Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) menargetkan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue Perseroan bisa selesai pada Februari 2022.
Rencana tersebut sebelumnya telah disetujui oleh pemegang shama dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 November 2021.
Baca Juga
RUPSLB bertujuan untuk mematuhi peraturan OJK (POJK) No. 12/2020 yang mewajibkan Bank BUKU II untuk menambah modal inti minimum hingga Rp 2 triliun pada Desember 2021 dan Rp 3 triliun pada Desember 2022.
Advertisement
Dalam right issue, Perseroan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 20 juta saham dengan nilai nominal Rp 100,00 per lembar.
"Saat ini, pelaksanaan rights issue sudah memasuki periode first registration dan keseluruhan aksi korporasi Rights Issue ditargetkan dapat selesai di bulan Februari 2022. Amar Bank tetap optimis untuk bisa memenuhi persyaratan modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun di tahun 2022," ujar Executive Vice President Finance Amar Bank, David Wirawan dalam keterangan resmi, Jumat (31/12/2021).
Seiring dengan pemenuhan peraturan permodalan tersebut, David mengatakan Amar Bank telah melalui periode sembilan bulan 2021 dengan cukup baik.
Akselerasi program vaksinasi COVID-19 di 2021 juga turut berdampak pada pemulihan aktivitas bisnis, sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat yang memberikan perbaikan siklus ekonomi domestik.
"Kondisi positif tersebut juga telah memacu Amar Bank mencatatkan kinerja yang masih tetap positif selama 9M21,” kata dia.
Hingga kuartal III 2021, Amar Bank mencatatkan total pinjaman sebesar Rp 2,08 triliun atau tumbuh sebesar 28,7 persen ytd.
Portofolio Pinjaman Amar Bank telah mencapai lebih dari 64 persen untuk pinjaman produktif. Mayoritas kontribusi berasal dari platform digital Tunaiku yang tercatat sebesar Rp 1,7 triliun atau naik 35,4 persen ytd.
"Hal tersebut menunjukkan dari sisi penyaluran pinjaman, Bank Amar tetap bertumbuh dengan baik di tahun ini,” imbuh David.
Dari sisi pendanaan, Bank Amar mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cenderung menurun pada periode sembilan bulan 2021. DPK tercatat sebesar Rp 2,1 triliun atau turun 6,9 persen ytd.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Kuartal III 2021
Namun, dengan kondisi pendanaan yang menurun, Amar Bank tetap mencatatkan CASA sebesar Rp 106 miliar atau naik 31,8 persen ytd.
Terlepas penurunan dari sisi pendanaan, hal ini turut berdampak positif terhadap kinerja bisnis yang semakin optimal tercermin pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang konsisten naik dengan rincian 63,6 persen pada kuartal I 2021, 81,4 persen di paruh pertama tahun ini, dan 97,1 persen hingga kuartal III 2021.
Di samping itu, total Aset berhasil tercatat sebesar Rp3,9 triliun David juga mengatakan pada kuartal-III 2021, Amar Bank mencatatkan pendapatan Bunga sebesar Rp 185,3 miliar atau naik 25,7 persen secara kuartalan (QoQ) dan Beban Bunga tercatat sebesar Rp 50 miliar atau turun 17 persen QoQ.
Sehingga Amar Bank mencatatkan Pendapatan Bunga Bersih sebesar Rp 135,2 miliar atau naik 55,2 persen QoQ. Adapun, biaya operasional tercatat sebesar Rp 74,8 miliar yang mayoritas dialokasikan untuk meningkatkan kegiatan pemasaran terutama secara digital.
Sepanjang sembilan bulan 2021, Amar Bank tetap mencatatkan laba bersih sebesar Rp 565 juta walaupun tercatat lebih rendah dari tahun sebelumnya atau dikomparasi dengan NPL di 2020. Hal tersebut disebabkan oleh pembebanan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang meningkat.
Kondisi tersebut berdampak pada turunnya Non Performing Loan (NPL) September 2021 menjadi 2,93 persen, dibandingkan NPL Desember 2020 sebesar 4,80 persen. Adapun NPL sebesar 2,93 persen masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan regulator.
Advertisement
Gerak Saham AMAR
Pada penutupan perdagangan Kamis, 30 Desember 2021, saham AMAR merosot 6,73 persen ke posisi Rp 388 per saham. Saham AMAR dibuka stagnan Rp 416 per saham.
Saham AMAR berada di level tertinggi Rp 420 dan terendah Rp 388 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.325 kali dengan volume perdagangan 193.734. Nilai transaksi Rp 7,7 miliar.