Dokter Italia Sebut Virus Corona Telah Melemah, Benarkah?

Dokter terkemuka Italia mengklaim Virus Corona baru yang menyebabkan pandemi COVID-19 telah kehilangan potensinya.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 02 Jun 2020, 16:04 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 16:04 WIB
FOTO: Truk-Truk Militer Italia Angkut Korban Meninggal COVID-19
Petugas membawa peti mati berisi jasad korban virus corona COVID-19 yang diturunkan dari truk militer di pemakaman Ferrara, Italia, Sabtu (21/3/2020). Konvoi truk militer membawa korban meninggal COVID-19 dari Bergamo, kota pusat penyebaran COVID-19 di Italia. (Massimo Paolone/LaPresse via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Dokter terkemuka Italia mengklaim Virus Corona baru yang menyebabkan pandemi COVID-19 telah kehilangan potensinya. Profesor Alberto Zangrillo, kepala ICU di Rumah Sakit San Raffaele Italia di Lombardy, yang menanggung beban epidemi COVID-19 mengatakan, Virus Corona "secara klinis tidak ada lagi."

Namun, para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah ilmuwan lainnya mengatakan tidak ada bukti yang mendukung klaim Zangrillo. Ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove, bersama sejumlah ahli virus dan penyakit menular lainnya, menyebutkan bahwa pernyataan Zangrillo tidak didukung oleh bukti ilmiah.

Tidak ada data yang menunjukkan Virus Corona berubah secara signifikan, baik dalam bentuk transmisi atau tingkat keparahan penyakit yang disebabkan, menurutnya.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubah, dalam tingkat keparahan, itu juga tidak berubah," kata Van Kerkhove.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Virus Bermutasi

Perjuangan Ini Belum Usai
Petugas medis yang bekerja di Rumah Sakit Palang Merah di Wuhan,, China pada 28 Februari 2020. Virus Corona yang bermula di China tengah pada Desember 2019 kini menyebar secara global di mana lima negara terdampak paling besar, yakni Cina daratan, Korea Selatan, Iran, Italia dan Jepang (STR/AFP)

Bukan sesuatu yang aneh untuk virus bermutasi dan beradaptasi ketika menyebar, dan bagaimana ilmuwan memantau dan melacak virus baru tersebut. Pandemi COVID-19 sejauh ini telah menelan lebih dari 370.000 korban jiwa dan menginfeksi 6 juta orang lebih secara global.

Martin Hibberd, profesor penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan studi besar yang melihat perubahan genetik pada virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19 tidak mendukung gagasan bahwa virus menjadi tak berpotensi atau melemah dengan cara apa pun.

"Dengan data lebih dari 35.000 seluruh genom virus, saat ini tidak ada bukti bahwa terdapat perbedaan signifikan terkait tingkat keparahan," katanya.

 


Klaim Dokter Zangrillo

Kasus Kematian Akibat Virus Corona COVID-19 di Italia
Pekerja membersihkan permukaan jalan di Piazza del Duomo, Milan, 31 Maret 2020. Pandemi COVID-19 terus menyebar di Italia pada Selasa (31/3), menambah total jumlah terinfeksi, kematian dan pulih menjadi 105.792, menurut data terbaru Departemen Perlindungan Sipil Italia. (Xinhua/Daniele Mascolo)

Zangrillo, yang dikenal di Italia sebagai dokter pribadi mantan perdana menteri Silvio Berlusconi, mengaku pernyataannya diperkuat sebuah studi yang dilakukan sesama ilmuwan, Massimo Clementi, yang dikatakan Zangrillo akan dipublikasi pekan depan.

Zangrillo menyatakan, "Kami tidak pernah mengatakan bahwa virus tersebut telah berubah, kami mengatakan bahwa interaksi antara virus dan perantara sudah pasti berubah."

Menurutnya, hal ini bisa disebabkan karakteristik virus yang berbeda, yang katanya belum diidentifikasi, atau karakteristik berbeda pada mereka yang terinfeksi.

Studi oleh Clementi, direktur laboratorium mikrobiologi dan virologi San Raffaele, membandingkan sampel virus dari pasien COVID-19 di rumah sakit yang berada di Milan pada Maret dengan sampel dari pasien COVID-19 pada Mei.

"Hasilnya jelas: perbedaan yang sangat signifikan antara beban virus pasien yang dirawat pada Maret dibanding pasien yang dirawat Mei lalu," kata Zangrillo.

Sementara itu, ahli dari Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow, Oscar MacLean, mengatakan tanda-tanda bahwa virus sedang melemah "tidak didukung oleh apa pun dalam literatur ilmiah dan juga sepertinya cukup tidak masuk akal dengan alasan genetik."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya