Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan sanksi SP I kepada sejumlah emiten yang belum sampaikan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Salah satunya yakni PT Bank Tabungan Negara Indonesia Tbk (BBTN) atau BTN.
BTN merupakan satu-satunya bank pelat merah yang hingga saat ini belum menyampaikan laporan keuangan tengah tahun. Alih-alih segara mengungkap kondisi keuangan terkini, manajemen memastikan kinerja perseroan berjalan on-track.
Baca Juga
Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengatakan, BTN masih optimistis memandang pertumbuhan ekonomi ke depan, terutama di tengah penanganan pandemi yang semakin terkendali. Ia menilai, kebutuhan akan kepemilikan rumah masih menunjukkan peningkatan.
Advertisement
“Kami perkirakan dengan ekonomi dan pandemi yang terkendali serta membaik, serta beberapa sektor telah kembali normal, maka kredit akan tetap sesuai target awal akan tumbuh di kisaran 9-10 persen,” kata Setiyo dalam keterangan resmi, Jumat (9/9/2022).
Di sisi lain, perseroan telah melakukan berbagai langkah mitigasi untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed, harga bahan bakar minyak (BBM), serta tren pertumbuhan ekonomi. Di antaranya termasuk efisiensi melalui otomatisasi dan digitalisasi.
Perseroan juga telah melakukan perbaikan proses bisnis dan menerapkan strategi segmentasi konsumen yang lebih baik. Dengan implementasi strategi tersebut, pertumbuhan dan arah bisnis perseroan masih sesuai target hingga akhir 2022.
“Kami telah melakukan berbagai strategi mitigasi berupa efisiensi dan penyaluran kredit yang prudent sehingga kinerja kami on-track dan sampai akhir tahun tidak ada perubahan Rencana Bisnis Bank [RBB],” jelas Setiyo.
Strategi lainnya yang juga dilakukan BTN yakni perbaikan sisi Cost of Fund (CoF). "Dalam satu tahun terakhir, Bank BTN telah menurunkan CoF hingga sekitar 120 basis poin sehingga ini memperbaiki penawaran bunga ke nasabah kami,” imbuh Setiyo memungkasi.
BTN Tebar Saham Remunerasi untuk Direksi hingga Komisaris Rp 4,67 Miliar
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN membagikan 3.087.700 lembar saham senilai Rp 4,67 miliar kepada direksi dan komisaris perseroan.
Pemberian sejumlah saham itu dalam rangka pemenuhan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 45/POJK.03/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi Bagi Bank Umum. Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (6/9/2022), transaksi tersebut berlangsung serentak pada 26 Agustus 2022 dengan harga penawaran Rp 1.511 per saham.
Haru Koesmahargyo selaku Direktur Utama BTN menerima bagian paling besar yakni sebanyak 304.600 lembar saham senilai Rp 460,25 juta. Sementara Wakil Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menerima 338.000 lembar saham senilai Rp 510,72 juta.
Lima direksi lainnya, yakni Direktur Operation,IT, and Digital Banking Andi Nirwoto, lalu Direktur Wholesale Risk and Asset Management Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Consumer and Commercial Lending Hirwandi Gafar, Direktur Distribution and Retail Funding Jasmin, dan Direktur Risk Management and Transformation Setiyo Wibowo masing-masing memperoleh 320.100 lembar saham senilai Rp 483,67 juta.
Sementara dua direksi lainnya yakni Direktur Finance, Planning, and Treasury BTN Nofry Rony Poetra dan Direktur Compliance and Legal Eko Waluyo masing-masing menerima 261.300 lembar saham senilai Rp 394,82 juta.
Dari jajaran Komisaris, yakni Heru Budi Hartono dan Andin Hadiyanto yang mendapatkan masing-masing 161.000 lembar saham BBTN atau senilai Rp 243,27 juta.
Advertisement
BTN Hanya Himpun Rp 2,5 Triliun darn Obligasi Berkelanjutan IV, Ini Alasannya
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menyampaikan perkembangan terbaru terkait Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan IV Bank BTN dengan tingkat bunga tetap (PUB IV) sebanyak Rp 8 triliun.
Penawaran obligasi berkelanjutan IV BTN telah terhimpun dana Rp 2,5 triliun yang berasal dari tahap I 2020 dan tahap II 2022. Raihan tersebut setara dengan 31,25 persen dari target dana yang direncanakan dihimpun sebesar Rp 8 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Senin (15/8/2022), PUB IV yang telah menjadi efektif pada 11 Agustus 2020 dengan target dana yang direncanakan dihimpun sebesar sebesar Rp 8 triliun, masa penawaran sampai dengan dua tahun telah berakhir pada 11 Agustus 2022.
Rincian
Rincian tersebut PUB IV tahap 1 2020 senilai Rp 1,5 triliun. Obligasi tersebut dalam tiga seri. Seri A sebanyak Rp 577 miliar dengan tingkat bunga 6,75 persen, seri B sebanyak Rp 727 miliar dengan tingkat bunga 7,8 persen, seri C sebanyak Rp 196 miliar dengan tingkat bunga 8,4 persen.
Sementara itu, PUB IV tahap II 2022 senilai Rp 1 triliun dalam dua seri. Seri A Rp 600 miliar dengan tingkat bunga 5,5 persen dan seri B Rp400 miliar dengan tingkat bunga 6 persen.
“Dengan demikian jumlah dana yang dihimpun dalam rangka PUB IV tersebut seluruhnya berjumlah Rp 2,5 triliun,” tulis Perseroan, ditulis Senin (15/8/2022).
Adapun sisa dana yang tidak dihimpun pada PUB IV adalah sebesar Rp5,5 triliun yang tidak diterbitkan melalui PUB IV, karena pertimbangan kondisi pasar dan likuiditas Perseroan.
Advertisement