Respons Tekanan China, AS Kirim Kapal Perang ke Taiwan

Pertama kalinya dalam tahun ini, AS mengirimkan dua kapal perang ke Taiwan. Untuk apa?

oleh Siti Khotimah diperbarui 25 Jan 2019, 14:02 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2019, 14:02 WIB
Kapal Perang AS
Petugas mengecek Lambung kiri kapal perang USS John S. McCain usai tabrakan dengan kapal tanker Alnic MC berbendera Liberia di Selat Malaka, sebelah timur Singapura, (21/8). (AFP Photo/Roslan Rahman)

Liputan6.com, Taipei - Untuk kali pertamanya dalam tahun 2019, Amerika Serikat (AS) mengirimkan dua kapal perangnya ke Selat Taiwan.

Hal ini dapat dilihat sebagai dukungan Donald Trump untuk Taiwan yang berseteru dengan China. Langkah tersebut dinilai berpotensi meningkatkan tensi hubungan antara AS dengan China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya.

Menteri Pertahanan Taiwan menyatakan pada Kamis 24 Januari 2019 bahwa kapal AS bergerak ke arah utara. Pelayaran kapal perang tersebut dianggap sesuai dengan hukum internasional, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (25/1/2019).

Ia menjelaskan bahwa Taiwan tengah melakukan operasi untuk memastikan keamanan wilayah lautnya dan stabilitas regional.

Pada Kamis 24 Januari 2019, armada angkatan laut Taiwan juga meluncurkan drone pengawasan jarak jauhnya, bernama Rui Yuan. Menurut sejumlah pejabat, drone tersebut dapat terbang selama 12 jam dan akan membantu memantau pergerakan China.

"Drone sekarang menjadi bagian yang tak tergantikan dari strategi pengintaian kami," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan, Chen Chung-chi.

"Mereka adalah pilihan utama kita untuk kegiatan di selat," tambahnya.

Hingga berita ini terbit, belum ada tanggapan dari pemerintah China di Beijing.

Saksikan video berikut:

AS di Tengah Konflik Beijing - Taipei

Ilustrasi hubungan China, Taiwan, dan Amerika Serikat (AFP Photo)
Ilustrasi hubungan China, Taiwan, dan Amerika Serikat (AFP Photo)

Peningkatan tensi hubungan antara Taiwan dan China telah terjadi, setidaknya sejak Presiden Tsai Ing-Wen yang memperjuangkan kemerdekaan Taiwan terpilih pada 2016 silam.

Sebagai tanggapan sikap tersebut, China secara konsisten mengirimkan pesawat dan kapal perang untuk berpatroli di perairan Pulau Formosa.

China juga mengirimkan beberapa alat pengebom dan pesawat melalui Bashi Channel atau Terusan Bashi, yang memisahkan Taiwan dan Filipina. Hal itu telah terjadi pada Kamis pagi, 24 Januari 2019, demikian disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataan terpisah.

Pada awal Januari lalu, Presiden China, Xi Jinping menyatakan bahwa negaranya akan menggunakan kekuatannya untuk mempertahankan Taiwan. Sebagai respons, Presiden Taiwan, Tsai, menyatakan akan menjaga demokrasi di negara pulaunya dan mengharapkan dukungan internasional.

Taiwan seolah siap untuk melakukan perlawanan. Negara itu telah melakukan beberapa kali latihan militer sejak pidato Xi Jinping.

Meskipun AS tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, namun kedua negara tersebut terikat oleh hukum bernama Asia Reassurance Initiative Act.

Dalam hukum tersebut AS berkomitmen untuk membantu Taiwan mempertahankan diri. Selain itu, AS juga menjadi pemasok utama persenjataan Taiwan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya