Ragukan Ketulusan AS, Tunangan Jamal Khashoggi Tepis Undangan Donald Trump

Undangan khusus disampaikan Donald Trump kepada Hatice Cengiz, tunangan Jamal Khashoggi, jurnalis yang tewas dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Dan, ditolak.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 27 Okt 2018, 14:21 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2018, 14:21 WIB
Anggota asosiasi wartawan Turki-Arab memegang poster dengan foto-foto Jamal Khashoggi, saat mereka mengadakan protes di dekat konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Senin, 22 Oktober 2018 (AP/Lefteris Pitarakis)
Anggota asosiasi wartawan Turki-Arab memegang poster dengan foto-foto Jamal Khashoggi, saat mereka mengadakan protes di dekat konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Senin, 22 Oktober 2018 (AP/Lefteris Pitarakis)

Liputan6.com, Istanbul - Undangan khusus disampaikan Donald Trump kepada Hatice Cengiz, tunangan Jamal Khashoggi, jurnalis yang tewas dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Namun, perempuan tersebut menepis undangan ke Gedung Putih itu. Alasannya, ia menuduh sang miliarder nyentrik tak tulus mendukung penyelidikan kasus pembunuhan Khashoggi.

Kepada sebuah stasiun televisi Turki, Haberturk, Hatice Cengiz menilai, undangan dari Trump bertujuan untuk memengaruhi opini publik di AS.

Jamal Khashoggi tiba-tiba hilang saat sedang mengurus dokumen pernikahannya di Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Selasa 2 Oktober 2018.

Awalnya, pihak Riyadh berupaya cuci tangan dengan mengatakan, sang jurnalis sudah keluar dari pintu belakang. Beberapa lama kemudian, Arab Saudi mengatakan, Khashoggi meninggal dunia dalam sebuah perkelahian yang pecah di dalam gedung konsulat.

Tekanan dari komunitas internasional kemudian mengubah narasi Arab Saudi. Kejaksaan negara itu akhirnya mengakui, Jamal Khashoggi tewas dalam pembunuhan yang telah direncanakan. Pihak Riyadh menyangkal keluarga kerajaan yang berkuasa terlibat dan menyalahkan 'agen-agen jahat' yang bertindak di luar aturan.

Sementara itu, Donald Trump mengaku 'tak puas' dengan keterangan yang disampaikan pihak Arab Saudi. Namun, ia menekankan arti penting hubungan AS dan Arab Saudi.

Trump juga mengatakan, ada 'kemungkinan', Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman tidak mengetahui pembunuhan tersebut.

Selama hidupnya, Jamal Khashoggi adalah pengkritik vokal kebijakan Mohammed bin Salman, pewaris takhta sekaligus pemimpin de facto Arab Saudi.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan, kematian Khashoggi dalam fasilitas diplomatik seharusnya menjadi kekhawatiran semua pihak.

"AS tak akan menoleransi tindakan kejam semacam itu untuk membungkam Khashoggi, seorang jurnalis, dengan kekejaman," tambah dia.

Sebelumnya, pada Jumat 26 Oktober 2018, Turki mengaku ingin mengekstradisi 18 tersangka pembunuhan Khashoggi yang kini ditahan di Riyadh.

Namun, Turki dan Arab Saudi diketahui tak punya perjanjian ekstradisi.

 

Saksikan video terkait kasus kematian Jamal Khashoggi berikut ini: 

Tak Akan Hadiri Pemakaman Khashoggi

Raja dan Putra Mahkota Saudi Temui Keluarga Khashoggi
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud (kanan) dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (kedua kanan) bertemu dengan anggota keluarga dari jurnalis yang terbunuh, Jamal Khashoggi, di Istana Kerajaan Saudi di Riyadh, Selasa (23/10). (Handout/SPA/AFP)

Dalam wawancara televisi yang penuh air mata, pada hari Jumat kemarin, Hatice Cengiz menceritakan, seandainya ia tahu pihak Arab Saudi merancang plot untuk menghabisi tunangannya, ia tak akan mengizinkan Jamal Khashoggi memasuki kompleks konsulat.

"Saya menuntut agar semua yang terlibat dalam kekejaman ini, dari tingkat tertinggi hingga terendah, dihukum dan diadili," kata dia kepada Haberturk TV.

Dia mengaku belum dihubungi oleh pejabat Saudi. Namun, dia tidak mungkin pergi ke negara itu, untuk menghadiri pemakaman, jika jasad Khashoggi yang hilang akhirnya ditemukan.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta Riyadh untuk mengakui siapa yang memerintahkan pembunuhan. Juga untuk menyebutkan di mana jasad korban berada. 

Sementara itu, putra sulung Khashoggi bersama dengan keluarganya telah bertolak ke AS.

Sebelumnya, ia yang berkewarganegaraan ganda, AS dan Arab Saudi, dilarang meninggalkan Arab Saudi karena kritik ayahnya terhadap kepemimpinan negara itu. Namun, sanksi tersebut baru-baru ini dicabut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya