Satelit Navigasi Glonass-M Milik Rusia Sukses Meluncur ke Orbit Bumi

Ini merupakan peluncuran keenam roket pengangkut Soyuz-2 yang dilakukan pada 2019 dari Plesetsk.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 18:35 WIB
Peluncuran roket pengangkut Soyuz-2.1b. (Foto Kementerian Pertahanan Rusia)
Peluncuran roket pengangkut Soyuz-2.1b. (Foto Kementerian Pertahanan Rusia)

Liputan6.com, Jakarta - Rusia telah berhasil menempatkan sebuah satelit navigasi baru ke orbit Bumi. Satelit itu diterbangkan menggunakan roket pengangkut Soyuz-2.1b.

"Roket pengangkut kelas menengah Soyuz-2.1b yang diluncurkan dari Kosmodrom Plesetsk di Wilayah Arkhangelsk pada Rabu 11 Desember pukul 11.54 waktu Moskow (15.54 WIB) telah menempatkan satelit navigasi Rusia Glonass-M ke orbit yang ditentukan," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan yang dilansir Xinhua, Kamis (12/12/2019).

Wahana luar angkasa yang ditempatkan ke orbit tersebut akan melengkapi konstelasi orbital Sistem Satelit Navigasi Global Rusia, sebut pernyataan itu.

Ini merupakan peluncuran keenam roket pengangkut Soyuz-2 yang dilakukan pada 2019 dari Plesetsk. Peluncuran Soyuz-2 sebelumnya dari stasiun peluncuran antariksa di Rusia utara itu berhasil dilakukan pada 25 November lalu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Satelit Baru China untuk Penanganan Bencana

Sebuah satelit baru untuk pengamatan Bumi, Gaofen-7, diluncurkan menggunakan roket Long March-4B dari Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan di Provinsi Shanxi, China utara, pada 3 November 2019. (Xinhua/Sun Gongming)
Sebuah satelit baru untuk pengamatan Bumi, Gaofen-7, diluncurkan menggunakan roket Long March-4B dari Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan di Provinsi Shanxi, China utara, pada 3 November 2019. (Xinhua/Sun Gongming)

Gambar beresolusi tinggi yang berhasil direkam satelit pengamatan Bumi milik China membantu upaya bantuan di daerah-daerah yang dilanda bencana di Provinsi Sichuan, China barat daya.

Terletak di antara dua lempeng tektonik, Sichuan kerap tertimpa bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor dan danau penghalang (barrier lake).

"Sebelumnya, kami terutama memantau zona-zona bencana secara langsung, lalu kami mulai menggunakan pesawat nirawak (drone). Namun, metode itu masih menyita terlalu banyak waktu, tenaga manusia dan sumber daya," jelas Shi Fuqiang, Kepala Akademi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keselamatan Sichuan, seperti dilansir Xinhua.

China mulai membangun Sistem Pengamatan Bumi Beresolusi Tinggi pada 2010, yang bertujuan untuk menyediakan liputan global sepanjang waktu di segala cuaca pada 2020. Dengan jaringan satelit pengamatan Gaofen, China memiliki gambaran planet yang semakin jelas. Data dari satelit Gaofen telah digunakan secara luas di 20 lebih industri di seluruh China.

"Dengan data Gaofen, kami dapat dengan cepat menemukan daerah-daerah yang terkena bencana, membuat analisis tentang skala dan lingkungan sekitar tepat waktu, serta melakukan upaya penyelamatan dan bantuan yang efektif," kata Shi.

Shi menyinggung soal banjir gunung dan tanah longsor akibat hujan deras yang menyebabkan terputusnya jalan, listrik dan komunikasi di Wilayah Wenchuan, Sichuan, pada 20 Agustus 2019.

"Dengan menggunakan satelit Gaofen dan satelit pengindraan jarak jauh lainnya, kami mampu menyediakan data dan bantuan teknis secara tepat waktu untuk departemen penanggulangan bencana darurat di Provinsi Sichuan. Total tujuh daerah seluas 1,19 juta meter persegi yang terkena bencana parah berhasil diidentifikasi," lanjut Shi.

Para peneliti telah menggunakan gambar-gambar beresolusi tinggi dari satelit Gaofen untuk memantau dan menganalisis bencana alam, serta membuat mekanisme peringatan dini, sehingga meningkatkan kapasitas pencegahan dan penanggulangan bencana, menurut Pusat Data dan Aplikasi Sistem Pengamatan Bumi Beresolusi Tinggi Sichuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya