Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Chatib Basri menyambut baik rencana pemerintah untuk menerapkan ekonomi sirkular dalam mendukung ekonomi hijau, dan pengembangan rendah karbon. Konsep ekonomi ini harus diterapkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ia menyoroti salah satu ide dari ekonomi sirkular, yaitu recycling atau daur ulang, yang dapat membantu keterbatasan sumber daya. Sementara kebutuhan selalu bertambah.
Baca Juga
"Kita berhadapan dengan satu situasi yang dalam konsep ekonomi disebut sebagai unlimited wants against limited resources, sehingga pemanfaatan sumber daya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya," jelas Chatib Basri dalam acara virtual peluncuran laporan studi "The Economic, Social, and Environmental Benefits of Circular Economy in Indonesia" pada Senin (25/1/2021).
Advertisement
"Karena itu, ide dari ekonomi sirkular mengenai daur ulang adalah sesuatu yang harus dilakukan karena konsep sebelumya kita produksi, use, dan buang. Padahal kita tahu sumber daya itu terbatas," sambung Komisioner Low Carbon Development Indonesia (LCDI).
Jika konsep tersebut tidak terapkan, katanya, maka yang terjadi adalah keterbatasan sehingga pertumbuhan ekonomi tidak bisa berkelanjutan.
"Dengan kita fokus pada ekonomi sirkular, upaya untuk menuju ekonomi hijau, saya kira akan bisa dilakukan. Saya tahu ini sebuah proses panjang dan tidak mudah, tapi kita harus mulai dari sekarang," jelas Chatib Basri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Proses Menuju Kesimbangan Baru
Menurut Chatib Basri, untuk menuju ke konsep ekonomi baru tersebut maka pemerintah juga harus menyiapkan berbagai langkah sebagai dampak penerapannya. Adopsi ekonomi sirkular tentu akan berdampak pada industri, dan juga akan berpengaruh pada pendapatan pemerintah nanti.
Pemerintah, katanya, harus memberikan dukungan untuk industri yang sebelumnya tidak ramah lingkungan agar bisa melakukan transisi.
"Soal renewable itu butuh waktu, untuk teknologi dan lainnya. Oleh sebab itu, roadmap menjadi sangat penting. Pemerintah bisa memberikan insentif fiskal misalnya, sehingga bisa pindah perlahan dari yang tidak ke yang ramah lingkungan," ungkap Chatib Basri.
Advertisement