Liputan6.com, Texas - Pada Juni 2015 Gubernur Negara Bagian Texas, Greg Abbott, menyetujui aturan yang membolehkan untuk membawa senjata ke kampus. Hal itu dilakukan sebagai respons atas maraknya kasus penembakan massal di Amerika Serikat.
Dengan aturan tersebut, warga sipil di kampus -- dosen atau mahasiswa -- bisa melumpuhkan pelaku sebelum sempat memberondongkan senjata. Kampus dibolehkan membuat 'zona bebas-senjata'. Namun, tak semua orang sepakat.
Baca Juga
Pihak penentang berpendapat, pistol dan senjata lain yang beredar bebas di kampus justru akan memperparah pertumpahan darah.
Advertisement
Salah satu yang menentangnya adalah sejumlah mahasiswa di Texas. Tak hanya geram, mereka berencana melakukan aksi protes dengan cara unik: menggantung mainan seks dildo di tas.Â
"Kalian bawa pistol ke kelas? Baiklah, kami bawa dildo," tulis Jessica Jin, panitia Campus (DILDO) Carry, di laman Facebooknya seperti dikutip dari BBC, Selasa (13/10/2015).
Sekitar 3.000 orang telah menandatangani dukungan terhadap protes yang rencanya akan digelar tahun depan, ketika undang-undang baru tersebut mulai berlaku.
"Pemerintah Texas memutuskan bahwa membawa senjata ke kelas bukanlah hal buruk. Sementara kebebasan dalam mengeskpresikan seksualitas diatur sangat ketat di sini," klaim mahasiswi Universitas Texas, Jin di Austin.
Beberapa siswa di universitas Austin dilaporkan telah mengajukan banding ke Presiden Universitas, Gregory Fenves untuk memberi batasan pada undang-undang baru itu.
Kontroversi
Minggu lalu, profesor ekonomi Universitas Texas, Daniel Hamermesh, mengundurkan diri terkait pemberlakuan undang-undang baru itu. Ia mengaku merasa tak aman dengan peraturan tersebut.
Banyak warga Texas menilai, mempersenjatai warga sipil dan membuat mereka berhadap-hadapan langsung dengan 'penyerang' yang hanya akan menambah kekacauan dan jumlah korban jiwa.
Ketika terjadi penembakan di Roseburg, Oregon, beberapa waktu lalu, seorang mahasiswa sebenarnya memiliki senjata. Namun, dia tidak menggunakannya karena takut polisi akan salah sangka dan menudingnya sebagai pelaku.
Sementara aktivis pendukung penggunaan senjata, menentang tindakan Jin di laman Facebook Campus (DILDO) Carry.
"Ini adalah salah satu contoh degradasi moral di kampus Amerika," tulis seorang pengkritik. "Sebagai orangtua, saya lebih merasa nyaman mengetahui anak saya membawa pistol ke kampus, daripada membawa dildo," ungkap komentar lain. (Tnt/Ein)