Aliansi Perusahaan Swedia Siap Dukung Pengembangan Energi Berkelanjutan RI

Salah satu bidang kerja sama Swedia-RI yang sedang dijalankan saat ini berfokus di bidang transisi energi.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Des 2022, 19:10 WIB
Diterbitkan 06 Des 2022, 19:10 WIB
Perwakilan PLN dan Perwakilan Team Sweden menunjukkan Mou yang terkait energi berkelanjutan dalma acara SISP 2022, Selasa (6/12/2022).
Perwakilan PLN dan Perwakilan Team Sweden menunjukkan Mou yang terkait energi berkelanjutan dalma acara SISP 2022, Selasa (6/12/2022). (Anissa Rizky/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Swedia menjalin kerja sama di bidang transisi energi dengan Indonesia. Sebuah aliansi yang berisikan perusahan-perusahaan energi dari Swedia dibentuk untuk memberikan dampak besar pada pengembangan energi berkelanjutan di Indonesia.

Renewable Energy Alliance (RAE) diformulasikan untuk menemukan proyek di Indonesia, di daerah dengan potensi energi terbarukan yang tinggi seperti matahari, angin, panas Bumi, dan lainnya.

Dalam aliansi tersebut, perusahaan-perusahaan itu didukung oleh Badan Energi Swedia (Swedish Energy Agency), pemerintah provinsi di seluruh Indonesia, universitas, dan otoritas penyandang dana Swedia.

Menurut informasi resmi dari penyelenggara Sweden-Indonesia Sustainable Partnership (SSIP), Selasa (6/12/2022), di antara perusahaan-perusahaan itu, termasuk Alvenius, Atla Copco, Ecobarge, Ericsson, Gevea, H&M, Ecolution, Prime, dan Wafes4Power.

Beberapa kolaborasi telah dijalankan di daerah Selat Alas -- selat di antara Pulau Lombok dan Sumbawa. Termasuk, kerja sama antara Ecobarge dan EcoRegion dalam pengembangan pariwisata terapung dan infrastruktur energi dan Memurandum of Understanding (MoU) antara Ecolution dan EcoRegion dalam pengembangan bangunan hunian berkelanjutan.

Swedia juga telah bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait dengan transisi energi dan sistem untuk menghubungkan jaringan listrik antar pulau di Indonesia, menurut CEO Business Sweden Jan Larsson.

MoU kerja sama tersebut telah ditandatangani pada 2019 dan akan diimplementasikan tahun depan.

 

Ekspansi Pemanfaatan Potensi Energi Terbarukan di Indonesia Timur

Emil Akander dan Marina Berg di SISP 2022. (Anissa Rizky/Liputan6.com)
Emil Akander Wakil Presiden Business Sweden dan Dubes Swedia Marina Berg di SISP 2022. (Anissa Rizky/Liputan6.com)

Selain itu, menurut Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN Marina Berg, di masa mendatang, Swedia berencana melakukan kerjasama pemanfaatan energi terbarukan di wilayah timur Indonesia, khususnya potensi energi angin, matahari, dan panas bumi.

Salah satunya melalui MoU yang sedang dibahas antara Ecobarge dan otoritas Labuan Bajo berfokus pada pengembangan infrastruktur energi terbarukan Kawasan Marina, di Labuan Bajo, Nisa Tenggara Timur.

Vice President and Head of Region South and Southeast Asia of Business Sweden Emil Akander juga mengatakan, "Kami berencana untuk melakukan ekspansi dari timur dan barat Nusa Tenggara ke area Indonesia Timur, kami menargetkan Papua dan Maluku sebagai target utama kami untuk persediaan energi terbarukan untuk memaksimalkan kapasitasnya."

Investasi Perusahaan Swedia di Indonesia Timur

SISP 2022 pada bulan Desember di Jakarta mempertemukan otoritas Indonesia dan Swedia untu bekerja sama di bidang keberlanjutan. (Anissa Rizky/Liputan6.com)
SISP 2022 pada bulan Desember di Jakarta mempertemukan otoritas Indonesia dan Swedia untu bekerja sama di bidang keberlanjutan. (Anissa Rizky/Liputan6.com)

Salah satu kerja sama Swedia di Indonesia Timur yang sudah memiliki lampu hijau adalah kerja sama perusahaan asal Swedia PT Eco Solution Lombok (ESL), yang akan segera melakukan berbagai pembangunan proyek di Tanjung Ringgit, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.

Perusahaan tersebut bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB. Namun, Akander mengungkapkan bahwa masih banyak proyek Swedia di Indonesia Timur yang akan datang. 

"Ada juga MoU yang sedang dalam tahap diskusi antara salah satu perusahaan Swedia dengan Labuan Bajo," ujar Akander.

"Untuk pengembangan di Nusa Tenggara akan ada Climeon yang berfokus pada energi Geothermal; ada Hexicon yang berfokus pada energi angin; ada juga Our Ecolution, Waves 4 Power, dan Echo Barge yang berfokus pada energi solar. Beberapa perusahaan tersebut akan menggulirkan investasi di Nusa Tenggara," jelas Akander. 

Demi Ambisi Transisi Hijau, Swedia-RI Jalin Kerja Sama Energi dan Transportasi Berkelanjutan

SISP 2022 pada bulan Desember di Jakarta mempertemukan otoritas Indonesia dan Swedia untu bekerja sama di bidang keberlanjutan. (Anissa Rizky/Liputan6.com)
SISP 2022 pada bulan Desember di Jakarta mempertemukan otoritas Indonesia dan Swedia untu bekerja sama di bidang keberlanjutan. (Anissa Rizky/Liputan6.com)

Apa itu SISP? Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) atau Kerjasama Berkelanjutan Swedia-Indonesia diselenggarakan secara langsung selama dua hari di The Langham Hotel Jakarta pada 5-6 Desember 2022.

Acara diadakan oleh Team Sweden untuk memfasilitasi hubungan bilateral Swedia-Indonesia di bidang pembangunan berkelanjutan dengan menghubungkan para pembuat keputusan di Indonesia dan pihak investor terkait dari Swedia.

Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN Marina Berg menjelaskan bahwa SISP diluncurkan dengan tujuan untuk memastikan bahwa promosi investasi dan kegiatan yang dilakukan oleh Swedia di Indonesia sesuai dengan prinsip berkelanjutan.

"Swedia dan Indonesia memiliki tujuan yang sama untuk mencapai agenda pengurangan emisi global dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 dan Paris Agreement," ujar Dubes Marina Berg dalam pernyataan resminya di acara SISP 2022, Senin (5/12/2022).

"Indonesia dan Swedia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan menetapkan tujuan untuk mencapai emisi nol bersih. Ini adalah tindakan yang tidak bisa kita tunda. Dan dengan bekerja bersama, kita dapat mempercepat transisi hijau untuk mencapai ambisi kita," sambung Marina Berg.

Marina memaparkan, konsep SISP sendiri mengacu pada tiga pilar, yaitu teknologi yang dapat disediakan oleh perusahaan; capacity building yang melibatkan otoritas Swedia dan otoritas Indonesia; serta financial support, misalnya kredit ekspor.

Ia meneruskan, tiga pilar itu diaplikasikan dalam kerja sama yang berfokus di bidang keberlanjutan, khususnya pada pengembangan energi terbarukan dan sistem transportasi.

 

Penulis: Safinatun Nikmah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya