Liputan6.com, Belgia - Arab Saudi, melalui lembaga kemanusiaan the King Salman Humanitarian Aid and Relief Centre (KSRelief), akan menyumbangkan dana senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,3 triliun bagi rakyat Suriah.
Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir pada 25 April 2018 dalam konferensi internasional tentang masa depan Suriah dan kawasan, yang diselenggarakan di Brussels, Belgia.
Konferensi tersebut diadakan setelah munculnya dugaan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur, yang dikabarkan menewaskan puluhan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Barat dan sekutunya menuding rezim Bashar al-Assad mendalangi serangan tersebut.
Advertisement
"Dunia sedang menghadapi rezim yang bersekutu dengan teroris yang percaya bahwa menyebarkan kekejaman dan melakukan kejahatan akan mendatangkan kemenangan, bahwa kejahatan perang membuahkan hasil," kata Jubeir seperti dikutip dari Arabnews, Jumat (27/4/2018).
Baca Juga
"Selain membombardir warga sipil, kebijakan pengepungan dan yang memicu kelaparan, pembersihan etnis dan sektarian, serta perubahan demografi kota-kota di Suriah, penggunaan senjata kimia telah mengejutkan seluruh dunia".
Jubeir menegaskan bahwa satu-satunya solusi yang dapat diterima untuk krisis Suriah adalah resolusi politik yang damai. Menurutnya, Arab Saudi telah berupaya untuk mencapai resolusi tersebut sejak krisis dimulai dan di lain sisi, Riyadh juga menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan yang terus berlanjut di Suriah.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Arab Saudi Dukung Jalan Damai
Diplomat Arab Saudi itu lebih lanjut menerangkan bahwa pihaknya telah memainkan peran dalam menyatukan barisan oposisi Suriah dan mendorong mereka untuk berbicara satu sama lain. Setelah Konferensi Riyadh 1 pada 2015, Arab Saudi juga telah menjadi tuan rumah Konferensi Riyadh 2, di mana dalam kesempatan itu mereka mengklaim berhasil mempersatukan faksi-faksi oposisi Suriah dan membentuk sebuah lembaga untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai.
"Kerajaan (Arab Saudi) berharap bahwa perjanjian yang didukung oleh resolusi internasional mengenai gencatan senjata dan pengiriman bantuan keamanan kepada para penerima manfaatnya akan dilaksanakan di seluruh Suriah, terlepas dari afiliasi etnis, agama, sektarian, atau pandangan politik mereka. Kami menyerukan pembebasan secepatnya para tahanan dan korban penculikan serta mengklarifikasi apa yang menimpa mereka," ungkap Jubeir.
"Kami juga menuntut untuk menghukum individu dan institusi kejahatan perang demi mencegah impunitas mereka".
Sejak perang Suriah meletus, Arab Saudi telah menampung sekitar dua setengah juta warga Suriah dan memberlakukan mereka seperti warga sendiri, demikian klaim Jubeir. Selain itu, Arab Saudi juga mendukung dan membantu merawat jutaan pengungsi Suriah di Turki, Yordania, dan Lebanon dengan berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Bantuan yang sudah digelontorkan Arab Saudi sejauh ini mencapai total sekitar US$ 1 miliar.
Advertisement