Liputan6.com, Jakarta Subholding Gas Pertamina memenuhi kebutuhan gas bumi PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) hingga 10,5 BBTUD, perusahaan tersebut digadang sebagai salah satu investasi industri petrokimia terbesar di Asia Tenggara dan beroperasi di Cilegon, Banten.
Komitmen penyaluran gas ditandai dengan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) telah dilaksanakan antara PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina dengan LCI untuk penyerapan gas bumi sebesar 2,62 – 10,5 BBTUD.
Baca Juga
General Manager PGN Sales Operation Region II (SOR II) Sonny Rahmawan Abdi mengatakan, gas bumi dari PGN akan digunakan untuk bahan bakar boiler dengan produk utama yaitu Ethylene. Rencananya, penyaluran gas atau Gas In akan dilakukan pada Juni 2024.
Advertisement
“PGN akan membangun infrastruktur distribusi gas MRS dan pipa gas menuju boiler milik LCI untuk gas in pada Juni 2024. Ini merupakan wujud komitmen PGN untuk memperluas penyaluran gas bumi kepada industri. LCI ini merupakan new plant, kami harapkan dengan volume kebutuhan yang cukup besar, dapat diserap secara optimal dan bermanfaat untuk produksi,” kata Sonny, (15/6/2023).
Sonny berharap, industri lainnya dapat mengikuti untuk menggunakan gas bumi untuk menopang produksi dan meningkatkan daya saing. Gas bumi yang relatif lebih ramah lingkungan memberi peluang bagi LCI menjadi green industry.
Menurutnya penyaluran gas bumi ke LCI dapat memberi andil terhadap investasi industri strategis pemerintah dalam rangka mengurangi impor. LCI merupakan bagian dari grup perusahaan petrokimia Lotte Chemical Corporation yang berbasis di Korea Selatan. Pabrik petrokimia milik LCI akan dapat memenuhi permintaan petrokimia domestik maupun global.
Hasil produksi dari LCI dapat menjadi subtitusi dari produk kimia impor yang cukup besar, sehingga dapat membantu menjaga neraca perdagangan Indonesia. Dampak yang besar juga akan bermanfaat dalam memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.
Penyaluran gas bumi ke LCI menambah portofolio PGN di wilayah Jawa Bagian Barat yang dikelola oleh SOR II khususnya area Cilegon. PGN area Cilegon mengelola jaringan pipa gas sepanjang 319,3 KM.
Pelanggan Gas
Jumlah pelanggan gas di Cilegon mencapai 10.341 pelanggan mulai dari rumah tangga, pelanggan kecil/ usaha kecil, dan komersial industri. Sepanjang tahun 2023 ini, PGN area Cilegon mampu menyalurkan gas bumi sebesar 88 – 106 BBTD.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada PT Lotte Chemical Indonesia telah memberikan kepercayaan kepada PGN untuk menyuplai gas bumi untuk operasional. Hal ini menjadi booster bagi kami untuk meningkatkan performa dalam menjalankan bisnis utilisasi gas bumi untuk industri,” ujar Sonny.
PGN SOR II melayani pelanggan rumah tangga hingga industri di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dengan Area terdiri dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Cilegon, Bekasi, Karawang, Cirebon dan sekitarnya.
Advertisement
Gas Bumi Jadi Kunci Transisi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai pemanfaatan gas bumi secara luas mampu menjadi kunci transisi energi Indonesia ke energi baru terbarukan (EBT). Salah satu alasannya adalah tingkat emisi dari gas yang dinilai lebih rendah ketimbang energi fosil.
Hal ini diungkap Direktur Pembinaan Program Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM Mustafid Gunawan. Mustafid mengatakan penggunaan gas bumi dan penerapan EBT bisa berjalan beriringan di Indonesia.
"Gas bumi merupakan faktor penting dalam keberhasilan percepatan transisi energi nasional. Arah kebijakan energi nasional membuat peran gas dalam transisi energi semakin penting. Faktor ini disebabkan oleh sifat gas yang mudah dioperasikan namun memiliki faktor emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan energi fosil," ujarnya dalam IndoGAS & Power 2023, di The Westin, Jakarta, Selasa (13/6/2023).
"Dalam transisi energi ini, gas alam menjadi modal lepas landas menuju energi terbarukan. Kajian pengembangan gas mutlak harus dilakukan," sambungnya.
Pemanfaatan Gas
Untuk itu, dia mengakui kalau pemerintah punya peran penting dalam pengembangan pemanfaatan gas di tanah air. Kendati begitu, pemanfaatan secara luas juga mendatangkan sejumlah risiko kedepannya.
"Peran gas sebagai energi transisi akan membuat budaya kerja di subsektor migas semakin berisiko di masa mendatang. Sebab, pengelolaan gas yang berbeda dengan minyak memerlukan penanganan dengan risiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penguatan di bidang K3 menjadi suatu keharusan," paparnya.
Dia mengatakan nantinya pemanfaatan EBT dan gas sendiri akan berjalan secara paralel. Mengingat adanya kebutuhan energi di Indonesia yang terus bertambah.
"Saya kira kita paralel ya, antara EBT dan oil and gas tidak bisa kita kompetisikan tapi kita bareng-bareng ya, supaya tadi target kita di EBT tercapai, tapi sisi lain juga migas juga jadi bagian dari kita memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri," kata Mustafid menjelaskan.