Badan Intelijen Korsel Akui Curangi Pilpres Tahun 2012

Badan intelijen Korea Selatan (NIS) mengakui ikut campur dalam pemilu presiden tahun 2012.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Agu 2017, 16:41 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2017, 16:41 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (Yonhap via AP)

Liputan6.com, Seoul - Badan intelijen Korea Selatan mengakui bahwa pihaknya terlibat dalam upaya untuk memanipulasi pemilih. Mereka berusaha membantu kubu konservatif menang dalam pemilu legislatif dan pilpres.

Penyelidik dari National Intelligence Service (NIS) mengonfirmasi bahwa unit siber badan intelijen mengorganisasi dan mengoperasikan 30 tim selama lebih dari dua tahun jelang pemilihan umum 2012. Pengakuan tersebut diungkapkan pada Kamis malam waktu setempat.

Mereka membayar warga sipil yang jago internet dan berusaha memengaruhi pendapat publik melalui berbagai unggahan di portal dan Twitter.

"Tim-tim tersebut menyebarkan opini pro-pemerintah dan menekan pandangan anti-pemerintah, dengan melabeli diri mereka sebagai pasukan pro-Korea Utara yang bermaksud mengganggu urusan negara," sebut pernyataan badan intelijen Korsel seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (4/8/2017).

Pada saat itu, Korsel dipimpin oleh Lee Myung-bak yang berasal dari kubu konservatif. Sementara, pilpres kala itu dimenangi oleh calon yang juga asal kelompok konservatif, Park Geun-hye.

Investigasi atas kasus ini diperintahkan oleh Presiden Moon Jae-in yang memenangi pilpres pada Mei lalu. Ia menggantikan Park yang digulingkan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi pada 10 Maret 2017, menyusul kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Presiden Moon sendiri telah berjanji untuk mereformasi NIS agar tidak ikut campur dalam pemilu dan fokus pada pengumpulan serta analisis intelijen terkait urusan Korea Utara dan luar negeri.

Namun, seorang tokoh oposisi mengatakan bahwa penyelidikan tersebut bermuatan politik.

"NIS mengatakan akan memisahkan diri dari politik, tapi nyatanya kembali ikut campur dengan memulai penyelidikan ini," kata Kang Hyo-sang.

Mantan direktur NIS Won Sei-hoon sebelumnya telah diadili karena memimpin kampanye online melawan Moon.

Penyelidikan internal juga menemukan bahwa Won memerintahkan badan intelijen tersebut untuk memberangus pers, memberikan dukungan kepada kubu konservatif pro-pemerintah, dan mengawasi sejumlah tokoh oposisi.

 

Saksikan video berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya