Liputan6.com, Jakarta Minat berinvestasi usia milenial terus berkembang pesat khususnya sejak masa pandemi. Faktor pendukungnya adalah likuiditas yang berlebih karena pembatasan aktivitas konsumtif seperti hangout di kafe ataupun traveling. Dengan dana melimpah dan berbekal nyali khas anak muda, para milenial berani mencoba hal baru, salah satunya investasi.
Untuk para investor pemula, sejatinya instrumen investasi reksa dana adalah tempat kick-start yang tepat untuk berinvestasi. Terlebih kini dengan beragam fitur keren dalam platform digital, justru semakin memudahkan dan lebih mendisiplinkan nasabah milenial untuk rutin berinvestasi.
Baca Juga
Sementara itu generasi muda yang merupakan CTO dari perusahaan startup Carikamar, Alvine Yoga Pratama, mengakui instrumen reksadana cocok buat pemula yang awam soal investasi saham. Belajar reksa dana menurutnya penting dan dapat menjadi investasi jangka panjang.
Advertisement
"Pertama coba reksa dana di Bank Mandiri Syariah. Profitnya tidak besar tapi risikonya juga rendah. Itu keuntungan menggunakan aplikasi syariah. Kalau profit besar ya risikonya besar juga," ujar Alvine.
Fitur aplikasi reksa dana yang menarik untuknya adalah akses membaca grafik dan laporan persentase pertumbuhan saham dalam portofolionya. Walaupun belum rutin menyisihkan dana untuk topup setiap bulan tapi dia mengupayakan disiplin menyisihkan dana sekitar Rp 300 ribu untuk berinvestasi reksa dana.
"Sekarang juga sudah banyak pilihan fintech berinvestasi yang lebih gampang bahkan kasih bonus untuk menarik pengguna," lanjutnya.
Di sisi lain, Financial Planner Tejasari Asad yang menyebutkan beberapa tips dalam berinvestasi reksa dana. Apa saja itu:
1. Mengerti jenis jenis produk reksa dana. Karena standarnya ada 4 jenis, jadi harus tahu masing masing resikonya.
2. Mengenali profil risiko harus disesuaikan dengan jenis reksa dananya. Bila profilnya konservatif tentu risikonya akan berbeda dengan yang memilih profil agresif.
3. Harus tahu tujuan investasi reksa dana ini untuk jangka waktu pendek atau menengah. Ini juga jadi penentu memilih jenis reksa dana yang akan dibeli. Contohnya bila untuk jangka pendek, disarankan memilih reksa dana pasar uang. Sedangkan jangka panjang reksa dana saham.
4. Harus mengerti cara memilih manajer investasi yang tepat. Contohnya di fintech ada macam macam Manajer Investasi, jadi kita bisa melakukan diversifikasi dan tersedia banyak pilihan.
5. Mempelajari bagaimana cara melakukan pembelian, switching, dan penjualan reksa dana.
6. Jangan lupa mendiversifikasi berupa pemilihan beberapa reksa dana.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Data Investor Milenial
Data KSEI melaporkan, dari kelompok investor di bawah usia 30 tahun juga menguasai 54,9 persen dari total jumlah investor pada 2020. Kontribusi itu naik dibandingkan 2019 yang menyumbang hanya 44,7 persen.
Sementara untuk kelompok investor usia 31-40 tahun justru menurun dari 24,4 persen di 2019 jadi 22,5% di 2020. Berikutnya untuk usia 41-50 tahun turun dari 16,4 persen jadi 11,9 persen, serta usia 51-60 tahun menyusut dari 9,6 persen jadi tinggal 6,5 persen.
Sepanjang tahun lalu, jumlah investor tercatat naik 79,66 persen menjadi 3,18 juta. Tren tersebut masih terus berlanjut di tahun ini. Sepanjang kuartal pertama 2021, investor reksadana mengalami kenaikan hingga 31,13 persen menjadi 4,17 juta.
CEO PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit) Sigit Kouwagam menilai pertumbuhan jumlah investor dari kalangan milenial selama pandemi sungguh fantastis.
“Hingga akhir 2020, kami memiliki 1 juta pengguna aplikasi di bawah usia 35 tahun. Jumlah ini melonjak 370 persen sepanjang periode tahun lalu,” katanya.
Dan yang paling menggembirakan, dari awalnya hanya sekedar coba coba, para investor dari kalangan usia di bawah 30 tahun ini mulai menjadikan investasi di reksadana sebagai suatu kebiasaan baru.
“Mereka bukan hanya asal rutin menabung reksadana setiap bulan, tapi juga memiliki target investasi yang jelas dan spesifik. Ini budaya baru yang harus terus dijaga api semangatnya dengan lebih sering memberikan edukasi,” kata Sigit.
Sigit bercerita, investor milenial pengguna Bibit semakin terbiasa meracik portofolio reksadana berdasarkan tujuan penggunaannya. Ada yang memberi nama tabungan reksadana untuk biaya nikah, beli rumah, ibadah haji dan bahkan tabungan reksadana untuk pensiun dini di usia muda. Dari tujuan investasi yang berbeda beda ini, mereka lalu mengoleksi aset reksadana yang relevan.
Misalnya mereka beli produk reksadana pasar uang untuk target jangka pendek dan memperbanyak reksadana saham untuk mewujudkan mimpi jangka panjang. “Intinya, anak milenial pengguna Bibit bisa berinvestasi secara benar. Mereka memahami risiko ketika menetapkan return investasi yang ingin dicapai. Mereka juga disiplin diversifikasi aset untuk hasil investasi yang optimal,” kata SiIgit.
Advertisement