Liputan6.com, Paris - Prancis memperingati kejadian memilukan 75 tahun tahun, saat pasukan Nazi membantai 642 orang di Oradour-sur-Glane dan menghancurkan desa kecil dekat Limoges itu.
Misa diadakan hari Senin di lokasi pembantaian paling mengerikan di Prancis itu, yang diduduki oleh Nazi Jerman. Kegiatan itu dilaksanakan untuk mengingatkan kembali tragedi pada tanggal 10 Juni 1944 silam, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia pada Selasa (11/6/2019). Berbagai upacara peletakan karangan bunga dan pawai juga diselenggarakan.
Advertisement
Baca Juga
Empat hari setelah pembantaian pada 1944 silam, terjadi pendaratan pasukan sekutu di Normandie, sebuah kompi pasukan keamanan Nazi. SS Das Reich yang bengis menggiring ratusan warga sipil ke lumbung dan sebuah gereja dan membakar mereka bersamaan pembumihangusan desa itu.
Sebuah desa baru telah dibangun tetapi reruntuhan desa tua itu tidak tersentuh sebagai kesaksian atas kebengisan Nazi.
Pembunuhan itu diyakini telah diperintahkan sebagai pembalasan atas penculikan seorang tentara Jerman oleh milisi Perlawanan Prancis.
Simak video pilihan berikut:
Berlin Kebumikan 300 Sisa Jasad Korban Eksperimen Dokter Era Nazi
Lebih dari 300 sampel jaringan manusia dari tahanan yang dieksekusi di Berlin pada era Nazi dimakamkan pada Senin 13 Mei 2019 waktu lokal.
Sebelumnya, sampel ditemukan dalam slide mikroskopis di properti milik mendiang Hermann Stieve --seorang dokter dan profesor anatomi di Rumah Sakit Charite Universitätsmedizin, Berlin-- yang meninggal pada 1952. Ahli waris Stieve menemukan koleksi sampel itu pada 2016 lalu.
Para peneliti mengatakan Stieve secara sistematis berkolaborasi dengan Nazi untuk menerima tubuh 184 orang, kebanyakan perempuan, yang dieksekusi karena perlawanan politik, demikian seperti dikutip dari BBC.
Potongan-potongan jaringan --dengan ukuran paling panjang kurang dari satu milimeter-- ditemukan di perkebunan Stieve. Sampel disimpan dalam kotak hitam kecil, termasuk beberapa yang berlabel nama.Â
Setelah ditemukan, mereka diserahkan ke Rumah Sakit Charite Universitätsmedizin di Berlin, yang menugaskan German Resistance Memorial Center untuk meneliti sejarah para korban.
Penelitian dilakukan di bawah arahan langsung direktur Memorial Center, Prof Johannes Tuchel.Â
Tuchel menemukan, jasad-jasad itu diambil oleh seorang pengemudi dan dibawa ke Hermann Stieve, kadang-kadang hanya beberapa menit setelah mereka terbunuh di penjara Berlin-Plötzensee. Ia juga menemukan bahwa Stieve kemudian membedah jasad-jasad itu untuk penelitian, sebelum diam-diam mengkremasi dan menguburnya secara anonim.
Hampir 3.000 orang dieksekusi di Plötzensee dengan pemenggalan kepala atau digantung saat Adolf Hitler berkuasa.
"Kami telah menemukan bahwa (Stieve) secara sistematis membantu Kementerian Kehakiman Reich (Nazi) dalam menghapus jejak-jejak tindakan kriminal ini," kata Prof Tuchel kepada surat kabar Jerman Bild.
Dalam sebuah pernyataan, Dr Karl Max Einhäupl, CEO dari Charite Universitätsmedizin mengatakan, penguburan itu adalah bagian dari upaya rumah sakit untuk menghadapi dan upaya mengobati luka sejarah Jerman semasa era-Nazi.
"Dengan mengubur spesimen mikroskopis di Pemakaman Dorotheenstadt, kami ingin membantu mengembalikan martabat korban," katanya.
Advertisement