Gunakan Mata Uang Lokal, BI Ingin Perdagangan Indonesia-China Diperkuat

Bank Indonesia (BI) telah resmi menandatangani kesepakatan dengan China untuk menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS)

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2021, 19:15 WIB
Diterbitkan 23 Des 2021, 19:15 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) telah resmi menandatangani kesepakatan dengan China untuk menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan maupun investasi. Indonesia telah menyepakati kerangka kerja LCS dengan empat negara yaitu China, Jepang, Malaysia, dan Thailand.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti berharap melalui penggunaan mata uang lokal itu dapat memperkuat kerja sama ekonomi antara Indonesia dan China. Mengingat, adanya sejumlah manfaat ekonomi bagi kedua belah pihak.

"Seperti untuk mengurangi tekanan nilai tukar mata uang terhadap Dolar AS," ungkapnya dalam webinar Indonesia-Southern China Business Forum 2021, Jakarta, Kamis (23/12/2021).

Selain itu, penggunaan uang lokal itu membuat biaya konversi transaksi menjadi lebih efisien, tersedianya alternatif pembiayaan ekspor/direct investment dalam mata uang lokal. Kemudian, tersedianya alternatif instrumen hedging dalam mata uang lokal, hingga diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi.

Adapun, kerangka kerja sama LCS antara Indonesia dan China meliputi penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dalam transaksi antara mata uang Rupiah dan Yuan, serta relaksasi regulasi tertentu untuk mendorong penggunaan mata uang lokal.

Ke depan, Destry ingin agar kerangka LCS ini dapat dimanfaatkan secara lebih luas dan aktif oleh pelaku usaha di Indonesia maupun China untuk mendukung pemulihan ekonomi negara.

Lebih lanjut, Destry menyampaikan kerja sama LCS terus menunjukkan perkembangan positif dan berpotensi untuk terus ditingkatkan, baik dari segi nilai transaksi, frekuensi, maupun jumlah pengguna.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Benny Soetrisno, menilai adanya kerja sama local currency settlement (LCS) dengan China, menjadi alternatif Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"LCS menurut saya satu alternatif pembiayaan yang lebih simple dibandingkan kita menggunakan dollar Amerika Serikat. LCS adalah solusi mengurangi ketergantungan kita terhadap dollar untuk menjaga juga stabilitas rupiah yang selama ini dengan USD selalu ada yang diuntungkan dan dirugikan," kata Benny, Kamis (5/8)

Dia menjelaskan, dilihat dari latar belakangnya, China merupakan mitra dagang utama, namun setelmen perdagangan masih didominasi USD. Begitu pun dengan skala ekonomi dan volume perdagangan di Kawasan meningkat tapi mayoritas masih dalam USD.

Sebagai contoh Benny mengatakan, jika menukar rupiah ke USD untuk impor selalu dikenakan kurs di atas. Namun untuk menukarkan rupiah hasil ekspor ke USD, Indonesia kursnya selalu dipatok di bawah. Hal itu tentu merugikan bagi Indonesia.

"Kalau kita menukar USD dalam negeri untuk mengimpor dari rupiah ke USD kita selalu dipatok dengan kurs di atas, kalau kita menukarkan hasil ekspor kita diberikan kursnya di bawah itu ada kerugian saya kira," jelasnya.

Oleh karena itu, Apindo menyambut baik adanya kerja sama LCS Indonesia-China. Di mana LCS ini banyak manfaatnya, di antaranya diversifikasi eksposur mata uang, mengurangi biaya transaksi, pengembangan mata uang regional, dan membuka akses partisipasi lokal.

"Manfaatnya diversifikasi eksposur mata uangnya bisa lebih baik dan mengurangi biaya transaksi, pengembangan pasar mata uang regional dan membuka akses partisipasi lokal," imbuhnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya