Kehabisan Bahan Bakar, Teleskop Pemburu Planet Milik NASA Bakal Pensiun

Untuk diketahui, NASA menghadirkan Kepler pada 2009 lalu. Tujuannya untuk mencari frekuensi dan eksistensi dari exoplanet yang ada di galaksi kita.

oleh Jeko I. R. diperbarui 11 Jul 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2018, 06:30 WIB
Bintang Kepler-90 dan delapan planet yang mengorbitnya
Bintang Kepler-90 dan delapan planet yang mengorbitnya. (NASA)

Liputan6.com, California - Teleskop pemburu planet asing (exoplanet) milik NASA, Kepler, bakal dinonaktifkan secara permanen.

Alasannya, Badan Antariksa Amerika Serikat itu mengungkap Kepler sudah mau kehabisan bahan bakar.

Dilansir The Verge pada Rabu (11/7/2018), Kepler sudah memasuki modus hibernasi pada Senin (9/7/2018).

Jika dinyalakan terus-terusan, Kepler akan kehabisan bahan bakar dan berpotensi merusak fasilitas NASA.

Untuk diketahui, NASA menghadirkan Kepler pada 2009 lalu. Tujuannya untuk mencari frekuensi dan eksistensi dari exoplanet yang ada di galaksi kita.

Tak sedikit para ilmuwan menggunakan Kepler untuk berburu exoplanet di luar galaksi Bima Sakti.

Teleskop terbang yang kini berjarak 94 juta mil dari Bumi itu juga telah memegang andil penting dengan memindai sejumlah wilayah exoplanet. Hingga kini, sudah ada sekitar 2.650 exoplanet yang ditemukan Kepler. 

NASA sendiri berencana akan mengirim Kepler kembali ke orbit Bumi pada Agustus 2018. Saat kembali, antena teleskop itu akan mengarah ke Bumi dan mentransfer data exoplanet yang sudah ditemukan.

Ada 121 Planet Raksasa yang Memiliki Bulan, Apa Layak Huni?

Perbandingan planet Kepler-1647 b dengan beberapa planet lain
Perbandingan planet Kepler-1647 b dengan beberapa planet lain (Lynette Cook)

Terlepas dari kabar Kepler yang bakal pensiun, peneliti baru saja menemukan lebih dari 100 planet raksasa di luar angkasa. Tercatat, ada 121 planet super besar yang ditemukan dan semuanya diyakini memiliki Bulan yang dapat mendukung kehidupan.

Seperti dilansir Phys, Jumat (22/6/2018), penemuan bersejarah ini dipublikasikan dalam sebuah paper The Astrophysical Jornal.

Adapun tim peneliti berasal dari University of California, Riverside, dan University of Southern Queensland.

Para peneliti berpendapat, penemuan planet mendorong rencana mereka untuk menciptakan teleskop masa depan yang bisa mendeteksi bulan yang berpotensi bisa dihuni.

Penelitian ini juga didukung oleh teleskop milik NASA, Kepler, yang diluncurkan sejak 2009. Kepler juga bertugas untuk mencari planet asing alias exoplanet yang layak huni.

Pada pertengahan 2017, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut juga sempat menemukan 219 exoplanet, yang mana 10 di antaranya memiliki karakteristik mirip dengan Bumi.

Dilansir New Scientist, Kepler menemukan exoplanet ini dengan memantau pergerakan bintang-bintang yang mengelilinginya. 

Seiring planet bergerak di antara bintang, cahayanya akan berpendar. Dari sinilah, Kepler dapat mendeteksi tanda-tanda sebuah exoplanet baru.

Dengan ditemukannya 219 exoplanet baru, jumlah exoplanet yang sudah diburu NASA kini bertambah menjadi 4.034.

Walau demikian, NASA tidak bisa menyingkap apakah semua exoplanet yang diburu benar-benar memiliki karakteristik yang sama dengan Bumi atau tidak.

Masih Terus Mencari Jawaban

Ilustrasi planet-planet yang ditemukan oleh Teleskop Kepler
Ilustrasi planet-planet yang ditemukan oleh Teleskop Kepler (NASA Ames/W. Stenzel)

"Penemuan ini malah membuat kita--umat manusia--bertanya-tanya, berapa banyak planet yang mirip Bumi ada di dalam galaksi ini? Jawabannya hingga sekarang terus kita masih cari," kata Susan Thompson, ilmuwan Kepler di SETI Institute, Mountain View, AS.

Data yang dikirim langsung dari teleskop Kepler juga mengungkap jenis exoplanet berdasarkan ukuran.

Adapun di antaranya meliputi planet mirip Bumi, planet "Super-Earth" (ukuran lebih besar dari Bumi) dan planet Neptunus dengan ukuran yang lebih kecil.

Sebelumnya, NASA sudah menemukan exoplanet di luar Tata Surya yang memiliki ukuran sama dengan Bumi. Badan Antariksa Amerika Serikat itu menamai planet dengan julukan b, c, d, e, f, g, dan h. 

Tiga di antaranya, Trappist-1 e, f dan g memiliki perairan pada permukaan. Para ilmuwan meyakini, ketiga planet dengan perairan tersebut bisa menjadi sumber kehidupan utama manusia.

Empat lainnya, Trappist-1 b, c, d dan h, tengah diteliti apakah juga termasuk ke dalam zona layak huni atau tidak.

Berdasarkan analisis, keempat planet ternyata juga masuk kategori layak huni. Keempat planet ini memiliki kandungan gas hidrogen, yang ternyata juga mendukung tanda kehidupan manusia.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya