Liputan6.com, Ohio - Penembakan massal terjadi di Dayton, Ohio dini hari pada tanggal 4 Agustus 2019. Pembunuh 9 orang dan mencederai 27 orang merupakan hal yang signifikan, namun, penembakan massal ini sangat terkenal karena menjadi yang kedua dalam waktu kurang dari 24 jam di Amerika, demikian dilansir dari laman History.com.
Sehari sebelumnya, seorang penembak melepaskan tembakan ke Wal-Mart di El Paso, Texas dan menewaskan 22 orang, melukai 24 orang.
Baca Juga
Penembakan di Dayton dan El Paso dan kegegeran yang disebabkan kedua peristiwa dalam jarak waktu yang begitu dekat, mempertanyakan aturan kontrol senjata di Amerika Serikat. Namun, pada akhirnya pembantaian ganda tersebut tidak membawa perubahan ke arah sana.
Advertisement
Pria bersenjata di Ohio telah mengetahui penembakan yang terjadi di El Paso, dimana seorang nasionalis kulit putih yang diyakini menargetkan orang Latin dan menyerang keramaian di Wal-Mart. Penembak Ohio tersebut menyukai unggahan sosial media yang menyebut penambah Texas sebagai supremasi kulit putih dan menyerukan kontrol senjata.
Namun, penyelidikan kemudian mengungkap bahwa ia telah memencam kecenderungan kekerasan selama bertahun-tahun. bahkan sempat didisiplinkan di sekolah menengah karena merencanakan penembakan massal.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saudara Perempuan Pelaku Termasuk Korban
Penembak Ohio terlihat meninggalkan sebuah bari di Distrik Bersejarah Oregon Dayton kira-kira 12 jam setelah penembakan El Paso. Kurang dari satu jam kemudian, ia kembali. Sekitar jam 1 pagi, trageti terjadi. Ia melepaskan tembakan ke kerumunan orang dengan AR-15 yang dimodifikasi.
Polisi berada di tempat kejadian dan langsung membunuhnya dalam waktu 32 detik setelah tembakan pertamanya. Pihak berwenang pun kemudian mengonfirmasi bahwa polisi juga telah menembak 2 orang. Saudara perempuan pria bersenjata itu termasuk di antara kerumunan yang tewas.
Penembakan massal bukanlah hal baru di Amerika Serikat. Meskipun demikian, pembantaian berturut-turut tetap berhasil mengejutkan negara. Pembaharuan kontrol senjata dan sementara menghentikan pemilihan pendahuluan presiden dari Partai Demokrat yang baru lahir.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement