Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan pada 2024. Meski demikian, rencana tersebut masih dalam kajian IIF.
Direktur Pelaksana dan Chief Financial Officer Indonesia Infrastructure Finance Rizki Pribadi Hasan menuturkan, pihaknya masih melakukan kajian untuk menerbitkan obligasi baru pada 2024. Namun, hal itu tergantung kebutuhan dana maupun tingkat suku bunga yang menarik.
Baca Juga
"Jadi memang nanti kita akan lihat dalam perjalanannya tahun ini kalau misalnya memang kita melihat ada kebutuhan dana maupun lihat suku bunga yang menarik, tentunya kita akan mempertimbangkan untuk kembali lagi menerbitkan obligasi berkelanjutan," kata Rizki saat ditemui di Jakarta, Senin (15/1/2024).
Advertisement
Di samping itu, ia menuturkan, pihaknya menargetkan penyaluran dana pada semester I 2024 tumbuh 10% dibandingkan sebelumnya. Ini mengingat, tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan, sehingga IIF hanya memasang target konservatif sepanjang 2024.
"Jadi mungkin kita akan ikuti industri keuangan yang lainnya. Jadi, kurang lebih mungkin penambahan mungkin di kisaran 10% dari sisi pembiayaan, tapi mungkin secara konservatif kita menjajaki untuk tumbuh sebesar 10% dari sisi investment asetnya," kata dia.
Mengacu pada target tersebut, IIF tetap memperhatikan tingkat suku bunga yang masih tinggi. Sebab, suku bunga yang tinggi ini terkadang dapat menghambat pertumbuhan dari pusat pembiayaan maupun perbankan.
"Tetapi, Insya Allah mungkin kita juga mengharapkan adanya penurunan suku bunga mungkin di semester II berdasarkan banyak sumber, mudah-mudahan dengan adanya kemungkinan turun suku bunga itu, jadi kita isa tumbuh sesuai dengan target tersebut," tandasnya.
IIF Himpun Dana Rp 355,19 Miliar dari Penerbitan Surat Berharga Perpetual
Sebelumnya diberitakan, PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) telah menerbitkan Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 dengan nilai emisi sebesar Rp 355.190.000.000 atau Rp 335,19 miliar. Penerbitan Surat Berharga tersebut telah resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Januari 2024.
Sebelumnya IIF juga telah berhasil mencatatkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023 sebesar Rp500.000.000.000, pada 27 Desember 2023.
Pencatatan dua instrumen tersebut di BEI memiliki signifikansi tersendiri bagi IIF dalam hal alternatif sumber pendanaan dan membuktikan suatu pencapaian baru bagi IIF di sektor Pasar Modal Indonesia.
Pada penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023, IIF memainkan peran sebagai katalis yang dapat terlihat dari besarnya jumlah investor ritel yaitu mencapai hampir 65% meskipun Obligasi ini tidak diidentifikasikan secara khusus sebagai Obligasi Ritel. Hal tersebut merupakan cerminan dari upaya IIF selama ini untuk selalu mensosialisasikan konsep pembiayaan infrastruktur berbasis keberlanjutan.
Di sisi lain, Surat Berharga Perpetual yang diterbitkan IIF pada 2024 merupakan instrumen tematik yang diterbitkan dengan tujuan utama yaitu memperkuat struktur modal IIF.
Advertisement
Pemakaian Dana Surat Berharga Perpetual
Dana yang berhasil dihimpun tersebut kemudian akan digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur berkelanjutan yang berlandaskan prinsip Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) di Indonesia. Surat Berharga Perpetual ini tidak memiliki jangka waktu, namun instrumen ini memiliki opsi tebus atas pelunasan pokok pada tahun ke-5 dan setiap ulang tahun penerbitan sesudahnya.
Mengenai surat berharga yang diterbitkan, instrumen tersebut merupakan sebuah terobosan baru yang ada di Pasar Modal Indonesia. Instrumen tersebut menjadi yang pertama menggunakan mekanisme penawaran umum di Indonesia. Surat Berharga tersebut juga merupakan instrumen pertama yang mengimplementasikan aturan POJK 11/2018 perihal Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk kepada Pemodal Profesional.
Presiden Direktur IIF Reynaldi Hermansjah mengatakan bahwa tingkat imbal bagi hasil yang ditetapkan tergolong kompetitif untuk menarik minat dan partisipasi publik. Kupon Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023 sebesar 6,45% untuk tenor 370 hari 6,70% untuk tenor 3 tahun dan 6,80% untuk tenor 5 tahun serta imbal bagi hasil Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 sebesar 8,25% per tahun yang diberikan tergolong kompetitif.
Ramaikan Instrumen Investasi
Hal tersebut merupakan upaya kami dalam melibatkan partisipasi masyarakat untuk mendukung pertumbuhan proyek infrastruktur yang berkelanjutan di Indonesia.
“IIF adalah lembaga keuangan yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan proyek-proyek infrastruktur. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pendanaan atau sumber pendanaan bagi IIF. Oleh karenanya, pencatatan surat berharga perpetual berwawasan lingkungan PT Indonesia Infrastructure Finance di Bursa Efek Indonesia pada 2024 ini merupakan salah satu alternatif kami untuk mencari pendanaan,” kata Reynaldi dalam Seremoni Pencatatan Perdana Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan, Senin (15/1/2024).
Ia melanjutkan, IIF turut serta meramaikan keberagaman instrumen investasi di pasar modal Indonesia. Dengan penerbitan dua instrumen ini, IIF sangat bergembira bisa turut serta berpartisipasi dalam memperkaya keberagaman instrumen di pasar modal Indonesia, khususnya melalui BEI.
“Serta turut meningkatkan jumlah instrumen berbasis keberlanjutan atau apa yang sering dikenal dengan Green Instruments,” kata dia.
Di sisi lain Pefindo selaku lembaga pemeringkat independen memberikan peringkat idAAA (triple A, stable outlook) untuk Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023 serta peringkat idAA (double A, stable outlook) untuk Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 atau dua tingkat di bawah peringkat korporasi (idAAA), yang mencerminkan posisi Surat Berharga Perpetual yang lebih junior, sesuai dengan klasifikasinya sebagai komponen modal inti tambahan dan memiliki karakteristik penangguhan pembayaran imbal bagi hasil.
Advertisement