Orang yang Suka Mengejar Kebahagiaan Sering Tak Bahagia, Ini Alasannya

Mengejar kebahagiaan hanya membuat Anda merasa tidak bahagia. Kedengarannya aneh bukan? Namun begini penjelasannya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Des 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi tertawa, bahagia
Ilustrasi tertawa, bahagia. (Gambar oleh StockSnap dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda salah satu orang yang fokus mengejar kebahagiaan namun merasa tidak bahagia?

Sekilas, kita akan berpikir bahwa mengejar kebahagiaan seharusnya membuat kita bahagia. Bagaimanapun, kita semua secara aktif mencari apa yang membuat kita bahagia. Namun, ini sangat jauh dari kebenaran.

Mengejar kebahagiaan hanya membuat Anda merasa tidak bahagia. Kedengarannya aneh bukan?

Nah, ada perasaan akrab yang menyertai pengejaran kebahagiaan. Anda akhirnya merasa kewalahan dan cemas. Tekanan untuk bahagia sepanjang waktu bisa berdampak buruk pada Anda. Sebenarnya, kita tidak benar-benar memahami apa sebenarnya kebahagiaan itu.

Kesalahpahaman masyarakat telah memberi kita banyak tekanan dan kecemasan seputar diskusi tentang kebahagiaan.

Banyak dari kita yang begitu sibuk mencari hal lain yang tidak kita kenali saat kebahagiaan datang. Kesalahpahaman masyarakat ini adalah mitos seputar kebahagiaan yang telah kita terima terlalu lama.

Berikut adalah mitos terkenal di masyarakat yang membentuk cara kita memandang kebahagiaan, demikian dikutip dari laman Lifehack, Jumat (4/12/2020):

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Kebahagiaan Tidak Berarti Ada Emosi Negatif

Keluarga Tetap Menjadi Prioritas Utama
Ilustrasi Keluarga Bahagia Credit: pexels.com/pixabay

Meski kedengarannya sulit dipercaya, Anda bisa tertawa dan tersenyum sepanjang hari tetapi tetap tidak bahagia. Kebahagiaan tidak berarti Anda harus mengekspresikan kegembiraan 24 jam sehari atau 7 hari seminggu. Itu adalah mitos yang dibagikan oleh banyak orang di seluruh dunia.

Anda tidak harus mati rasa terhadap perasaan negatif untuk benar-benar bahagia. Sebaliknya, ini tentang pengalaman manusia seutuhnya, yang mencakup emosi positif dan negatif.

Namun, ada sisi baiknya. Perasaan negatif ini berfungsi sebagai sistem peringatan untuk memberi tahu Anda hal-hal yang salah dan bagaimana Anda bisa memperbaikinya. Alih-alih melarikan diri dari emosi-emosi ini, jadikanlah mereka sebagai pemandu, dan kelola dengan baik.

 

2. Sukses Menuju Kebahagiaan

Bukan Balasannya, Tetapi Perasaan Cinta Itu Sendiri yang Membuat Bahagia
Ilustrasi Kisah Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Credit: pexels.com/pixabay

Sekarang, lebih dari sebelumnya, kita hidup dalam masyarakat yang semakin terobsesi dengan kesuksesan seiring berjalannya waktu.

Semua orang bekerja keras untuk menjadi terkenal, menghasilkan banyak uang, dan menjadi yang terbaik di bidangnya. Namun, tidak jarang melihat orang yang "puas" tetapi tidak bahagia.

Ini karena kesuksesan tidak mengobarkan kebahagiaan Anda. Tentu, Anda mungkin memiliki perasaan pencapaian yang datang dengan kemenangan, tetapi itu akan memudar setelah beberapa saat ke tingkat kebahagiaan yang Anda miliki sebelum kemenangan itu diraih. Menjadi terkenal atau memiliki lebih banyak uang juga tidak membuat Anda bahagia, terutama jika kebutuhan dasar Anda sudah tercukupi.

Jadi, apa kebenarannya di sini? Kebahagiaan justru mendorong kesuksesan. Anda bisa mendapatkan jenis kesuksesan yang Anda inginkan ketika Anda fokus pada kesehatan fisik dan mental Anda terlebih dahulu. Cobalah untuk hidup lebih banyak di masa sekarang, dan Anda akan melihat betapa berkurangnya tingkat stres Anda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya