Liputan6.com, Jakarta - Sepatu jenis chopine adalah sepatu dengan tatakan yang dipakai oleh kaum wanita pada Abad ke-15, 16, dan 17. Dasar sepatu itu terbuat dari platform kayu yang sangat tinggi dengan maksud agar pakaian pemakainya terlindung dari lumpur dan debu jalanan.
Sepatu jenis itu menjadi populer di Venesia, Italia, dan dipakai oleh kaum perempuan ningrat maupun wanita penghibur kelas atas.
Advertisement
Baca Juga
Ukuran chopine dibuat sesuai dengan status pemakainya. Ketika platformnya dibuat sangat tinggi, itu berarti penggunanya seorang dengan status sosial yang tinggi.
Kaki wanita pemakainya dipasangkan ke platform menggunakan tali yang terbuat dari kulit atau sutra.
Ketika sedang memakai sepatu tersebut, wanita pemakainya perlu ditopang oleh dua pelayan atau suami mereka.
Dikutip dari The Vintage News pada Selasa (18/4/2017), pada Abad ke-15, peraturan Venesia membatasi tingginya menjadi hanya 7,5 centimeter, tapi aturan itu diabaikan.
Sepatu tinggi itu seringkali dibuat agar sepadan dengan pakaian yang dipakai dan bagian atasnya selalu tersembunyi di bawah gaun. Yang menarik, wanita pemakaiya jadi goyah dan berjalan dengan cara sangat lucu.
Fabritio Caroso, seorang penari kawakan, menuliskan bahwa jika seorang wanita cukup berlatih cara menggunakan sepatu tersebut, ia seharusnya bisa bergerak dengan anggun dan cantik, bahkan bisa menari -- meski tak diketahui bagaimana caranya itu bisa dilakukan.
Asal Muasal
Selain Italia, chopine juga terkenal di Spanyol pada Abad ke-15. Banyak pakar berpendapat bahwa sepatu itu sebenarnya dirancang di Spanyol, bahkan ada rujukan tentangnya hingga Abad ke-14.
Perbedaan chopine Spanyol dan Venesia adalah bahwa di Spanyol, sepatu itu lebih sederhana dan simetris. Di Spanyol, chopine dipakai seperti aksesori bagi gaunnya, sedangkan di Venesia, sepatu itu diukir secara artistik dan dipakai seperti pakaian dalam.
Namun demikian, ternyata sepatu itu bukanlah temuan Italia atau Spanyol. Sepatu itu dibawa ke Venesia melalui jalur perdagangan dengan Asia Barat Daya.
Asal-muasal sebenarnya hanya dugaan, tapi bentuknya sangat mirip dengan sandal tinggi Turki dan Yunani yang dipakai di wisma pemandian dan di panggung oleh para aktor.
Pada Abad ke-17, sepatu jenis itu juga sangat populer di kalangan wanita Roma yang mendapat inspirasi dari bangsa Yunani dengan tatakan yang lebih ramping daripada yang ada di Venesia.
Kadang-kadang sepatu itu dianggap sebagai perangkat agar kaum wanita menetap di rumah, tidak berkeliaran hingga tergoda moralnya.
Sepatu chopine memudar ketenarannya ketika alas kaki dengan hak tinggi mulai populer. Sepatu hak tinggi berasal dari Timur Dekat dan pertama kalinya dipergunakan oleh kaum lelaki.
Advertisement