Jet China Terbang di Atas Laut China Selatan, Ancaman Buat Trump?

Beberapa pengamat mengatakan, tindakan jet tempur China pembawa bom merupakan pesan yang berisi ancaman bagi Amerika Serikat.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 12 Des 2016, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2016, 17:00 WIB

Liputan6.com, Beijing - China pamerkan kekuatan militernya. Kali ini, sebuah pesawat pengembom terbang di atas wilayah sengketa, Laut China Selatan.

Beberapa pengamat mengatakan, tindakan itu merupakan pesan yang berisi ancaman bagi Amerika Serikat.

Xian H-6, jet yang mampu membawa senjata nuklir terbang di atas Laut China Selatan, beberapa hari setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump melakukan telepon kontroversial dengan pemimpin Taiwan, Tsai Ing-wen.

Dikutip dari News.com.au, pada Senin (12/12/2016) berbicaranya Trump dengan Nona Tsai, membuatnya menjadi Presiden AS pertama yang memecahkan kebijakan AS yang telah terbangun berpuluh-puluh tahun.

Pada Kamis lalu, 8 Desember 2016, jet tempur bomber China H-6 terbang di atas 'Nine-Dash line', lalu berputar-putar berpuluh-puluh kali di atas pulau-pulau yang tengah jadi sengketa.

Penerbangan ini, adalah kedua kalinya semenjak Trump terpilih dan pertama kalinya terbang lama di atas baris demarkasi semenjak Maret tahun lalu.

Pihak AS kepada Fox News mengatakan, terbangnya jet bomber di atas wilayah sengekata sengaja untuk mengirimkan pesan kepada administrasi Trump setelah telepon kontroversial itu.

"Militer China telah memperluas kemampuan dan meningkatkan frekuensi patroli angkatan udara mereka di atas Laut China Selatan dan Western Pasific dalam beberapa tahun terakhir," kata Ashley Townshend dari United States Studies Centre di University of Sydney.

"Ini pesan dari China bahwa mereka telah memperkuat dan memperluas kekuatan militer mereka, dan tak akan melakukan upaya diplomasi lagi juga ada provokasi dari AS," kata Townshend.

China telah memperingatkan siapapun yang melanggar kebijakan 'One China' akan menghancurkan hubungan AS dan Tiongkok.

Washington secara formal memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan pada 1979.

Status Taiwan adalah hal sensitif bagi hubungan Washington dan Beijing.

Namun, pada akhir pekan lalu, kepada Fox News, Trump mempertanyakan untuk apa melanjutkan kebijakan 'One China' jika tak ada satupun konsesi dari Negeri Tirai Bambu kepada Paman Sam dalam hal perdagangan dan berbagai isu lainnya.

"Saya tidak mau China mendikte saya," tegas Trump.

"Saya tidak tahu mengapa kita terikat dengan kebijakan One China kecuali kita membuat perjanjian dengan Tiongkok termasuk perdagangan."

Miliarder nyentrik itu juga mengatakan China tidak bisa bekerja sama dengan AS terkait dengan mata uang, isu Korea Utara, dan tensi tinggi di Laut China Selatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya