Liputan6.com, Taipei - Taiwan akan membuka pintu bagi pengunjung dari luar negeri pada 25 Juli 2022. Ada enam kategori yang mendapat kelonggaran masuk ke Taiwan.
Dilaporkan Taiwan News, Rabu (20/7/2022), enam kategori yang dimaksud adalah sukarelawan, misionaris, pakar keagamaan, peserta magang, serta orang-orang dalam pertukaran internasional, dan libur kerja (working holiday).
Advertisement
Baca Juga
Deputi Dirjen di Biro Konsuler Kementerian Luar Negeri Taiwan, Cho Chung-hsiung, menyebut bahwa langkah ini menyeimbangkan pencegahan virus, promosi aktivitas ekonomi dan sosial, serta pertukaran internasional. Kebijakan ini juga diambil usai melakukan asesmen situasi pandemi COVID-19 dan kapasitas medis Taiwan.
Sebelum pandemi, ada sekitar 10 ribu dari enam kategori tersebut yang datang ke Taiwan setiap tahunnya.
Orang-orang dalam kategori working holiday adalah peserta pertukaran pemuda antara Taiwan dan negara-negara lainnya. Chou berkata para peserta itu hanya bisa mendaftar pertukaran sekali dalam seumur hidup, dan mayoritas negara-negara yang terlibat telah membuka perbatasan bagi para pemuda Taiwan juga.
Aturan baru ini tidak berlaku bagi turis biasa. Sementara, orang-orang yang ingin masuk Taiwan berdasarkan enam kategori tersebut bisa mulai mendaftar ke kantor perwakilan Taiwan di masing-masing negara.
Pembukaan perbatasan akan dilakukan secara bertahap. Central Epidemic Command Center (CECC) di Taiwan juga akan bersikap fleksibel sesuai dengan kondisi pandemi COVID-19.
Per 19 Juli 2022, Taiwan mengkonfirmasi tambahan 27 ribu kasus COVID-19.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Epidemiolog Prediksi Puncak Kasus COVID-19 Subvarian BA.4 dan BA.5 RI Akhir Juli 2022
Situasi di dalam negeri, kasus COVID-19 terus mengalami peningkatan. Kemarin, Selasa, 19 Juli 2022 tercatat ada 5.085 orang di Tanah Air terinfeksi virus Corona. Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, puncak kasus COVID-19 secara kasaran diprediksi terjadi pada akhir Juli atau awal Agustus 2022.
"Kalau melihat situasi saat ini, kemungkinan besar kalau tidak akhir Juli, ya awal Agustus," kata Dicky.
Dicky mengatakan prediksi puncak kasus gelombang keempat COVID-19 di Indonesia ketika jumlah orang yang sakit sudah masuk ke kelompok rawan yang masuk rumah sakit.
"Kenapa? Dengan strategi testing kita yang pasif itu, maka yang masuk rumah sakit itu yang berkontribusi dalam jumlah kasus. Orang yang masuk rumah sakit, itu orang yang punya risiko. Kelompok rawan itu sudah punya barrier, begitu sudah sampai ke kelompok itu berarti ledakannya, puncaknya," kata Dicky dalam pesan suara yang diterima Liputan6.com ditulis Rabu, 20 Juli 2022.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, prediksi puncak COVID-19 masih diamati. Prediksi dan jumlah kasus yang diperkirakan naik bisa saja berubah seiring dengan kepulangan jemaah haji. Sehingga bisa saja puncak gelombang COVID-19 lewat dari Juli.
"Kita lihat dengan pulangnya jemaah haji, kita lihat profil (karakteristik) mungkin agak berubah karena memang jemaah haji pada berdatangan dan ada beberapa juga yang kena (positif COVID-19)," kata Budi Gunadi usai Launching BioColomelt-Dx di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.
Advertisement
Masa Rawan Berakhir Oktober
Dicky mengatakan untuk memprediksi puncak kasus gelombang COVID-19 sekarang lebih kompleks. Ada beberapa hal yang menjadi dasar prediksi seperti jumlah populasi di wilayah tersebut yang masih rentan. Namun, ketika pandemi berlangsung, ada yang sudah divaksinasi plus mendapat imunitas dari infeksi.
"Hal ini menambah kompleksitas prediksi itu," katanya."Meski ada data sero survei maupun cakupan vaksinasi, tapi ada yang menurun proteksinya," kata Dicky.
Namun, secara kasaran, epidemiolog menduga gelombang keempat COVID-19 di Tanah Air berakhir masa rawannya pada Oktober.
"Prediksi secara kasar, saya lihat masa krisis sampai Oktober. Kita berharap setidaknya awal Oktober atau akhir September adalah akhir masa rawan dari BA.4 dan BA.5," kata Dicky.
Hal tersebut melihat dari situasi kasus COVID-19 di Tanah Air, kasus testing yang pasif, karakter masyarakat, dan respons masyakarat. Juga turut mempertimbangkan karakter BA.4 dan BA.5 yang bisa menginfeksi juge me-reinfeksi.
Kasus Infeksi Mendominasi Saat Gelombang BA.4 dan BA.5
Epidemiolog Griffith University Australia ini mengatakan bahwa pada gelombang BA.4 dan BA.5 ini terjadi penurunan kasus infeksi sehingga hanya sedikit individu yang masuk rumah sakit dan meninggal.
"Orang yang sakit masuk rumah sakit menurun, yang masuk ICU juga turun dan kematian menurun," kata Dicky.
Subvarian BA.4 dan BA.5 terdeteksi masuk Indonesia pada awal Juni 2022. Hal ini lewat pemeriksaan whole genome sequencing pada orang yang positif COVID-19 di bulan Mei. Lalu, Dicky melihat kenaikan kasus terjadi mulai Juni 2022.
"Dari awal Juni bahkan akhir Mei, itu sudah kelihatan ada peningkatan kasus," kata Dicky.
Dicky kemudian menjelaskan rentetan gelombang COVID-19 di Indonesia. Berdasarkan data, gelombang pertama terjadi pada November 2020 sampai Januari 2021. Gelombang kedua sejak Mei hingga September 2021. Sedangkan gelombang ketiga mulai Januari sampai Maret 2022.
Advertisement