Ekonomi Indonesia Jauh Lebih Baik Dibanding Negara Tetangga

Menko Luhut sudah mengindentifikasi penyebab turunnya perekonomian nasional. Setidaknya ada 8 titik yang menjadi masalah.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2020, 16:20 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2020, 16:20 WIB
FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ekonomi Indonesia memang minus pada kuartal II 2020. Namun angka pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). 

"Memang kita minus 5,3 persen, tapi kalau dibandingkan negara-negara lain sekitar, kita lebih bagus," kata Luhut di acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Tranformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing, Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Terpenting kata Luhut, dampak kepada PDB saat ini masih bagus. "Saya pikir kita masih lebih baik," kata dia.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan pihaknya sudah mengindentifikasi penyebab turunnya perekonomian nasional. Setidaknya ada 8 titik yang menjadi masalah.

"Kita identifikasi ada 8 titik yang jadi masalah, dalam ekonomi kita ini," kata dia.

Sayangnya, Luhut tak menjelaskan lebih rinci 8 titik masalah yang dimaksud. Dia hanya menyebutkan Pemerintah akan fokus membenahi itu agar ekonomi Indonesia kembali pulih. "Dan ini kita akan fokus supaya kita bisa rebound lebih cepat," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

Menko Airlangga Prediksi Ekonomi Indonesia Minus 3 Persen di Kuartal III 2020

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2020 bakal berada di antara minus 1 persen sampai dengan 3 persen. Dengan pertumbuhan itu, maka Indonesia sudah bisa dipastikan masuk ke dalam resesi.

"Kalau di Kuartal ketiga ini diperkirakan dari minus 3 menjadi sampai minus 1 peren," kata dia dalam diskusi virtual bertajuk 'Anies Rem Darurat, Ekonomi Tercekat?', di Jakarta, Minggu (13/9/2020).

 

Airlangga menyebut dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah sudah tidak memikirkan lagi apakah Indonesia mengalami resesi atau tidak resesi. Sebab, di tengah kondisi ketidakpastian ini banyak negara-negara lain yang juga mengalami resesi ekonomi.

"Artinya kita tidak masalah resesi tidak resesi. Itu bahasanya we are bot alone. 215 negara mengalami resesi, tapi yang kita liat apakah negara itu sudah menemukan garis bottom line-nya?" kata dia.

Jika melihat beberapa negara-negara lain, justru banyak yang mengalami pertumbuhan negatif per kuartalnya meningkat dari kuartal I ke II. Misalnya saja India yang sudah minus sampai 20 dan Singapura minus 15 persen.

"Jadi kalau kita kita lihat pertumbuhan ekonomi dari minus 5 (kuartal III) itu bottom trennya kalah lebih tinggi lagi bisa ke arah minus 2 atau ke 1. Itu berada dalam tren yang baik kita push lagi dengan investasi dengan belanja sehingga kita keluar dari gangguan netral sampai akhir tahun," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya