times melaporkan, Financial Conduct Authority Inggris telah melarang bursa kripto Binance, termasuk Binance Markets Limited dan induknya Binance Group.

Seperti dilansir Yahoo Finance, Senin (28/6/2021), meski pengawas tidak mengatakan alasan pemblokiran Binance, aturan ini membuat bursa kripto terbesar ketiga tersebut tak dapat beroperasi. Binance memiliki waktu hingga 30 Juni untuk mengonfirmasi mereka memenuhi tuntutan Financial Conduct Authority.

Hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari Binance terkait peraturan yang ditetapkan Inggris. Meski demikian, Binance pernah menyebut bila pihaknya akan mengambil kewajiban peraturan dan berkomitmen untuk menghormati aturan di mana pun mata uang beroperasi.

Binance adalah salah satu bursa kripto terbesar saat ini. Secara global, volume perdagangan yang dihasilkan mencapai USD 2,46 triliun hingga Mei 2021. Tindakan keras FCA tidak hanya dapat membatasi perdagangan di pasar utama, tetapi juga merugikan perusahaan dan reputasi mata uang.

Walau tak diketahui bagaimana cara Binance mengatasi situasi ini, beberapa pihak menilai, perusahaan resmi harus bertindak cepat untuk menghindari tekanan lebih besar.

Dalam wawancara dengan Engadget, Binance menegaskan bila hal ini seharusnya tidak memiliki efek langsung pada aktivitas situs website utamanya, yakni Binance Markets Limited.

Hal ini karena, secara hukum, Binance Markets Limited belum meluncurkan bisnisnya secara resmi di Inggris. Meski kebijakan yang ditetapkan bukanlah sentimen positif bagi Binance, namun perusahan juga menegaskan, hal ini belum tentu merupakan bencana.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Prediksi JP Morgan

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, penjualan saham yang berkaitan dengan bitcoin antara Juni dan Juli memiliki kemungkinan menjadi tekanan baru pada cryptocurrency atau uang kripto, menurut JPMorgan Chase & Co.

Seperti dilansir Bloomberg, Kamis, 24 Juni 2021, arus lemah dan dinamika harga akibat aksi jual investor membuat penurunan harga bitcoin terjadi secara signifikan beberapa minggu terakhir.

Tak hanya itu, penjualan saham di Grayscale Bitcoin Trust setelah berakhirnya penguncian enam bulan bisa menjadi angin sakal tambahan, seperti diungkapkan ahli strategi JPMorgan.

Bitcoin berada di bawah tekanan beberapa hari terakhir. Pada Selasa 22 Juni 2021, harga mata uang kripto ini bahkan berada di bawah USD 30.000. Hal ini tak terlepas dari kekhawatiran mengenai penggunaan energi terkait penambangan yang dilakukan.

Tak hanya itu, tindakan keras China yang diperluas juga membuat mata uang digital ini turun 1,1 persen atau berada di angka USD 32.709 atau sekitar Rp 472,32 juta (asumsi kurs Rp 14.440 per dolar AS) pada Kamis, 24 Juni 2021. Angka tersebut turun 50 persen dari rekor tertingginya, yakni hampir USD 65.000 pada pertengahan April.

"Meskipun koreksi minggu ini, kami enggan untuk meninggalkan pandangan negatif kami untuk bitcoin dan pasar crypto secara lebih umum. Meskipun ada beberapa peningkatan, sinyal kami tetap bearish secara keseluruhan," kata ahli strategi JPMorgan.

Secara terpisah, Chief Executive Officer DoubleLine Capital LP Jeffrey Gundlach mengatakan di Twitter, bila hal ini merupakan masalah besar. Terlebih jika bitcoin ditutup di bawah USD 30.000. Kemampuan untuk mempertahankan level dianggap oleh beberapa orang sebagai kunci tren masa depan uang kripto.

Nilai wajar bitcoin berdasarkan perbandingan volatilitas versus emas terlihat dalam kisaran USD 23.000 hingga USD 35.000 untuk jangka menengah, tulis ahli strategi JPMorgan.

"Ini masih akan membawa penurunan harga ke level USD 25.000 sebelum momentum jangka panjang akan memberi sinyal kapitulasi," kata ahli strategi JP Morgan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya