Liputan6.com, Vilnius - Lithuania sedang gencar mempromosikan pariwisatanya. Negara berpenduduk 3 juta jiwa itu membanggakan pantai di tepian Laut Baltik dan hutan lebat yang meliputi sepertiga wilayahnya.
Dana 140 ribu euro digelontorkan untuk promosi bertajuk 'Real Is Beautiful' yang dimulai Oktober tahun 2016 lalu. Kampanye pun membajiri Facebook dan Twitter.
Baca Juga
Seperti dikutip dari Deutsche Welle, Sabtu (11/2/2017) ironisnya sejumlah foto yang digunakan dalam kampanye itu palsu belaka, tak menggambarkan situasi asli di Lithuania.
Advertisement
Belakangan diketahui, foto-foto itu menampilkan pemandangan di negara lain.
Geger pun terjadi. Setelah dihujani kritik, Departemen Pariwisata Lithuania pada Jumat 10 Februari 2017 lalu mengakui, sejumlah gambar yang digunakan dalam kampanye diambil dari negara Eropa lain, Finlandia dan Slovakia.
Beberapa jam setelah pengakuan itu, Kepala Badan Pariwisata Jurgita Kazlauskiene dipanggil ke Kantor Kementerian Ekonomi. Di sana, pejabat perempuan itu menyerahkan surat pengunduran diri.
"Saya telah memutuskan untuk mundur dari jabatan kepala departemen pariwisata," kata Kazlauskiene.
Ia mengatakan, langkahnya mendesak dilakukan. "Agar orang-orang yang bekerja di sini tak jadi korban serangan yang sedang terjadi," kata dia.
Laman kampanye Real is the Beautiful di Facebook dikabarkan menggunakan foto-foto cantik dari Shutterstock dan Flickr.
Sejumlah pengguna Facebook di Lietuvos Respublika menjadikan skandal itu sebagai bahan candaan. Mereka mengunggah foto sejumlah lokasi di dunia yang ikonik, mengklaimnya sebagai Lithuania, dan membubuhkan hashtag atau tagar #realisbeautiful.
Perdana Menteri Saulius Skvernelis tak mau kalah. Bercanda, ia mengunggah foto kantor Komisi Eropa, Berlaymont di Brussels, Belgia.
"Mulai besok, kami akan mulai bekerja di gedung pemerintah baru di Karoliniskes," tulis dia.
Karoliniskes adalah wilayah pinggiran ibukota Lithuania, Vilnius. Postingannya itu disertai emoji senyum.
Dalam postingan kedua, yang lebih serius, PM Lithuania menjanjikan penyelidikan menyeluruh atas promosi pariwisata negaranya, yang ia sebut sebagai 'penipuan'.