Donald Trump Tidak Ingin Lagi Berurusan dengan Dubes Inggris, Kenapa?

Presiden AS Donald Trump mendadak tidak ingin lagi berurusan dengan duta besar Inggris,apa alasannya?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 09 Jul 2019, 09:04 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 09:04 WIB
Ekspresi Donald Trump Saat Hadiri National Prayer Breakfast
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meluncurkan kritik pedas terhadap Perdana Menteri Inggris Theresa May, dan mengatakan Washington tidak akan lagi berurusan dengan duta besar dari negara sekutunya itu.

Bukan tanpa sebab Trump berujar pedas seperti itu. Dia "naik pitam" setelah sebuah informasi bocor ke harian Daily Mail pada Minggu 7 Juli, di mana dubes Inggris menilai sang presiden sebagai "tidak layak".

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (9/7/2019), Donald Trump menyerang Sir Kim Darroch --dubes Inggris untuk AS-- selama dua hari berturut-turut, mengancam akan memutuskan hubungan atas penilaian sang dubes yang menyebut dirinya "memancarkan rasa tidak aman".

Trump juga mengatakan bahwa PM May telah membuat "kekacauan" atas Brexit, yang disebut bertentangan dengan nasihatnya.

Padahal, hanya berselang beberapa pekan lalu, Donald Trump memuji Theresa May secara pribadi pada kunjungan kenegaraannya ke Inggris, dan mengatakan bahwa timpalannya itu telah melakukan "pekerjaan yang sangat baik".

Trump meluncurkan omelan terhadap Darroch, mengatakan: "Saya tidak kenal Duta Besar (Inggris), tetapi dia tidak disukai atau dipikirkan dengan baik di AS. Kami tidak akan lagi berurusan dengannya. Berita bagus untuk Kerajaan Inggris yang luar biasa adalah bahwa mereka akan segera memiliki Perdana Menteri baru. Sementara saya benar-benar menikmati Kunjungan Negara yang luar biasa bulan lalu, itu adalah Ratu yang paling saya kagumi!"

Rangkaian twit yang menunjukkan ketidaksukaan Trump terhadap Darroch telah meningkat sejak ia mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu: "Kami bukan pengagum pria itu, dan ia belum melayani Inggris dengan baik ... jadi saya bisa memahaminya dan saya bisa mengatakan banyak hal tentang dia. Tapi, saya tidak akan repot-repot (melakukannya)."

Pernyataan terakhir Trump, menurut beberapa pengamat, menciptakan dilema bagi calon perdana menteri Inggris yang baru, di mana mereka harus memutuskan apakah perlu atau tidak menggantikan Darroch.

Namun, masih menurut pengamat, mempertahankan Darroch berisiko lebih lanjut merusak hubungan diplomatik Inggris dengan salah satu sekutu internasional terdekatnya.

Dibela oleh PM Theresa May

PM Inggris Theresa May
Perdana Menteri Inggris Theresa May saat memberikan keterangan terkait teror London. (Andrew Matthews/PA via AP)

Liam Fox, Menteri Perdagangan Internasional Inggris, berada di Washington pada hari Senin untuk berusaha memperlancar hubungan kedua negara, dan akan meminta maaf atas kebocoran terkait kepada Ivanka Trump, putri presiden sekaligus penasihat terdekatnya.

Dia mengatakan kepada BBC: "Ini adalah peristiwa yang merusak, berpotensi merusak sehingga saya berharap kekuatan penuh dari disiplin internal kita, atau bahkan hukum, akan turun pada siapa pun yang benar-benar melakukan tindakan khusus ini."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt, juga mengatakan berusaha membendung dampak kerusakan akibat penilaian Darroch yang bocor, dan bersikereas kedua negara memiliki hubungan "paling hangat".

Namun, juru bicara resmi PM May menyatakan "keyakinan penuh" pada Darroch dan membela haknya untuk melakukan penilaian "jujur ​​dan tidak pernis" terhadap Gedung Putih, dengan mengatakan bahwa ia tidak boleh dipecat dari perannya, meskipun sang perdana menteri tidak setuju dengan analisisnya.

Menurut pengamat, pernyataan May bisa jadi adalah pertahanan terkuat Inggris terhadap Darroch, yang berisiko semakin membuat marah Trump.

Menanggapi rangkaian twit Trump, kantor perdana menteri Inggris, Downing Street 10, menegaskan bahwa May tidak akan memecat Darroch dalam sisa dua pekan terakhirnya sebagai pemimpin politik Negeri Ratu Elizabeth II.

Seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan: "Kami telah menjelaskan kepada AS betapa malangnya kebocoran ini. Ekstrak selektif yang bocor tidak mencerminkan kedekatan, dan harga yang kami miliki, dalam hubungan tersebut."

"Pada saat yang sama, kami juga menggarisbawahi pentingnya duta besar untuk dapat memberikan penilaian politik yang jujur ​​dan tidak ternoda di negara mereka. Sir Kim Darroch terus mendapat dukungan penuh dari perdana menteri," lanjutnya.

Dampak Kemarahan Trump pada Dubes Inggris

Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018  (AFP).
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018 (AFP).

Sementara itu, tidak jelas apakah rangkaian twit Donald Trump berarti ia secara pribadi menahan kerja sama dengan Darroch, atau ia menginstruksikan seluruh jajaran pemerintahannya untuk memutuskan hubungan dengan sang duta besar.

Jika kemungkinan terakhir terjadi, maka itu secara efektif membuat Darroch sebgai persona non grata di Washington DC, dan tidak digunakan sebagai lawan bicara antara pemerintah Inggris dan Amerika.

Efeknya akan meningkatkan tekanan pada Downing Street untuk menarik Darroch keluar dari Washington lebih awal dari yang direncanakan.

Namun, menurut para pengamat, hal itu mungkin ditentang oleh beberapa pejabat Kantor Luar Negeri Inggris, dengan alasan bahwa Darroch tidak melakukan kesalahan dan kepergiannya akan menjadi kemenangan bagi mereka yang memilih untuk membocorkan telegramnya.

Dalam praktiknya, pemerintah dapat menolak seorang duta besar, meskipun mereka tidak dapat memilih identitas orang yang memegang jabatan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya