Liputan6.com, Jakarta - Garmin belum lama ini bermitra dengan sejumlah ilmuwan dari berbagai universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia guna meneliti potensi smartwatch dengan fungsi deteksi dini Covid-19.
Melalui kemitraan ini, mereka menelaah potensi smartwatch Garmin sebagai perangkat yang dapat membantu masyarakat guna mengidentifikasi, melacak, dan memantau Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Dua hal yang menjadi fondasi penelitian ini ialah detak peningkatan detak jantung sebagai gejala awal common cold, flu atau Covid-19, serta fitur pemantau detak jantung di smartwatch Garmin. Dalam penelitian ini, mereka menganalisis lebih lanjut potensi smartwatch.
Turut berpartisipasi di dalam beberapa riset berskala internasional, Garmin memberikan informasi bagaimana pengguna smartwatch dapat berkontribusi terhadap riset ini. Berikut ini beberapa studi internasional utama dengan kontribusi Garmin dan penggunanya:
Covidentify
Dalam sebuah riset oleh Duke University yang bertajuk Covidentify, para peneliti mencari tahu bagaimana memperlambat penyebaran Covid-19.
Penelitian ini berguna untuk mempelajari cara melacak penyebaran Covid-19, mendapati saat seseorang mungkin rentan tertular, dan yang mempunyai resiko tertinggi saat terinfeksi.
Untuk itu, Garmin mendorong penggunanya menautkan data pada smartwatch ke studi ini untuk membantu para peneliti dalam mempelajari bagaimana detak jantung dan gerakan mereka terpengaruh oleh Covid-19.
Orang yang sehat dan tetap di rumah juga dapat berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi lainnya dapat dipelajari di www.covidentify.org.
Scripps Research DETECT
Detak jantung lebih cepat dari biasanya dapat menjadi salah satu tanda seseorang terserang demam, flu, bahkan terinfeksi Covid-19.
Penelitian Scripps Research DETECT berusaha untuk mencari tahu apakah perubahan pada denyut jantung, serta aktivitas dan kualitas tidur pada individu, dapat menjadi indikasi awal penyakit yang sangat viral, seperti Covid-19.
Dalam penelitian ini, pengguna Garmin dapat ikut berpartisipasi melalui aplikasi MyDataHelps yang akan memandu mereka untuk memberikan persetujuan, menyinkronkan perangkat, dan memasukkan data pribadi yang dibutuhkan.
Berbekal data ini, para ilmuwan berharap dapat mengidentifikasi potensi kemunculan penyakit seperti influenza pada pengguna dan memberikan langkah-langkah untuk menanggulanginya. Informasi tentang penelitian ini dapat dibaca di www.detectstudy.org.
Advertisement
PhysioQ
Institusi penelitian lainnya, yaitu PhysioQ, baru saja membuka daftar tunggu untuk NEO, sebuah platform pemantauan Covid-19 gratis yang dibuat untuk memantau kondisi keluarga di rumah.
Dengan menggunakan produk-produk andalan yang dipercaya oleh para peneliti, termasuk smartwatch Garmin dan pelacak aktivitas lainnya, keluarga dapat merasa tenang karena dapat melakukan pemantauan pada tingkat saturasi oksigen, detak denyut jantung, dan lainnya dari jarak jauh.
Data anonim yang telah dikumpulkan akan disumbangkan untuk membuat salah satu pangkalan data terbuka Covid-19 terbesar di dunia.
Beberapa peneliti telah menyetujui untuk menjalankan inisiatif ini, termasuk Dr. Andrew Ahn, seorang internis dan peneliti yang merawat pasien di garis depan, serta Dr. Chung-Kang Peng, Director of the Center for Dynamical Biomarkers dan Associate Professor of Medicine at Harvard Medical School.
(Why/Isk)