Liputan6.com, Islamabad - Pekerja bantuan memperingatkan kurangnya pasokan air minum bersih yang menyebabkan peningkatan penyakit di Pakistan, karena korban tewas akibat banjir melewati 1.200 jiwa.
Akses ke air bersih adalah masalah terbesar bagi mereka yang mencoba mencari makanan dan tempat tinggal, kata badan amal medis, Medecins Sans Frontieres, seperti dikutip dari laman BBC, Minggu (4/9/2022).
Baca Juga
Pemerintah bertemu pada Sabtu kemarin untuk menilai skala banjir telah menenggelamkan sepertiga wilayah negara tersebut.
Advertisement
Setidaknya satu dari tiga korban banjir Pakistan disebutkan adalah anak-anak.
Menteri Pemerintah Ahsan Iqbal mengatakan bahwa Pakistan tidak memiliki sumber daya untuk menangani krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Banjir adalah bencana yang disebabkan iklim terburuk dalam sejarah dunia baru-baru ini, katanya.
Sekitar 1,4 juta rumah telah hancur dalam rekor hujan monsun yang telah mempengaruhi lebih dari 33 juta orang.
Pejabat tinggi manajemen bencana Pakistan mengatakan bahwa 2022 telah membawa beberapa kenyataan pahit soal perubahan iklim bagi Pakistan.
"Tahun ini kami tidak menyaksikan musim semi - kami menghadapi empat gelombang panas yang menyebabkan kebakaran hutan skala besar di seluruh negeri," kata Akhtar Nawaz.
Sementara itu, badan anak-anak PBB UNICEF ​​mengatakan lebih banyak anak berisiko meninggal akibat penyakit di Pakistan karena kekurangan air bersih.
"Sekarang ada risiko tinggi penyakit yang ditularkan melalui air, penyakit mematikan yang menyebar dengan cepat, diare, kolera, demam berdarah, malaria," kata Abdullah Fadil dari Unicef. "Oleh karena itu ada risiko lebih banyak anak meninggal."
Â
Â
Kerugian Besar
Perkiraan menunjukkan banjir telah menyebabkan setidaknya US$ 10 miliar kerusakan di Pakistan, dan banyak orang menghadapi kekurangan makanan yang serius. Hampir setengah dari tanaman negara telah hancur.
Negara itu sudah menderita krisis ekonomi.
Satu provinsi, Balochistan, telah menerima 436% lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun monsun ini, menurut Reuters.
Pakistan menghasilkan kurang dari 1% emisi gas rumah kaca global tetapi geografinya membuatnya sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Banyak faktor yang menyebabkan banjir, tetapi pemanasan atmosfer yang disebabkan oleh perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem lebih mungkin terjadi.
Dunia telah menghangat sekitar 1,2 derajat Celcius sejak era industri dimulai dan suhu akan terus meningkat kecuali pemerintah di seluruh dunia melakukan pemotongan tajam terhadap emisi.
Advertisement
Banjir Pakistan: Bantuan Internasional Akhirnya Sampai
Bantuan internasional telah berhasil mencapai wilayah banjir di Pakistan pada Senin (29/8/2022). Warga Pakistan sedang menjadi korban banjir besar yang telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang.
Dilaporkan AP News, pesawat kargo yang sudah tiba berasal dari Turki dan Uni Emirat Arab. Pesawat tiba pada Minggu kemarin dengan membawa tenda, makanan, dan keperluan sehari-hari. Selanjutnya, barang-barang bantuan itu didistribusi dengan truk ke berbagai daerah.
Pakistan telah menetapkan status darurat karena bencana alam ini. Sudah ada puluhan ribu orang terdampak banjir di Pakistan, seperti di Provinsi Sindh dan Baluchistan. Rencananya, PBB juga akan segera meminta bantuan internasional bagi korban banjir.
Pada Jumat lalu, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif telah meminta bantuan internasional untuk membantu banjir. Ia berkata bencana ini dipicu oleh perubahan iklim yang mengerikan. Lebih dari 300 anak menjadi korban jiwa.
"Hujan yang terus-menerus telah menyebabkan luluh lantak di penjuru negara," ujarnya. Ia pun berterima kasih pada negara-negara sahabat yang membantu Pakistan.
Seorang korban banjir di Charsadda, Rehmat Ullah, mengaku kebingungan mencari nafkah karena banjir di berbagai tempat.Â
"Saya duduk di sini bersama keluarga saya di tenda, dan bagaimana saya bisa berangkat kerja? Bahkan jika saya mencari kerja, siapa yang akan memberi saya kerja sebab ada air di mana-mana," ujarnya.
PM Sharif berkata bahwa pemerintah Pakistan akan menyediakan rumah kepada orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir ini.
Kemlu RI: 1.267 WNI Selamat dari Banjir Bandang di Pakistan
Dilaporkan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) memastikan bahwa para WNI dilaporkan selamat dari terjangan banjir bandang di Pakistan. Namun, warga tetap diminta waspada.
Berdasarkan update dari Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha, Minggu (28/6), Pakistan mengalami bencana alam banjir badang di Prov. Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa. National Disaster Management Authority (NDMA) Pakistan mencatat sekitar 1.000 orang tewas. Pemerintah Pakistan telah mengumumkan kondisi darurat di wilayah terdampak.
KBRI Islamabad dan KJRI Karachi telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan berkomunikasi dengan simpul komunitas Indonesia, hingga saat ini tidak terdapat WNI yang menjadi korban bencana banjir tersebut. Jumlah WNI di Pakistan tercatat berjumlah 1.267 di mana mayoritas bertempat tinggal di Karachi, Islamabad Lahore, Karachi, Rawalpindi, Sialkot, Gujrat dan Peshawar.
KBRI dan KJRI juga telah menyampaikan imbauan untuk selalu tanggap dan waspada serta memantau informasi yang disampaikan National Disaster Management Authority (NDMA) dan Pakistan Meteorological Department (PMD), menunda perjalanan ke lokasi rawan bencana dan segera menghubungi otoritas setempat dan Perwakilan RI terdekat jika terjadi situasi darurat.
Advertisement