Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran varian Omicron BA.4 dan BA.5 membuat waswas karena bisa menular dengan cepat. Peningkatan kasus COVID-19 pun mulai terlihat di sejumlah wilayah dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, Jumat (24/6/2022), ada 14,4 juta kasus COVID-19 dalam 28 hari terakhir. Berikut 10 negara dan wilayah dengan kasus tertinggi dalam periode waktu tersebut:
Advertisement
Baca Juga
1. Amerika Serikat: 2,9 juta kasus
2. Taiwan: 1,8 juta kasus
3. Jerman: 1,3 juta kasus
4. Brasil: 1 juta kasus
5. Prancis: 949 ribu kasus
6. Australia: 802 ribu kasus
7. Italia: 701 ribu kasus
8. Portugal: 551 ribu kasus
9. Jepang: 477 ribu kasus
10. Spanyol: 375 ribu kasus
Kasus tertinggi di Asia Tenggara berada di Singapura dengan 101 ribu kasus baru dalam 28 hari terakhir.
Menurut laporan media pemerintah China, CGTN, WHO telah menyebut bahwa kasus di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa sedang naik.
Kasus naik 45 persen di Asia Tenggara dan Timur Tengah, dan sekitar 6 persen. Namun, angka kematian global turun hingga 16 persen, akan tetapi angka kematian di Asia Tenggara tercatat naik empat persen.
Sementara, pekan lalu otoritas kesehatan Inggri berkata ada tanda naiknya infeksi baru akibat varian-varian Omicron, meski tingkat hospitalisasi masih rendah.
Inggris sudah mencabut hampir semua pembatasan COVID-19. Pekan lalu, kasus meroket 43 persen usai perayaan Platinum Jubilee yang memperingati 70 tahun kekuasaan Ratu Elizabeth II.
Amerika Serikat juga sudah mulai membuka layanan vaksin bagi anak-anak usia enam bulan sampai lima tahun. Di Jepang, Kyodo melaporkan bahwa Pfizer mengajukan persetujuan suntikan booster untuk anak-anak.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus COVID-19 Naik, Ini Lama Masa Isolasi Subvarian BA.4 dan BA.5
Dalam sepekan terakhir, kasus COVID-19 di Indonesia terus berada di atas seribu per harinya. Kenaikan ini disebabkan oleh subvarian Omicron baru BA.4 dan BA.5.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas)Â COVID-19Â RI, Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa kasus COVID-19 di Indonesia telah mengalami kenaikan sebanyak 105 persen dalam seminggu belakangan.Â
"Dilihat pada kasus mingguan, terjadi kenaikan sebesar 105 persen dari sebelumnya 3.688 pada minggu lalu, menjadi 7.587 di minggu ini," ujar Wiku dalam konferensi pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Indonesia ditulis Kamis, (23/6/2022).
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga sempat menyebutkan bahwa prediksi puncak kasus akibat Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pekan kedua atau ketiga bulan Juli.
Kenaikan kasus akibat dua subvarian Omicron tersebut tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di negara-negara lainnya.
Diketahui, BA.4 dan BA.5 memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah namun memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dari varian Omicron sebelumnya.
Lalu, bagaimana soal masa isolasinya? Apakah terdapat perbedaan antara subvarian Omicron sebelumnya dengan yang satu ini?
Wiku pun mengungkapkan bahwa masa isolasi untuk COVID-19 yang berlaku hingga saat ini masih sama dengan varian-varian sebelumnya.
"Sejauh ini pemerintah masih menerapkan prosedur isolasi sebagaimana yang diatur sebelumnya yaitu 10 hari jika sudah bebas gejala, dengan 3 hari tambahan untuk pemantauan," kata Wiku.
Â
Advertisement
Kemenkes: Sudah 143 Kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di RI
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia per 23 Juni 2022, jumlah kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia sudah mencapai angka 143 kasus. Angka ini semakin bertambah dengan kasus COVID-19 baru yang turut naik.
Dalam upaya mendeteksi kedua subvarian 'anak' Omicron, Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menekankan, pihaknya terus melakukan Whole Genome Sequencing (WGS) dengan menjaring kasus. Persebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 paling banyak di Pulau Jawa dan Bali.
"Saat ini, kita sudah menemukan sebanyak 143 kasus varian, ya 21 di antaranya adalah BA.4 dan sisanya BA.5. Kami akan terus-menerus melakukan WGS pada provinsi-provinsi yang banyak ya, terutama Jakarta, Jawa Barat, dan Bali," kata Syahril saat Talkshow Optimalisasi 3T: Upaya Bendung Gelombang Baru yang disiarkan dari Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 23 Juni 2022.
Pemeriksaan WGS diperlukan untuk menentukan, apakah kasus COVID-19 memang benar varian Omicron BA.4 dan BA.5. Sebab, selain kedua subvarian tersebut, varian COVID-19 lain seperti Delta juga beredar di Indonesia.
"Kita lakukan WGS dari rumah sakit yang sedang merawat pasien. Jadi, kita lakukan ini satu kebijakan yang terus-menerus. Sampai seperti yang dulu, kita menetapkan atau mengambil kebijakan setelah kita periksa ini ternyata memang Omicron," jelas Syahril.
"Terkait peningkatan kasus, kita belum bisa memastikan apakah semuanya Omicron BA.4 atau BA.5. Kita nunggu aja prosesnya. Yang penting saat ini sudah ada sejumlah 143 kasus."
Satgas Ingatkan Segera Tes Bila Bergejala
Satgas COVID-19 mengingatkan masyarakat yang memiliki gejala COVID-19 atau baru saja melakukan kontak erat dengan pasien terkonfirmasi Corona untuk segera melakukan tes. Ini merupakan upaya deteksi dini menemukan kasus di tengah kenaikan angka positif COVID-19 yang akhir-akhir ini terjadi.
"Segera menuju ke tempat testing COVID-19 untuk diperiksa, terutama jika alami gejala atau kontak erat dengan pasien COVID-19," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito.Â
Gejala COVID-19 pada varian Omicron yang bertransmisi di Indonesia termasuk BA.4 dan BA.5 diantaranya adalah sakit tenggorokan, badan pegal, demam, batuk, sesak napas. Lalu, ada juga yang mual, muntah dan nyeri abdomen.
Wiku juga mengatakan kepada pemerintah daerah untuk mendukung testing COVID-19. Caranya dengan memastikan tempat testing dan memastikan lokasi tersebut memiliki akses yang mudah dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
Selain testing, Wiku mengatakan peningkatan vaksinasi COVID-19 terus perlu digenjot. Terutama pada kelompok rentan seperti pada orang lanjut usia dan orang dengan komorbid. Wiku menerangkan bahwa vaksinasi termasuk vaksinasi booster bermanfaat melindungi dari paparan varian baru termasuk BA.4 dan BA.5.
"Masyarakat perlu memahami bahwa divaksin booster merupakan semata-mata agar kita terutama kelompok berisiko lebih terlindungi dari penularan virus termasuk varian baru.
Advertisement