Tak Hiraukan ISIS, AS Terus Evakuasi Warga Afghanistan hingga Titik Penghabisan

AS akan terus mengevakuasi warga Afghanistan dari bandara Kabul sampai "saat dan titik penghabisan", di tengah kekhawatiran tentang serangan lanjutan dari ISIS.

oleh Hariz Barak diperbarui 28 Agu 2021, 13:54 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2021, 13:00 WIB
Potret Warga Afghanistan Saat Tiba di Washington
Keluarga dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, berjalan melalui terminal sebelum naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, Rabu (25/8/2021). (AP Photo/Jose Luis Magana)

Liputan6.com, D.C - Amerika Serikat mengatakan akan terus mengevakuasi warga Afghanistan dari bandara Kabul sampai "saat dan titik penghabisan", di tengah kekhawatiran tentang serangan lanjutan dari ISIS pasca-ledakan bom di sana yang diklaim oleh kelompok teroris tersebut.

Laporan dari Kabul sekarang menunjukkan sebanyak 170 orang tewas dalam serangan pada Kamis, 26 Agustus 2021, di mana bom meledak di kerumunan di gerbang ke bandara, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (28/8/2021).

Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon mengatakan masih ada ancaman kredibel terhadap bandara Kabul, ketika pasukan AS akan seutuhnya meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus 2021 mendatang.

BBC melaporkan bahwa pasukan AS saat ini "tengah dalam proses untuk 'membungkus' sejumlah hal yang ada di bandara", termasuk upaya mengevakuasi warga Afghanistan lainnya.

Lewat dari 31 Agustus, Taliban akan mengambil alih kendali atas bandara tersebut.

Menurut Pentagon, lebih dari 5.000 orang tetap berada di dalam bandara, menunggu untuk diterbangkan. Para pejabat juga mengatakan langkah-langkah pengamanan telah dilaksanakan, bersama dengan Taliban, untuk meningkatkan keselamatan semua orang.

Gedung Putih mengatakan lebih dari 111.000 orang telah dievakuasi sejak pengangkutan udara dimulai hampir dua minggu lalu.

Misi itu, kata seorang pejabat Gedung Putih, akan memprioritaskan warga Amerika yang tersisa yang ingin pergi, dengan pasukan AS "terlibat dalam berbagai cara untuk membawa mereka ke bandara dengan aman".

Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Kabul menyarankan warga Amerika untuk menghindari bepergian ke bandara dan menghindari gerbang bandara karena ancaman keamanan.

Serangan di bandara Kabul dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri yang berjalan ke kerumunan keluarga yang menunggu di luar salah satu gerbang, menurut Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.

Tidak ada ledakan kedua di dekat sebuah hotel bandara, seperti yang diperkirakan semula, kata para pejabat AS pada hari Jumat.

Puluhan warga Afghanistan tewas--jumlah akhir belum ditetapkan. Selain itu, 13 personel AS, dua warga negara Inggris dan anak dari seorang warga negara Inggris termasuk di antara yang tewas.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Presiden AS Joe Biden Waspadai Serangan Lanjutan ISIS

Potret Warga Afghanistan Saat Tiba di Washington
Warga yang dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, berjalan melewati terminal sebelum menaiki bus setibanya di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va., Rabu (25/8/2021). (AP Photo/Jose Luis Magana)

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden telah diperingatkan bahwa serangan teror lain di Kabul kemungkinan bisa terjadi dalam beberapa hari mendatang.

Beberapa hari ke depan akan menjadi "periode paling berbahaya hingga saat ini", kata seorang pejabat Gedung Putih, menambahkan bahwa pasukan AS sedang melihat kemungkinan target ISIS.

ISIS-K, atau dikenal sebagai ISIS di Provinsi Khorasan adalah kelompok yang mengaku berada di balik serangan bandara mematikan hari Kamis.

Ini adalah serangan teror yang paling ekstrem dan kejam dari semua kelompok militan jihad di Afghanistan. Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan AS menganggap kelompok itu "sangat serius".

"Jelas mereka adalah ancaman teror yang serius," katanya, menambahkan: "Saya pikir ancaman itu nyata dan tidak ada yang ingin melihat ancaman itu tumbuh.

"Kami tidak akan membiarkan serangan terhadap tanah air berasal dari Afghanistan lagi seperti yang mereka lakukan 20 tahun yang lalu."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya