Pasukan Rusia Dikabarkan Lancarkan Serangan Baru di Ukraina Timur

Pertempuran sengit terus berlangsung di wilayah utara dan timur Ukraina.Perang Rusia vs Ukraina masih berlanjut.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2022, 14:03 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2022, 14:03 WIB
Peta Ukraina. (Pixabay/Elionas)
Peta Ukraina. (Pixabay/Elionas)

Liputan6.com, Kharkiv - Pasukan Rusia yang berada di wilayah timur laut Ukraina, yang sudah hampir dipukul mundur ke dekat perbatasan Rusia, dilaporkan melakukan serangan baru. Kabar ini terkuak saat tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa perang yang sudah berusia tiga bulan itu akan berakhir dalam waktu dekat.

Pihak berwenang di Kharkiv, kota kedua terbesar di Ukraina, pada Kamis 26 Mei 2022 mengatakan bahwa artileri Rusia telah menewaskan paling sedikit tujuh warga sipil dan melukai 17 orang lainnya, sementara pertempuran sengit terus berlangsung di wilayah utara dan timur di kota tersebut.

Mengutip VOA Indonesia, Jumat (27/5/2022), saksi mata di Kharkiv melaporkan bahwa mereka mendengar ledakan berulang kali sementara pasukan Rusia tampaknya berusaha memperkuat posisi mereka di bagian utara kota itu.

Pasukan Rusia di dekat Kharkiv secara berangsur telah dipukul mundur dari kota menuju wilayah perbatasan Rusia menyusul serangan balasan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina pada awal bulan ini. Tetapi sejumlah pejabat mengatakan bahwa tampaknya Moskow memutuskan untuk melancarkan serangan balik.

"Terlalu dini untuk bisa relaks," kata Gubernur Kharkiv Oleh Synehubov. “Musuh secara jahat menyerang penduduk sipil, dan meneror mereka."

Belum Ada Komentar Rusia

Pejabat Rusia belum memberi komentar atas perkembangan di Kharkiv, meskipun media sosial militer Rusia melaporkan kesuksesan yang diraih pasukan Rusia dalam melawan pasukan Ukraina, termasuk di kawasan Donbas.

Seorang pejabat pertahanan senior Amerika Serikat, pada Kamis, mengatakan meskipun terdapat laporan pertempuran yang meningkat di sekitar Kharkiv, "tidak terjadi perubahan besar" pada situasi di lapangan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Presiden Ukraina Kecam Rekomendasi Henry Kissinger untuk Akhiri Invasi Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Pidato di Festival Film Cannes
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (Photo by Vianney Le Caer/Invision/AP)

 Konflik Ukraina ikut terbawa ke World Economic Forum (WEF) 2022. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam retorika Henry Kissinger di WEF karena menyarankan supaya Ukraina menyerahkan tanahnya ke Rusia agar situasi bisa kembali ke "status quo ante" atau status quo sebelumnya.

Pada status quo sebelumnya, Rusia sudah daerah Ukraina, seperti Krimea. Selain itu, Kissinger juga berharap agar Rusia tidak diisolasi karena bisa mengembalikan perang dingin. 

"Ukraina seharusnya menjadi jembatan antara Eropa dan Rusia, tetapi sekarang sebagaima hubungannya dibentuk ulang, kita mungkin masuk ke area di mana garis pemisah digambar ulang dan Rusia benar-benar terisolasi. Kita menghadapi situasi sekarang di mana Rusia bisa benar-benar terasingkan dari Eropa dan mencari aliansi permanen di tempat lain," ujar Henry Kissinger, dikutip situs WEF, Jumat (27/5/2022).

Ketinggalan Zaman

Kissinger adalah menteri luar negeri AS di zaman perang dingin. Ia juga dianggap kontroversial pada masa Perang Vietnam. Kini, pandangan Kissinger dianggap ketinggalan zaman. 

"Mr. Kissinger muncul dari masa lalu yang terkubur dan berkata bahwa bagian dari Ukraina harus diberikan ke Rusia, sehingga tidak ada alienasi terhadap Rusia dari Eropa," ujar Presiden Zelensky, dilansir situs Kepresidenan Ukraina.

"Sepertinya kalender Mr. Kissinger bukan dari 2022, tetapi 1938, dan ia berpikir sedang bicara kepada audiens bukan di Davos, tetapi di Munich di zaman itu," kata Presiden Zelensky.

Ucapan Presiden Zelensky menyindir Perjanjian Munich yang mengizinkan Nazi Jerman untuk mencaplok tanah milik Cekoslowakia. 

Presiden Zelensky juga mengingatkan bahwa dulu keluarga Kissinger adalah pelarian dari rezim Nazi. 

"Pada tahun 1938 sesungguhnya, ketika keluarga Mr. Kissinger kabur dari Nazi Jerman, ia masih 15 tahun, dan ia paham segalanya dengan sempurna. Dan tak ada yang pernah dengar darinya bahwa saat itu perlu beradaptasi kepada para Nazi ketimbang lari atau melawan mereka," ujar Presiden Ukraina.

Ia pun meminta agar para "ahli geopolitik" supaya melihat keadaan rakyat Ukraina yang kompak menolak untuk memberikan rakyat mereka untuk perdamaian.

 

Perusahaan Multinasional Berbondong-bondong Tinggalkan Rusia

FOTO: Rusia - Ukraina Memanas, Emmanuel Macron Temui Vladimir Putin di Moskow (SPUTNIK/AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin. (SPUTNIK/AFP)

Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina tiga bulan lalu, konflik tampak terasa jauh dari wilayah Rusia.

Namun dalam beberapa hari, datang rangkaian sanksi dari pemerintah Barat terhadap Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Beberapa perusahaan juga menerapkan hukuman ekonomi terhadap negara tersebut. Banyak rakyat Rusia yang terguncang akibat sejumlah pukulan finansial dan isolasi yang kini berlaku.

Pusat perbelanjaan yang luas di Moskow berubah menjadi hamparan menakutkan dari etalase pengecer Barat yang kini tutup, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (25/5).

Raksasa makanan cepat saji Amerika McDonald's keluar dari Rusia sepenuhnya sebagai tanggapan atas operasi militer tersebut.

Produsen mobil besar Renault juga pergi, walaupun memiliki jumlah investasi besar di negara Beruang Merah tersebut.

Sementara perusahaan multinasional pergi, ribuan orang Rusia juga melarikan diri, khawatir akan tindakan pemerintah mereka.

Chris Weafer, analis kawakan ekonomi Rusia di Macro-Advisory, kepada kantor berita Associated Press mengatakan "Terdapat ketakutan nyata bahwa pengangguran akan meningkat dalam bulan-bulan mendatang pada musim panas, bahwa akan ada penurunan besar dalam konsumsi dan penjualan ritel dan investasi."

Jika aksi militer berlarut, lebih banyak perusahaan akan keluar dari Rusia, kata Weafer. Ia memperkirakan perusahaan yang tersisa yang hanya menangguhkan operasi mungkin melanjutkan operasi jika gencatan senjata dan kesepakatan damai untuk Ukraina tercapai. Tetapi jendela untuk kemungkinan tersebut kini tampaknya tertutup, imbuhnya.   4 dari 

Ukraina Ingatkan Dunia, Kemungkinan Rusia Bisa Serang Negara Lain

Dilelang, Jaket Hijau Army Ikonis Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Berhasil Terjual Rp1,6M
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Instagram/zelenskiy_official).

Presiden Ukrainia, Volodymyr Zelenskyy pada Jumat (22/4), menggunakan pernyataan seorang jenderal Rusia, sebagai bukti bahwa Moskow akan menyerang negara lain apabila Rusia berhasil di Ukraina.

Jenderal itu mengatakan, Rusia bertujuan merebut semua wilayah Ukraina selatan dan timur serta menghubungkannya dengan provinsi yang memisahkan diri di negara tetangga Moldova.

"Itu hanya menegaskan apa yang telah saya katakan beberapa kali: invasi Rusia ke Ukraina hanya sebagai permulaan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya Jumat malam.

Dia mengatakan sebelumnya, komentar Rustam Minnekayev, wakil komandan distrik militer pusat Rusia menunjukkan bahwa Rusia tidak akan berhenti dengan Ukraina.

Kantor berita milik pemerintah Rusia mengutip Minnekayev yang mengatakan Moskow ingin merebut seluruh wilayah Donbas di timur Ukraina, membuat koridor darat untuk menghubungkan dengan semenanjung Krimea dan merebut seluruh wilayah selatan negara itu ke arah barat hingga wilayah Moldova yang memisahkan diri dan diduduki Rusia.

Moldova memanggil duta besar Rusia hari Jumat untuk mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas komentar jenderal itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter menolak mengomentari pernyataan jenderal Rusia itu, tetapi mengatakan Washington dengan tegas mendukung kedaulatan Moldova.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya