Ikuti Jejak Inggris dan AS, NATO Usir 7 Diplomat Rusia

NATO mengusir tujuh diplomat Rusia dan memblokir penunjukan tiga diplomat lainnya setelah terjadi penyerangan terhadap eks mata-mata Rusia di Inggris.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Mar 2018, 09:36 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 09:36 WIB
Ilustrasi bendera NATO
Ilustrasi bendera NATO (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Brussels - Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau dikenal dengan NATO, mengusir tujuh diplomat Rusia dan memblokir penunjukan tiga diplomat lainnya. Hal tersebut dilakukan usai terjadi penyerangan terhadap eks mata-mata Rusia di Inggris, Sergei Skripal, dengan menggunakan racun saraf.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, juga mengatakan, pihaknya akan memotong jumlah delegasi maskimum Rusia dalam organisasi tersebut, yakni dari 30 orang menjadi 20 orang.

"Ini merupakan pesan yang jelas terhadap Rusia bahwa itu (tindakannya) berbayar," ujar Stoltenber pada Selasa, 27 Maret 2018, merujuk pada insiden penyerangan eks mata-mata Rusia dan putrinya seperti dikutip dari CNBC, Rabu (28/3/2018).

Dimuat BBC, sebanyak 27 negara yang terdiri dari negara-negara Eropa, Australia, dan Amerika Serikat, mengumumkan pengusiran lebih dari 140 diplomat Rusia.

Moldova, Irlandia, Australia, dan Belgia merupakan negara terakhir yang melakukan pengusiran, setelah langkah itu pertama kali dilakukan Inggris pada awal bulan ini.

Mereka meyakini bahwa Rusia ada di balik penyerangan Sergei Skripal.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Respons Rusia

Diplomat Rusia Tinggalkan Kedutaan Besar di London
Staf kedutaan melambaikan tangan saat diplomat beserta anggota keluarga membawa barang mereka meninggalkan Kedutaan Besar Rusia di London, Selasa (20/3). Rombongan diplomat Rusia ini diterbangkan untuk pulang kembali ke Moskow. (Daniel LEAL-OLIVAS/AFP)

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Amerika Serikat campur tangan dalam pengusiran massal itu.

"Ketika satu atau dua diplomat diusir dari negara ini atau itu, sambil membisakkan permintaan maaf di telinga kami, kami tahu pasti bawah ini adalah hasil dari tekanan besar, pemerasan besar, yang sayangnya menjadi alat utama Washington di wilayah internasional," ujar Lavrov.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut telah menyusun sejumlah kemungkinan tindakan balasan yang akan dipertimbangkan Presiden Vladimir Putin.

Seorang senator Rusia, Vladimir Dzhabarov, mengatakan akan ada respons "tit-for-tat" -- strategi pembalasan -- terhadap keputusan AS yang mengusir 48 diplomat Rusia di Washington dan 12 lainnya di PBB, New York.

Wakil Lavrov, Sergei Ryabkov, sebelumnya mengatakan bahwa Moskow tidak akan meninggalkan pembicaraan stabilitas strategis dengan Washington, meski dilakukan respons keras.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya