Liputan6.com, Jakarta Hamas merupakan salah satu aktor utama dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Organisasi ini kerap menjadi sorotan dunia internasional karena aksi-aksi militannya melawan Israel.
Namun, siapakah sebenarnya Hamas itu? Artikel ini akan mengupas tuntas tentang sejarah berdirinya Hamas, ideologi yang dianutnya, serta perannya dalam dinamika konflik Israel-Palestina.
Sejarah Berdirinya Hamas
Hamas, yang merupakan akronim dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyya (Gerakan Perlawanan Islam), didirikan pada tahun 1987 saat pecahnya Intifada Pertama - pemberontakan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel. Organisasi ini digagas oleh Syekh Ahmed Yassin, seorang ulama Palestina yang sebelumnya aktif di cabang lokal Ikhwanul Muslimin.
Kelahiran Hamas tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah panjang konflik Israel-Palestina. Beberapa peristiwa penting yang melatarbelakangi kemunculan Hamas antara lain:
- Berdirinya negara Israel pada tahun 1948, yang oleh rakyat Palestina dianggap sebagai penjajahan atas tanah air mereka.
- Perang Enam Hari pada 1967 yang berujung pada pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Jalur Gaza.
- Kekecewaan terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dianggap terlalu lunak dalam menghadapi Israel.
Pada awalnya, Hamas lebih berfokus pada kegiatan sosial dan keagamaan. Mereka mendirikan klinik, sekolah, dan panti asuhan untuk membantu rakyat Palestina yang menderita akibat pendudukan Israel. Namun seiring waktu, Hamas mulai mengembangkan sayap militer dan terlibat dalam aksi-aksi perlawanan bersenjata terhadap Israel.
Tonggak penting dalam sejarah Hamas adalah kemenangannya dalam pemilihan umum legislatif Palestina tahun 2006. Hamas berhasil meraih mayoritas kursi di parlemen, mengalahkan partai Fatah yang berkuasa. Namun kemenangan ini tidak diakui oleh dunia internasional, terutama negara-negara Barat yang menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Advertisement
Ideologi dan Tujuan Hamas
Ideologi Hamas merupakan perpaduan antara nasionalisme Palestina dan Islamisme politik yang terinspirasi dari pemikiran Ikhwanul Muslimin. Beberapa poin penting dalam ideologi Hamas antara lain:
- Perjuangan pembebasan Palestina dari pendudukan Israel
- Pendirian negara Islam Palestina yang berlandaskan syariat
- Penolakan terhadap eksistensi negara Israel
- Jihad sebagai cara untuk mencapai tujuan
Dalam Piagam Hamas yang diterbitkan tahun 1988, organisasi ini dengan tegas menyatakan tujuannya untuk menghancurkan Israel dan mendirikan negara Islam di seluruh wilayah Palestina historis. Piagam tersebut juga mengandung narasi anti-Semitisme yang mengutip dokumen palsu "Protokol Para Tetua Zion".
Namun seiring waktu, sikap Hamas mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 2017, Hamas merilis dokumen kebijakan baru yang lebih moderat. Dalam dokumen tersebut, Hamas menyatakan bersedia menerima negara Palestina dalam batas wilayah 1967 (Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur) sebagai "formula konsensus nasional". Meski demikian, Hamas tetap menolak mengakui eksistensi Israel.
Perubahan sikap ini menunjukkan adanya pragmatisme dalam kepemimpinan Hamas. Di satu sisi mereka tetap berpegang pada ideologi perlawanan, namun di sisi lain juga menyadari perlunya penyesuaian strategi menghadapi realitas politik yang ada.
Struktur Organisasi dan Kepemimpinan Hamas
Hamas memiliki struktur organisasi yang kompleks, terdiri dari sayap politik dan sayap militer. Beberapa badan penting dalam struktur Hamas antara lain:
- Majelis Syura: Dewan tertinggi yang mengambil keputusan strategis
- Biro Politik: Menjalankan kebijakan organisasi sehari-hari
- Brigade Izzuddin al-Qassam: Sayap militer Hamas
Kepemimpinan Hamas telah mengalami beberapa pergantian sejak berdirinya. Beberapa tokoh penting yang pernah memimpin Hamas antara lain:
- Syekh Ahmed Yassin (pendiri, tewas dalam serangan Israel tahun 2004)
- Abdul Aziz al-Rantissi (tewas dalam serangan Israel tahun 2004)
- Khaled Meshaal (mantan Ketua Biro Politik)
- Ismail Haniyeh (Ketua Biro Politik saat ini)
Saat ini, kepemimpinan Hamas terbagi antara yang berada di Gaza dan yang berada di luar Palestina. Ismail Haniyeh yang berbasis di Qatar menjabat sebagai Ketua Biro Politik, sementara Yahya Sinwar memimpin Hamas di Gaza.
Advertisement
Aktivitas dan Strategi Perjuangan Hamas
Dalam upayanya melawan Israel, Hamas menerapkan berbagai strategi perjuangan, baik di bidang politik, militer, maupun sosial. Beberapa aktivitas utama Hamas antara lain:
1. Perlawanan Bersenjata
Melalui sayap militernya, Brigade Izzuddin al-Qassam, Hamas melancarkan berbagai serangan terhadap Israel. Bentuk serangan yang pernah dilakukan antara lain:
- Penembakan roket ke wilayah Israel
- Serangan bom bunuh diri (terutama pada era Intifada Kedua)
- Penculikan tentara Israel
- Penyusupan ke wilayah Israel melalui terowongan bawah tanah
Serangan terbesar yang pernah dilakukan Hamas adalah pada 7 Oktober 2023, ketika ribuan militan menyerang wilayah Israel selatan, menewaskan ratusan warga sipil dan menyandera puluhan orang.
2. Aktivitas Politik
Selain perjuangan bersenjata, Hamas juga terlibat dalam politik formal Palestina. Beberapa aktivitas politik Hamas antara lain:
- Mengikuti pemilihan umum legislatif Palestina tahun 2006
- Menjalankan pemerintahan de facto di Jalur Gaza sejak 2007
- Melakukan negosiasi dengan Israel melalui mediasi pihak ketiga
3. Pelayanan Sosial
Hamas juga dikenal dengan jaringan pelayanan sosialnya yang luas di Jalur Gaza. Beberapa bentuk pelayanan yang diberikan antara lain:
- Mendirikan dan mengelola sekolah
- Menyediakan layanan kesehatan gratis
- Mendistribusikan bantuan makanan dan kebutuhan pokok
- Membangun infrastruktur seperti masjid dan pusat olahraga
Pelayanan sosial ini menjadi salah satu faktor yang membuat Hamas mendapat dukungan luas dari rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza.
Hubungan Hamas dengan Aktor Lain
Sebagai salah satu aktor utama dalam konflik Israel-Palestina, Hamas memiliki hubungan yang kompleks dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun luar Palestina.
1. Hubungan dengan Fatah dan Otoritas Palestina
Hubungan Hamas dengan Fatah, partai yang menguasai Otoritas Palestina di Tepi Barat, diwarnai persaingan dan konflik. Beberapa peristiwa penting dalam hubungan kedua kelompok ini antara lain:
- Kemenangan Hamas dalam pemilu 2006 yang tidak diakui Fatah
- Perang saudara di Gaza tahun 2007 yang berujung pada pengambilalihan Gaza oleh Hamas
- Beberapa upaya rekonsiliasi yang selalu gagal
Perpecahan antara Hamas dan Fatah menjadi salah satu faktor yang melemahkan posisi Palestina dalam menghadapi Israel.
2. Hubungan dengan Israel
Hamas dan Israel berada dalam konfrontasi terus-menerus sejak berdirinya organisasi ini. Israel menganggap Hamas sebagai organisasi teroris dan menolak bernegosiasi secara langsung dengannya. Beberapa perang besar telah terjadi antara Hamas dan Israel, termasuk:
- Operasi Cast Lead (2008-2009)
- Operasi Pilar Pertahanan (2012)
- Operasi Protective Edge (2014)
Meski demikian, kedua pihak terkadang melakukan negosiasi tidak langsung, misalnya dalam pertukaran tahanan atau gencatan senjata, dengan mediasi pihak ketiga seperti Mesir.
3. Dukungan dari Negara-negara Lain
Hamas mendapat dukungan dari beberapa negara di Timur Tengah, terutama yang berseberangan dengan Israel. Beberapa negara yang diketahui mendukung Hamas antara lain:
- Iran: Memberikan bantuan finansial, pelatihan militer, dan persenjataan
- Qatar: Menjadi tuan rumah bagi pemimpin Hamas di pengasingan dan memberikan bantuan keuangan
- Turki: Memberikan dukungan politik dan diplomatik
Sementara itu, sebagian besar negara Barat seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.
Advertisement
Kontroversi Seputar Hamas
Keberadaan dan aktivitas Hamas selalu menuai kontroversi di kancah internasional. Beberapa isu kontroversial terkait Hamas antara lain:
1. Status sebagai Organisasi Teroris
Banyak negara, terutama di Barat, mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris. Hal ini didasarkan pada sejarah Hamas yang melakukan serangan terhadap warga sipil Israel. Namun pendukung Hamas berpendapat bahwa organisasi ini adalah gerakan perlawanan yang sah melawan pendudukan Israel.
2. Penggunaan Warga Sipil sebagai Perisai
Israel kerap menuduh Hamas menggunakan warga sipil Gaza sebagai perisai manusia, misalnya dengan menempatkan markas atau peluncur roket di area pemukiman padat. Hamas membantah tuduhan ini dan menyatakan bahwa keterbatasan wilayah Gaza membuat sulit untuk memisahkan area militer dan sipil.
3. Penolakan terhadap Eksistensi Israel
Sikap Hamas yang menolak mengakui hak Israel untuk eksis dianggap sebagai penghalang utama proses perdamaian. Meski Hamas telah menunjukkan beberapa perubahan sikap, mereka tetap menolak secara eksplisit mengakui Israel.
4. Pelanggaran HAM di Gaza
Beberapa organisasi HAM internasional melaporkan adanya pelanggaran HAM yang dilakukan Hamas terhadap warga Gaza, termasuk pembatasan kebebasan berekspresi dan penindasan terhadap kelompok oposisi.
Dampak Hamas terhadap Konflik Israel-Palestina
Keberadaan dan aktivitas Hamas memberi dampak signifikan terhadap dinamika konflik Israel-Palestina. Beberapa dampak penting antara lain:
1. Eskalasi Kekerasan
Strategi perlawanan bersenjata Hamas seringkali memicu eskalasi kekerasan dengan Israel. Serangan roket Hamas ke wilayah Israel biasanya dibalas dengan serangan udara Israel ke Gaza, yang seringkali menimbulkan korban sipil.
2. Blokade Gaza
Kekuasaan Hamas di Gaza menjadi salah satu alasan Israel dan Mesir memberlakukan blokade ketat terhadap wilayah tersebut. Blokade ini berdampak besar terhadap kehidupan warga Gaza, membatasi akses terhadap barang-barang kebutuhan pokok dan menghambat pembangunan ekonomi.
3. Perpecahan Internal Palestina
Konflik antara Hamas dan Fatah menyebabkan perpecahan dalam kepemimpinan Palestina. Hal ini melemahkan posisi Palestina dalam negosiasi dengan Israel dan menghambat upaya rekonsiliasi nasional.
4. Hambatan Proses Perdamaian
Sikap Hamas yang menolak mengakui Israel dan mendukung perlawanan bersenjata menjadi salah satu faktor yang menghambat proses perdamaian Israel-Palestina. Israel menolak bernegosiasi dengan pihak yang tidak mengakui hak eksistensinya.
Advertisement
Masa Depan Hamas dan Konflik Israel-Palestina
Memprediksi masa depan Hamas dan perannya dalam konflik Israel-Palestina bukanlah hal yang mudah. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan ke depan:
1. Dinamika Internal Hamas
Adanya perbedaan pandangan antara faksi moderat dan garis keras dalam tubuh Hamas dapat mempengaruhi arah kebijakan organisasi ini ke depannya. Jika faksi moderat semakin kuat, ada kemungkinan Hamas akan lebih terbuka terhadap kompromi politik.
2. Situasi di Gaza
Kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza akibat blokade berkepanjangan dapat mempengaruhi dukungan rakyat terhadap Hamas. Hamas mungkin akan menghadapi tekanan untuk mengubah strateginya jika tidak mampu memperbaiki kondisi hidup warga Gaza.
3. Perkembangan Politik Regional
Perubahan konstelasi politik di Timur Tengah, seperti normalisasi hubungan beberapa negara Arab dengan Israel, dapat mempengaruhi posisi dan strategi Hamas.
4. Sikap Komunitas Internasional
Pendekatan negara-negara besar, terutama Amerika Serikat, terhadap konflik Israel-Palestina akan mempengaruhi dinamika di lapangan. Perubahan kebijakan AS misalnya, dapat membuka peluang baru dalam proses perdamaian.
Kesimpulan
Hamas merupakan aktor penting dalam dinamika konflik Israel-Palestina yang kompleks. Organisasi ini lahir dari kekecewaan terhadap kegagalan upaya perdamaian dan keinginan untuk melawan pendudukan Israel dengan cara yang lebih militan. Meski kontroversial, Hamas telah menjadi kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan di Palestina.
Ideologi dan strategi Hamas yang menggabungkan perjuangan bersenjata dengan aktivitas politik dan sosial telah memberinya basis dukungan yang kuat di kalangan rakyat Palestina, terutama di Gaza. Namun di sisi lain, sikap keras Hamas terhadap Israel juga menjadi salah satu faktor yang mempersulit upaya penyelesaian konflik secara damai.
Ke depan, masa depan Hamas dan perannya dalam konflik Israel-Palestina akan sangat bergantung pada kemampuan organisasi ini beradaptasi dengan perubahan situasi, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Apakah Hamas akan tetap bertahan dengan ideologi perlawanannya, atau akan bergeser ke arah yang lebih moderat, masih menjadi pertanyaan besar yang jawabannya akan sangat mempengaruhi prospek perdamaian di wilayah yang telah lama dilanda konflik ini.
Advertisement