Alasan Marak Investasi Bodong Berkedok Robot Trading

Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Mohammad Andoko mengatakan, robot trading bukan fenomena yang benar-benar baru.

oleh Agustina MelaniPipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Okt 2021, 16:47 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2021, 21:31 WIB
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Penipuan berkedok investasi seperti tak pernah habis ditumpas. Pelaku seakan memiliki sejuta jurus untuk terus beraksi. Baru-baru ini ditemukan modus baru investasi dengan penipuan berkedok robot trading.

Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Mohammad Andoko mengatakan, robot trading bukan fenomena yang benar-benar baru. Ia mengaku telah mengamati fenomena ini sekitar setahun terakhir.

Seperti penipuan investasi pada umumnya, Andoko mengatakan modus awalnya yakni menawarkan imbal hasil yang tinggi dengan cara instan.

"Robot trading itu kenapa banyak orang yang tertarik, karena dia menjanjikan keuntungan. Sama seperti investasi bodong. Di mana ditawarkan produk, dijanjikan tiap bulan dapat berapa persen. Padahal bisa jadi skemanya itu ponzi. Jadi dia dapat uang dari member yang baru,” ujar dia kepada Liputan6.com, Sabtu (2/10/2021).

Sementara itu, Pengamat dan Praktisi Investasi Desmond Wira menuturkan, marak penawaran investasi berkedok penawaran robot trading karena memanfaakan orang tidak mau kerja dan serakah.

"Cari korban mudah serakah. Modus robot trading baru, tetapi banyak belum tahu. Robot trading sebagai kedok," kata dia.

Selain itu, Desmond mengatakan, imbal hasil atau keuntungan yang ditawarkan juga tinggi. "Sehari bisa 1 persen,2 persen,3 persen,4 persen, dan 5 persen per hari," kata dia.

Kurangnya literasi investasi di masyarakat dimanfaatkan oleh penipu untuk mendulang cuan. Andoko mengungkapkan, karakteristik kebanyakan masyarakat Indonesia masih kurang cermat dalam melakukan analisa produk investasi. Sehingga rentan terjerumus dalam investasi bodong.

"Orang-orang yang melakukan hal ini (penipuan), sebenarnya sudah tahu karakteristik orang Indonesia yang senangnya dapat kepastian. Dapat  return pasti dan abnormal,” kata Andoko.

Sebagai langkah antisipasi, Andoko mengimbau kepada calon investor agar mempelajari produk investasi sebelum mengambil keputusan. Selain itu, perlu juga mempelajari market dan strateginya. Jika perlu, berguru pada pihak yang memang memiliki pengalaman atau ahli dalam instrumen yang dikehendaki.

Tak kalah penting, cek pula legalitasnya. Robot trading mengacu pada platform kegiatan perdagangan jual-beli aset seperti mata uang atau forex secara otomatis. Melihat dari jenis produknya, regulasinya berada di  Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

"Terakhir, perlu action. Tapi rasanya belajarnya jangan langsung yang high return. Belajar bertahap dulu,” imbuhnya.

Di sisi lain, Andoko menerangkan robot trading tidak memiliki transparansi dan tidak memiliki izin regulator alias ilegal.Sebagai perbandingan, Andoko menyebutkan Single Investor Identification (SID) untuk investor pasar modal lebih bisa mengakomodasi dari sisi transparansi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Robot Trading Hanya Alat

Penjelasan OJK Tentang Fintech di Indonesia
Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L Tobing menjelaskan tentang fintech di Indonesia, Jakarta, Rabu (12/12). Sedangkang P2P ilegal tidak menjadi tanggung jawab pihak manapun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dihubungi secara terpisah, Ketua Satgas Waspada Investasi (SWI) Tongam L. Tobing menegaskan robot trading hanya merupakan alat untuk melakukan perdagangan. Sehingga bisa untung dan juga bisa rugi.

"Tidak akan ada keuntungan yang fix dalam trading. Masyarakat yang ingin menggunakan robot trading hendaknya adalah  orang yang sudah memahami mekanisme trading, sehingga mengetahui risikonya,” kata Tongam. 

Beberapa hal yang perlu diketahui adalah, keputusan investasi untuk jual atau beli mestinya berasal dari investor, bukan pihak lain.

“Jangan sekali-kali melakukan investasi perdagangan berjangka komoditi ke pihak lain yang bukan perusahaan perdagangan berjangka komoditi yang berizin dari Bappebti,” ujar Tongam.

 

 

Kata Trader

Update:

Seorang trader, Fajar A. (38) menceritakan, robot trading itu adalah alat yang dipakai trader untuk membantu trading secara otomatis dengan sistem yang dipakai punya analisis teknikal.

Dirinya juga memakai robot trading asli untuk trading dan menangkap momen. Hal ini mengingat dirinya tidak bisa trading dalam 24 jam.

Ia memakai robot trading tersebut sudah lima tahun yang dipasang di laptop dan PC. “Tidak mungkin 24 jam (trading-red). Momen forex bisa tidak sesuai keinginan kita. Sayang kalau terlewat. Untuk permudah (pakai robot trading-red), dan pakai VPS, sewa server karena kalau komputer dimatikan, robot tidak jalan,” kata Fajar saat dihubungi Liputan6.com.

Fajar menuturkan, robot trading tersebut seperti script, karena berjalan otomatis jadi disebut robot trading. Robot trading ini, menurut Fajar memiliki file sehingga robot trading tersebut dapat digunakan oleh broker lain.

Ia mengaku, kalau selama memakai robot trading asli juga pernah rugi. “Algoritma asli secanggih apapun tidak ada yang pasti. Money loss pasti ada,” kata dia.

Fajar mengatakan juga mengetahui dengan robot trading abal-abal ini. Robot trading abal-abal ini, menurut Fajar ditemui tidak ada file. Padahal robot trading asli memiliki file dan dapat dipakai broker lain. Selain itu, ia menuturkan, memang ada tawaran imbal hasil yang menarik untuk memakai robot trading abal-abal tersebut. Salah satunya penawaran dengan iming-iming keuntungan satu persen setiap hari.

Fajar menambahkan, penawaran robot trading abal-abal ini marak saat ini karena melihat barang baru setelah menjajal saham dan kripto. Saat awal pandemi COVID-19, Fajar menuturkan, ada pertumbuhan investor di saham.  Hal itu seiring kondisi pandemi COVID-19, menurut Fajar membuat seseorang mencari kerja sampingan, ada yang tidak bekerja dan memanfaatkan kerja dari rumah sehingga punya waktu luang dengan masuk pasar modal.

Fajar menambahkan, ketika investor sudah mendapatkan untung di saham kemudian menjajal kripto. Namun, Fajar menuturkan, aset kripto juga turun sehingga ketika ada tawaran baru seperti penawaran investasi dengan kedok robot trading ikutan masuk.

”Mereka jenuh di saham tidak seperti dulu karena loss, kemudian masuk kripto. Kripto juga galau dari nilai Rp 800 juta jadi Rp 400 juta. Selanjutnya melihat ada casing baru (robot trading-red),” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya