Liputan6.com, Jakarta - PT Royal Golden Eagle (RGE) Indonesia membantah terlibat dalam pembelian kompleks gedung bekas istana Raja Ludwig di München, Jerman senilai Rp 6 Triliun oleh Sukanto Tanoto. Sukanto Tanoto sendiri saat ini sebagai Pendiri dan Chairman RGE.
Corporate Communications RGE Indonesia Ignatius Purnomo menjelaskan, pembelian gedung tersebut merupakan kegiatan investasi keluarga Sukanto Tanoto yang dilakukan secara profesional dan telah memenuhi persyaratan dan prosedur yang berlaku di negara tersebut serta sesuai dengan best practices internasional.
Baca Juga
"Perlu kami tegaskan bahwa kelompok usaha yang dikelola oleh RGE tidak hanya menjalankan kegiatan operasional di Indonesia , namun juga di beberapa negaraantara lain China, Brasil dan Kanada," tegas dia, seperti ditulis Sabtu (13/2/2021).
Advertisement
"Dalam menjalankan kegiatan usahanya, RGE senantiasa memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku di negara-negara tersebut serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip bisnis berkelanjutan," tambahnya.
Keluarga Sukanto Tanoto sendiri selama ini telah memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat Indonesia melalui berbagai program sosial yang dilaksanakan melalui Tanoto Foundation.
Sepanjang 2020, Tanoto Foundation telah menjalankan berbagai program yang meliputi partisipasi dalam penanganan dan pencegahan Covid-19, pencegahan stunting, hingga pendidikan dan pemberian beasiswa.
Dalam rangka pencegahan dan penanganan Covid-19, Tanoto Foundation memberikan donasi sebanyak 1,3 juta masker, 1 juta sarung tangan, 100.000 pakaian pelindung, 3.021 kacamata, serta 10.200 alat tes PCR.
Sementara dalam rangka ikut pencegahan stunting dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia, Tanoto Foundation memperkuat kemitraan dengan berbagai PAUD mitra, memberi pelatihan kepada 107 guru PAUD, serta memberikan bantuan kepada 824 anak-anak penerima manfaat.
Melalui program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran), Tanoto Foundation menggandeng 588 sekolah mitra, 2.228 sekolah diseminasi, serta melibatkan 5.372 pendidik/guru. Setidaknya, 24 ribu mahasiswa calon guru dan 626 ribu siswa menerima manfaat dari program yang dilaksanakan di 20 kabupaten/kota di 5 provinsi ini.
Tanoto Foundation juga berkolaborasi dengan lembaga internasional. Misalnya, melalui hibah USD 2 juta kepada World Bank dalam Multi Donor Trust Fund (MDTF) for Indonesia Human Capital Acceleration (IHCA) yang sebagian digunakan untuk mendukung pelatihan 72.636 Kader Pembangunan Manusia yang direkrut oleh pemerintah.
Hibah USD 200 ribu juga diberikan kepada UNICEF Indonesia untuk menerjemahkan dan mengadaptasi instrument pengukuran Early Childhood Development Instrument (ECDI) dan Caregiver-Reported Early Development Index (CREDI) untuk Indonesia.
Dalam hal pendidikan, keluarga Sukanto Tanoto, melalui Tanoto Foundation telah memberikan beasiswa kepada para mahasiswa di Indonesia. Selama kurun 2005-2020, Tanoto Foundation telah meluluskan 156 mahasiswa di berbagai perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Heboh Raja Sawit Indonesia Sukanto Tanoto Beli Gedung Bekas Istana Raja di Jerman
Sebuah laporan dari proyek proyek OpenLux berhasil menyisir data-data yang ada di perbankan Luxembourg yang dicurigai menjadi bagian dari perasi pengemplangan pajak para miliarder dunia. Hal serupa pernah dilakukan kolaborasi jurnalis yang mengungkap skandal Panama Papers. Dari dokumen-dokumen Open Lux, terungkaplah kepemilikan gelap gedung-gedung miliarder asal Indonesia, Sukanto Tanoto dan anaknya Andre di Jerman.
Dikutip dari dw.com, Sabtu (13/2/2021), Andre Tanoto disebut tahun 2019 membeli satu dari tiga gedung mewah rancangan arsitek kondang Frank O. Gehry di kota pusat perekonomian Düsseldorf, ibukota negara bagian Nordrhein Westfalen (NRW). Tapi gedung seharga 50 juta euro itu belum seberapa dibanding bekas istana Raja Ludwig di München, yang dibeli Sukanto Tanoto tidak lama sesudahnya.
Pembelian kompleks Ludwig, yang merupakan kompleks bersejarah di Munich oleh Tanoto pada Juli 2019 terjadi hanya beberapa bulan setelah Komisi Eropa setuju untuk menghentikan penggunaan minyak sawit dalam biofuel di UE, dengan alasan bahwa hal itu menyebabkan kerusakan hutan yang berlebihan di tempat-tempat di mana ia diproduksi secara massal, seperti Indonesia.
Saat ini, gedung empat lantai ini menjadi kantor pusat salah satu perusahaan asuransi ternama, Allianz. Gedung ini, menuut laporan OpenLux dibeliseharga 350 euro atau setara Rp 6 Triliun.
Sementara itu, Anggota Parlemen Uni Eropa dari fraksi Partai Hijau, Sven Giegold mengungkapkan, keluarga Sukanto Tanoto secara diam-diam melakukan pembelian terselubung itu lewat beberapa perusahaan cangkang di Cayman Islands, Singapura dan Luxembourg.
Dia menegaskan, pembelian terselubung biasanya dilakukan untuk pengemplangan pajak atau pencucian uang dan sangat merugikan Jerman, Luxembourg dan Indonesia. Otoritas di Jerman tidak mengetahui bahwa konglomerat sawit asal Indonesia itu yang membeli properti-properti tersebut, kata dia.
Organisasi lingkungan Greenpeace menyebut Sukanto Tanoto sebagai sosok perusak hutan terbesar dunia dan menuduh praktek bisnis minyak sawitnya terlibat berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan berbagai praktik penghindaran pajak.
Sven Giegold menekankan, praktek pengemplangan pajak merugikan tidak hanya Jerman dan Uni Eropa, melainkan juga Indonesia. Di Jerman saja, kerugiannya mencapai lebih 20 miliar euro.
Advertisement