4 Fakta Bahrumsyah, Komandan ISIS Asal RI yang Tewas di Suriah

Kematian Bahrumsyah diyakini menjadi pukulan telak atas ambisi ISIS untuk merekrut lebih banyak warga Indonesia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Mar 2017, 20:20 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2017, 20:20 WIB
Bahrumsyah, Komandan ISIS Asia Tenggara Asal Indonesia Tewas
Bahrumsyah, Komandan ISIS Asia Tenggara Asal Indonesia Tewas

Liputan6.com, Jakarta - Bahrumsyah, pria asal Indonesia yang menjadi komandan ISIS untuk wilayah Asia Tenggara dikabarkan tewas pada Senin lalu dalam sebuah serangan bunuh diri yang gagal. Rencananya ia akan menyerang tentara Suriah.

Berita kematian Bahrumsyah dirilis oleh Al-Masdar News dan dilansir Straits Times, Rabu, (15/3/2017) di mana disebutkan, pria itu tewas usai mobil bermuatan bahan peledak yang ia kemudikan menuju unit Angkatan Darat Arab Suriah di Palmyra meledak sebelum waktunya.

ISIS sudah membenarkan kabar kematian Bahrumsyah. Di lain sisi, dalam sebuah unggahan di media sosial mereka mengklaim serangan yang dilakukan pria itu berhasil menimbulkan kerusakan di pihak musuh.

Kepolisian Republik Indonesia hingga saat ini masih terus menunggu kepastian dan mendalami kabar kematian Bahrumsyah.

"Kami masih tunggu klarifikasi dan lain-lain," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar.

Sosok Bahrumsyah tenar sejak kemunculannya dalam sebuah video yang viral pada tahun 2014. Rekaman itu sarat muatan propaganda. Ia menyerukan orang lain mengikuti jejaknya, bergabung dengan ISIS.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, berikut sejumlah fakta terkait Bahrumsyah:

1. Bergabung dengan ISIS tahun 2014

Sebuah ideologi jihad, Tauhid wal Jihad yang disebarkan oleh tiga tokoh, yaitu Abu Muhammad al-Maqdisi, Abu Musab al-Zarqawi, dan Abu Bakr al-Baghdadi masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Zarqawi kemudian diketahui mendirikan Negara Islam Irak.

Di Indonesia, orang pertama yang menyerap dan menyebarkan paham itu adalah Aman Abdurahman. Pada tahun 2008, ia disebut terlibat dalam pembentukan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan oleh mantan pemimpin Jamaah Islamiyah, Abu Bakar Ba'asyir.

Beberapa orang yang menjadi anggota kelompok itu adalah Santoso alias Abu Wardah dan juga Bahrumsyah. Kelak, Bahrumsyah membentuk kelompok baru bernama Mujahidin Indonesia Barat sebelum akhirnya ia berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS pada Mei 2014.

2. Dipilih langsung oleh Abu Bakr al-Baghdadi

Sosok Bahrumsyah kabarnya dipilih langsung oleh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi untuk memimpin Katibah Nusantara, perpanjangan tangan kelompok teroris itu untuk wilayah Asia Tenggara.

Katibah Nusantara secara resmi didirikan pada 26 September 2014 dan berpusat di Al-Shaddadi, yang terletak di Provinsi Hasakah, Suriah. Lokasi pelatihan anggota kelompok ini kabarnya di Poso.

Abu Ibrahim al-Indunisiy disebut-sebut sebagai pemimpin pertama kelompok ini sebelum akhirnya diambil alih oleh Bahrumsyah.

3. Dijuluki Abu Muhammad al Indonesi

Dalam video propaganda yang viral pada tahun 2014, seorang pria bernama Abu Muhammad al Indonesi dengan bahasa Indonesia yang lancar menyebar propaganda. Pada intinya, ia mengajak warga Indonesia untuk bergabung dengan ISIS.

Dalam video itu, pria berpakaian serba hitam tersebut dikelilingi sejumlah orang bersenjata. Saat itu, belum diketahui identitas Abu Muhammad al Indonesi, namun belakangan profilnya terkuak.

Abu Muhammad al Indonesi adalah julukan untuk Bahrumsyah.

4. Penyokong dana teror bom Thamrin

Terdapat tiga pentolan ISIS asal Indonesia, yakni Bahrumsyah, Bahrun Naim, dan Abu Jandal. Menurut Jenderal Badrodin Haiti yang menjabat sebagai Kapolri periode 2015-2016, Bahrumsyah berperan sebagai penyokong dana dalam teror bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016.

Ledakan kala itu terjadi di dua tempat, yaitu di tempat parkir Menara Cakrawala, gedung sebelah utara Sarinah, dan sebuah pos polisi di depan gedung tersebut. Sedikitnya delapan orang di antaranya empat pelaku penyerangan dan empat warga sipil dilaporkan tewas. Sementara 24 lainnya luka-luka akibat serangan ini.

Kapolri Tito Karnavian yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala BNPT juga memberi penjelasan senada. Diungkapkannya, jaringan teroris di Indonesia masih dikontrol oleh tiga ideolog teroris, yaitu Bahrun Naim, Bahrumsyah, dan Salim Mubarok alias Abu Jandal yang diketahui berada di Suriah.

"Ada tiga jaringan perantara di situ Bahrun Naim, Bahrumsyah, dan Salim Mubarok alias Abdul Jandal alias Abdul Barok. Tiga orang ini harus dinetralisasi. Kalau tidak, mereka ini akan memprovokasi," ujar Tito dalam acara "The General Briefing on Counter Terrorism" di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa 19 April 2016.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya